Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kim Eun-Sil: Sisi Lain dari Film "Kim Ji-Young, Born 1982"

3 Desember 2019   11:53 Diperbarui: 3 Desember 2019   11:56 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang laki-laki tidak pernah ditanya seperti itu. Memilih jadi seorang ayah atau seorang arsitek misalnya. Seorang laki-laku pasti dilihat dengan dua identitas itu. Dia adalah seorang ayah yang berprofesi sebagai seorang arsitektur. Seorang wanita yang sukses berprofesi yang sama mungkin akan langsung ditanya bagaimana dia menjaga keluarga dan karirnya. Perempuan harusnya bisa menjadi apapun yang dia inginkan tanpa harus diingatkan mengenai perannya sebagai seorang istri dan ibu. Itulah yang saya tangkap dari jawaban seorang Najwa Shihab. 

Tidak sedikit yang mencemooh wanita bekerja bahwa mereka tidak memenuhi kodratnya sebagai wanita. Bahkan pernah ada perdebatan mengenai siapa yang terbaik antara ibu bekerja diluar dengan ibu rumah tangga. Sedihnya, terkadang para ibu-ibu ini justru saling dijatuhkan oleh sesama wanita. Saya pernah mendengar seseorang berkata pada teman saya yang terpaksa ijin karena mual berat diawal kehamilan, bahwa dia bisa tetap bekerja dalam kondisi hamil dan menyusui, kenapa teman saya tidak. Teman saya dicap manja. Jika sesama wanita tidak bisa berempati terhadap rekannya, bagaimana kita mengharapkan para laki-laki bisa mengerti kesulitan yang harus dihadapi para ibu-ibu ini? 

Jika ada seorang wanita yang belum menikah, masa sekelilingnya akan mendesak, seolah-olah segala pencapaian lain yang sudah diraihnya menjadi tidak ada guna jika belum menikah dan mempunyai anak. Sementara itu, tidak sedikit wanita yang dicap tidak profesional ketika dalam suatu waktu memutuskan mendahulukan kebutuhan anak (antar jemput, menghadiri parenting day). Ah, ada adegan teman Jeong Dae-Hyeon membawa anaknya ke kantor. Wanita ini harus berulang-ulang minta maaf karena tidak bisa meninggalkan anaknya di penitipan karena sedang sakit. Susah memang.

Yah, sekali lagi kisah Kim Ji-young memang sangat sedih jika dibahas satu persatu. Tetapi, sebagai seorang perempuan yang bekerja dengan banyak ibu-ibu tangguh yang harus disiplin berbagi waktu antara keluarga dengan kantor, Pimpinan Kim adalah tokoh yang menjadi perhatian saya. Dia memang bukan tokoh utama, dia mungkin tidak terlihat sakit secara nyata, tetapi dia paling banyak memenangkan simpati saya dalam film ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun