Mohon tunggu...
CORRIE TERESIA
CORRIE TERESIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Blue Carbon Alas Purwo: Menyingkap Potensi Karbon Biru untuk Masa Depan

15 Juli 2024   14:19 Diperbarui: 11 November 2024   08:10 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alas Purwo, Banyuwangi - Penelitian dilakukan di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Kegiatan ini menyoroti potensi besar dari karbon biru yang tersimpan di ekosistem pesisir. Blue carbon atau karbon biru merujuk pada karbon yang disimpan di dalam ekosistem laut seperti mangrove, rawa-rawa pasang surut dan padang lamun.  Potensi dari karbon biru ini memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim, sekaligus menawarkan manfaat ekonomi bagi masyarakat disekitarnya. Manfaat ekonomi dapat diperoleh dari lingkungan karbon yang terjaga dengan baik. Blue carbon dinilai perlu dikenalkan dengan baik kepada masyarakat agar dalam kegiatan konservasinya, masyarakat dapat ikut andil dalam menyukseskannya.

Penelitian dilakukan oleh Tim Riset dari Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Dipimpin oleh Dr. Purwanto, S.Pd, M.Si, tim ini bekerja sama dengan mahasiswa Departemen Geografi, yaitu Kresno, Wahyu, Eva, dan Farihah. Dalam penelitian ini, dilakukan studi mendalam dengan fokus pada kemampuan ekosistem pesisir di Alas Purwo dalam menyimpan karbon. Penelitian mencakup pengumpulan sampel tanah dan air, analisis vegetasi, analisis kebudayaan, pengukuran kualitas udara, pengukuran diameter mangrove, serta pemetaan kawasan kaya karbon biru. Hasil awal menunjukkan bahwa kawasan ini memiliki kapasitas penyimpanan karbon yang signifikan, melebihi perkiraan awal para peneliti.

Penelitian ini juga mengeksplorasi aspek sosial-ekonomi masyarakat setempat untuk memahami upaya yang telah dilakukan dan manfaat yang dapat diperoleh oleh masyarakat tersebut. Penduduk di sekitar Alas Purwo dilibatkan sebagai narasumber dalam kegiatan penelitian ini, memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi aktif. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengembangkan potensi karbon biru di sekitar lokasi ini dan menjadi model bagi kawasan pesisir lainnya di Indonesia. Potensi karbon biru yang telah diidentifikasi dapat menjadi dasar bagi kebijakan konservasi yang lebih efektif dan strategis. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menarik investasi untuk proyek-proyek konservasi dan pengembangan berkelanjutan di Banyuwangi.

Penelitian ini dilakukan selama dua hari di enam lokasi atau geosite di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi. Kegiatan dimulai dari Kawasan Ekowisata Mangrove Bedul, yang secara administratif terletak di Dusun Blok Solo, RT. 1, RW. 2, Desa Sumberasri, Kecamatan Purwoharjo, Gebang Kandel, Sumberasri, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Lokasi ini memiliki hutan mangrove dengan berbagai varietas. Tim riset melakukan analisis lahan, analisis flora dan fauna di lokasi tersebut, pengukuran diameter pohon mangrove, serta pengukuran kualitas udara yang mencakup kadar oksigen (O), karbon dioksida (CO), karbon monoksida (CO), dan kelembaban.

Gambar 2 : Pengukuran Diameter Pohon Mangrove   (Dokpri)
Gambar 2 : Pengukuran Diameter Pohon Mangrove   (Dokpri)

Gambar 3 : Pengukuran Kualitas Udara (Dokpri)
Gambar 3 : Pengukuran Kualitas Udara (Dokpri)

Lokasi kedua adalah geosite hutan Alas Purwo, yang terletak di Pantai Plengkung atau yang dikenal dengan sebutan G-Land. Sebelum mencapai pantai, tim disambut oleh kemegahan hutan Alas Purwo. Secara administratif, lokasi ini berada di Purworejo, Kalipait, Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.  Pantai ini terkenal dengan ombak yang tinggi dan menantang, menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berolahraga atau mengikuti kejuaraan selancar. Kegiatan analisis yang dilakukan mencakup aspek geosite, biosite, culturesite, dan etika lingkungan di lokasi tersebut. Keunikan pantai ini terletak pada bibir pantai yang dipenuhi terumbu karang dan ekosistem padang lamun yang dinamis.

