Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Review Buku] Convenience Store Women

8 September 2020   18:19 Diperbarui: 8 September 2020   18:54 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : ebooks.gramedia.com

Di hari literasi ini, saya akan membagikan sebuah review dari buku yang saya baca di bulan yang lalu. Buku ini membuat saya mempertanyakan apakah saya menjalani hidup sesuai dengan yang saya inginkan atau mencoba normal sesuai panduan.

Judul: Gadis Minimarket (Convenience Store Women)
Penulis: Murata Sayaka
Tanggal Terbit: 03 Agustus 2020
Jumlah Halaman: 164 halaman
ISBN: 9786020644400
Bahasa: Indonesia (bahasa asli Jepang

Blurb

Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal, walau ia tidak tahu "normal" itu seperti apa. Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai "pegawai minimarket". Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia minimarket yang dicintainya selama ini.

Kehidupan apa yang dianggap normal di masyarakat? Lahir, belajar berjalan, belajar berbicara, sekolah, kuliah atau langsung kerja, menikah, punya anak, punya cicilan, punya anak lagi, menikahkan anak, punya cucu, pensiun lalu meninggal. 

Mungkin urutannya tidak selalu begitu, tetapi mungkin itu adalah hidup yang normal menurut kita. Sayangnya Keiko sang tokoh utama dalam buku ini tidak menjalani hidup persis seperti itu.

Kata normal adalah kata yang banyak diulang dalam buku ini. Bercerita mengenai keseharian Keiko Furukura yang bekerja sebagai penjaga minimarket selama 18 tahun. 

Pekerjaan sebagai pegawaii minimarket di Jepang dianggap sebagai pekerjaan sampingan yang hanya mampu memberikan penghidupan secukupnya. 

Karena itu menurut standar di sana, pekerjaan Keiko bukanlah pekerjaan normal untuk orang seusianya, terlebih lagi karena dia bekerja selama 18 tahun di toko yang sama.

Namun, Keiko memang bukan orang yang normal jika melihat kaca mata sosial yang dipasangkan kepada kita. Sejak kecil dia telah menunjukkan perbedaan dalam hal berfikir. 

Keiko cenderung berpikir praktis, dan mengabaikan kelaziman yang biasa kita rasakan saat berada di tengah masyarakat. Ketika melihat burung mati, Keiko tidak bersedih seperti teman-temannya, malah berpikir kalau itu hal bagus karena mereka bisa memasaknya menjadi lauk kesukaan ayahnya. 

Keiko memilih memukul kepala temannya dengan sekop untuk menghentikan perkelahian dibandingkan dengan memanggil guru. Keanehannya ini membuat Keiko serba salah, memilih jadi seorang pendiam dan mengamati sekitarnya untuk mengkopi kebiasaan apa yang dianggap lazim di lingkungannya.

Ketika usianya 18 tahun, Keiko menemukan bahwa dia menjadi "normal" dengan menjadi pegawai minimarket. Pegawai minimarket dibekali dengan prosedur yang membuat mereka bertindak dan berpikir sama, setidaknya dalam menjalankan pekerjaannya. 

Keiko tinggal berbicara mengikuti panduan, berpikir sesuai panduan, berpakaian sesuai panduan dan di sanalah dia menjadi normal. Namun kenyamanannya semakin terusik karena 18 tahun bekerja di minimarket yang sama akhirnya dianggap sesuatu yang aneh. 

Banyak pertanyaan-pertanyaan dari rekan kerjanya terutama yang baru masuk, dari teman sekolah, dan dari keluarga yang dengan susah payah dia hadapi. 

Dunia yang tadinya cocok untuk Keiko semakin terusik dengan adanya pegawai baru bernama Shiraha yang juga dianggap tidak normal karena cara berbicaranya yang aneh, tidak mau mengikuti peraturan di minimarket dan juga memiliki kebiasaan menyalahkan dunia untuk segala yang dialaminya.

Singkat cerita, kedua orang ini bekerja sama untuk menjadi terlihat normal di hadapan masyarakat meskipun yang terjadi adalah Shiraha memanfaatkan Keiko.

Saya melihat minimarket sebagai metafora kehidupan kita. Barang-barang ditata sedemikian rupa supaya terlihat dan mudah diambil oleh pengunjung. 

Barang yang tidak pada tempatnya tidak akan digubris dan akan diam di sana sampai berdebu. Menjadi berbeda dan tidak pada posisinya tidak selalu bisa diterima baik di minimarket maupun di masyarakat. Padahal menjadi berbeda tidak selalu buruk. Namun kita sudah terlanjur takut tidak bisa diterima oleh sistem yang terbentuk.

Dunia normal adalah dunia yang tegas dan diam-diam selalu mengeliminasi objek yang dianggap asing. Mereka yang tak layak akan dibuang (hal. 82)

Kita semua hidup dengan standar yang tercipta di masyarakat. Kita tidak ingin dipandang menyimpang dari pakem yang sudah bertahan meskipun kadang yang menjadi standar itu tidak sesuai dengan apa yang kita rasakan. 

Beberapa orang mampu memberontak dari pakem tersebut. Ada yang brakhir dengan baik meskipun awalnya awalnya membuat orang mengerutkan kening, ada juga yang berakhir dengan buruk dan mengundang caci maki. 

Sebagian dari kita mampu mempertimbangkan baik dan buruknya tetap berjalan sesuai dengan jalur yang dibuat oleh lingkungan kita, namun ada juga yang memiliki keterbatasan sehingga berakhir dikucilkan. 

Terkadang kita tidak peka dan mempertanyakan hal-hal yang menurut kita tidak sesuai tanpa perduli hal yang melatar belakangi kenapa ketidak sesuaian itu terjadi. Kita seakan menjadi hakim yang menentukan kamu normal dan kamu tidak.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun