Bertahun-tahun berlalu, saya semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan termasuk kulit. Kulit kering dan busik akan membuat kulit saya gampang teriritasi dan tergores yang memudahkan terjadinya infeksi.Â
Wajah berjerawat tentunya juga tidak nyaman, baik bagi yang melihat juga bagi saya yang harus berhati-hati supaya tidak menyenggol jerawat supaya tidak sampai pecah (sakit jendral!).Â
Selain itu tidak ada korelasi antara rajin skincarean dengan nilai di sekolah. Kecuali selama guru menerangkan dia sibuk oles-oles lotion dan pelembab sepanjang hari. Kan, ga mungkin juga. Jadi saya termasuk yang kontra dengan aksi razia skincare.
Bagaimana jika ada argumen yang menyatakan bahwa tidak semua mampu membeli barang-barang tersebut dan memicu kesenjangan. Menurut saya sih, untuk ini tinggal ada dialog antara murid dan gurunya.Â
Skincare yang beredar di pasaran kan relatif terjangkau. Ya, mereka jangan boleh bawa SK II juga kali. Tetapkan jenis apa aja yang mereka boleh bawa, range harga juga bisa didiskusikan dan kapan mereka boleh menggunakan. Jangan boleh juga mereka menerapkan sepuluh langkah skincare a la korea pas jam pelajaran.Â
Anak sekarang sangat terbuka jika diajak berdialog. Saat alasan yang disampaikan logis. Nah, kalau ada yang melanggar dari kesepakatan bersama, barulah penyitaan barang masuk akan dilakukan. Jadi bukan seperti masa saya sekolah dulu. Disita biar ga jadi bodoh.
Trus ngomong-ngomong itu barang sitaan mau dikemanakan ya? Kalau dibalikin lagi, pada ingat ga ya punyanya yang mana? Atau mau di preloved?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H