Mohon tunggu...
Corry LauraJunita
Corry LauraJunita Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Tsundoku-Cat Slave

-

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Bumi Manusia di Atas Layar

23 Agustus 2019   20:55 Diperbarui: 24 Agustus 2019   19:26 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artis peran Iqbaal Ramadhan (kiri) berperan sebagai Minke dan Mawar de Jongh sebagai Anelis menjalain shooting film Bumi Manusia di bawah arahan sutradara Hanung Bramantyo. (DOK. FALCON PICTURES)

Juga, diskusi-diskusinya dengan Juffrouw Magda Peters gurunya di H.B.S, perdebatan dengan putri-putri De la Croix tidak hadir dalam film ini. Namun, jika ingin semuanya dimasukkan, tentunya durasi 3 jam akan kurang, atau kesannya akan lebih buru-buru dari yang ada sekarang.

Pemeran lain selain Iqbal telah dipilih dengan pas sesuai dengan karakter masing-masing tokoh. Mawar de Jongh berhasil memerankan sosok Annelies yang penggugup dan manja. 

Sifat kekanak-kanakannya yang kontradiktif dengan kedewasaannya dalam mengawasi pekerja-pekerja di ladang memang tidak terpancar dalam film. Mungkin seandainya adegan antara May (Putri Jean Marais) dihadirkan, kesan itu akan bisa ditunjukkan. Sementara Sha Ine Febrianti benar-benar menggambarkan Nyai Ontosoroh dalam khayalan saya. Cantik, cerdas, powerfull dan misterius. 

Namun di saat yang sama menunjukkan sangat rapuh akibat ketidakmampuannya membela diri dan keluarganya di hadapan pengadilan, dan terlihat sangat hancur saat tidak mampu mempertahankan anaknya. Pemilihan pemeran lain seperti Darsam, Jan Dapperste, Ibu Minke, Suurhoff, Maiko, Babah Ah Tjong juga tidak perlu dikomentarin, terasa pas semuanya.

Ah, dan satu hal yang menurut saya tidak adil adalah penggambaran Robert Mellema dalam film ini. Giorgino Abraham memang memerankan tokoh ini dengan baik, perannya membuat penonton sangat marah dengan keangkuhannya. 

Saya sedikit kurang setuju sih dengan penggambaran ini, karena yang saya tangkap dalam bukunya adalah Robert memang seorang yang bejat, tetapi bukan orang yang tidak memiki manner seperti di film ini. Itu saja.

Jadi hemat saya, Film "Bumi Manusia" sangat layak untuk disaksikan. Jika anda seorang pengagum karya Pramoedya Ananta Toer, mungkin ekspektasi bahwa untuk menjadi film yang sempurna seluruh isi buku harus dituangkan dalam layar harus dikurangi jika tidak bisa dihilangkan. 

Hanya dengan cara itulah saya akhirnya berhasil duduk selama 3 jam.  Mungkin penutup dari ungkapan penyesalan saya karena telah menghakimi film ini sebelum menyaksikannya adalah

Hanung Bramantyo dan kru telah melawan rasa sangsi para peragu atasnya, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun