Saat ditanya memang ada yang merokok, mereka dengan riuh tertawa-tawa menunjuk temannya, terutama murid-murid perempuan.
Yang laki-laki beberapa mengangkat tangan sambil berkata "ayo jujur, jujur woy. Berani.." Kami hanya tertegun.Â
Teman saya dengan sisa sesi motivasi yang tinggal sedikit, hanya bisa mengaitkan bahwa merokok itu akan merusak tubuh mereka, membuat mereka sakit dan tidak bersemangat belajar. Mereka akan kesulitan mencapai cita-cita mereka sebagai pemain bola atau dokter.
Dengan sisa waktu yang sempit dan media terbatas, saya dipaksa berakrobat untuk menyampaikan informasi mengenai bahaya merokok pada anak-anak ini.Â
Pemahaman mereka mengenai hidup sehat tidaklah kurang. Mereka paham mengenai pentingnya sarapan, mayoritas sarapan di rumah kecuali berangkatnya kesiangan.
Mereka mengatasinya dengan sarapan bubur di kantin sekolah. Mengenai cuci tangan, mereka bisa mempraktekkan enam langkah cuci tangan dari WHO, untuk aplikasinya, mereka memang masih harus banyak diingatkan.Â
Membersihkan bak mandi dan mencegah perkembangan jentik juga mereka khatam. Mereka tahu apa itu jentik, bagaimana jentik jadi nyamuk, dan bahayanya jika nyamuk itu ternyata Aedes Aegypti yang tersohot itu. Mereka tahu penyakit Dengue dan DBD.
Bagaimana dengan rokok??
Mereka tahu. Tahu efek merokok akan membuat paru-paru mereka hitam. Tahu jika merokok bisa menyebabkan kanker saat mereka dewasa. Tahu jika merokok membuat mereka sesak bernafas saat bermain bola atau berenang di air terjun di dekat desa mereka.Â
Mereka tahu jika rokok bisa menyebabkan leher mereka berlubang dan rusak seperti gambar di bungkus rokok yang mereka hisap.
Kenapa mereka merokok? Jawabnya ga kenapa-kenapa. Orang tua mereka merokok, orang dewasa di lingkungan mereka merokok. Mereka merasa wajar jika mereka merokok. Sumber rokoknya adalah warung, bukan mengutil punya bapaknya.