Gambar 4 : Terumbu Karang Pantai G-Land  (Dokpri)
Gambar 4 : Terumbu Karang Pantai G-Land  (Dokpri)

Gambar 5 : Ekosistem Padang Lamun Pantai G-Land (Dokpri)
Gambar 5 : Ekosistem Padang Lamun Pantai G-Land (Dokpri)

Pada hari kedua, kegiatan penelitian dilanjutkan ke geosite di sebelah selatan, dimulai dari Pantai Cemara yang berdekatan dengan area penginapan. Geosite ini terletak di Desa Muncar, Dusun Kabat Mantren, Wringin Putih, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Selain menjadi tujuan wisata pantai, Pantai Cemara juga berfungsi sebagai lokasi konservasi mangrove. Kawasan mangrove ini tidak hanya digunakan untuk wisata tetapi juga sebagai sarana pendidikan dan untuk berpartisipasi dalam upaya konservasi. Masyarakat setempat mendapatkan manfaat ekonomi dari pariwisata, penangkapan satwa laut, kegiatan pembibitan, dan penanaman mangrove.

Gambar 6 : Kawasan Mangrove Pantai Cemara (Dokpri)
Gambar 6 : Kawasan Mangrove Pantai Cemara (Dokpri)

Gambar 7 : Mangrove Pantai Cemara (Dokpri)
Gambar 7 : Mangrove Pantai Cemara (Dokpri)

Menurut Pak Umar, seorang nelayan dan pembibit mangrove di sekitar pantai, keuntungan diperoleh dari kegiatan penanaman mangrove yang diadakan oleh instansi baik secara bersama-sama maupun mandiri. Pak Umar dan timnya menjual bibit mangrove serta menyelenggarakan pelatihan untuk kegiatan pembibitan dan penanaman tersebut. Modal dan biaya perawatan dibiayai sendiri. Dinas kehutanan dan kelautan memberikan izin untuk merawat dan memantau mangrove selama dua tahun setelah penanaman. Di pantai ini juga terdapat culturesite berupa kegiatan adat melarung, yang rutin dilakukan secara sederhana di tepi pantai sebagai ungkapan syukur atas hasil laut yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Gambar 8 : Wawancara bersama Pak Umar (Dokpri)
Gambar 8 : Wawancara bersama Pak Umar (Dokpri)

Gambar 9 : Berlatih Pembibitan bersama Pak Umar (Dokpri)
Gambar 9 : Berlatih Pembibitan bersama Pak Umar (Dokpri)

Penelitian berlanjut ke geosite kedua, yaitu Teluk Pang Pang yang terletak di Persen, Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi. Teluk ini merupakan area konservasi dan juga tempat pembibitan mangrove. Salah satu keunikan geosite ini adalah keberadaan fauna lokal berupa kepiting Uca spp yang memiliki satu capit berukuran besar, karena lingkungan mangrove yang didominasi oleh lumpur. Kepiting ini aktif bergerak saat air surut. Kegiatan kepiting ini memiliki dampak signifikan dalam ekosistem mangrove dengan membentuk lubang yang membantu sirkulasi udara dan perombakan sedimen.

Gambar 10 : Mangrove di Kawasan Teluk Pangpang (Dokpri)
Gambar 10 : Mangrove di Kawasan Teluk Pangpang (Dokpri)

Gambar 11 : Kepiting Mangrove di kawasan Teluk Pangpang (Dokpri)
Gambar 11 : Kepiting Mangrove di kawasan Teluk Pangpang (Dokpri)

Tim menuju geosite ketiga di kawasan mangrove yang terletak di Candi Purwo. Secara administratif, geosite ini berada di Pd. Asem, Kedungasri, Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi. Lokasi ini berada di sekitar daerah aliran sungai yang rentan terhadap erosi, dengan tanah berlumpur. Memilih wilayah ini sebagai kawasan konservasi mangrove dianggap tepat untuk mengurangi erosi. Selain itu, daya tarik lain dari daerah ini adalah adanya sebuah candi yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau bertapa. Keberadaan tempat suci seperti ini diharapkan dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia, sehingga mereka yang beraktivitas di kawasan ini dapat lebih menghargai lingkungan sekitarnya.

Gambar 12 : Kawasan Mangrove Candi Alas Purwo (Dokpri)
Gambar 12 : Kawasan Mangrove Candi Alas Purwo (Dokpri)

Gambar 13 : Candi Alas Purwo (Dokpri)
Gambar 13 : Candi Alas Purwo (Dokpri)

Kegiatan penelitian ditutup dengan kunjungan ke geosite terakhir yang terletak di area perkotaan, yaitu Pantai Cacalan. Secara geografis, pantai ini berada di Lingkungan Sukowidi, Klatak, Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Meskipun memiliki sedikit kawasan mangrove, daya tarik utama pantai ini tetap terletak pada wisata pantai yang luas. Mangrove di sini memiliki ciri khas akar nafas yang menonjol dan mengelilingi batang pohon. Selain menikmati pemandangan indah, pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas seperti menaiki kano yang disewakan.

Gambar 14 : Mangrove di Kawasan Pantai Cacalan (Dokpri)
Gambar 14 : Mangrove di Kawasan Pantai Cacalan (Dokpri)

Blue carbon atau karbon biru yang tersimpan dalam ekosistem pesisir memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon ke atmosfer. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh geosite atau bentuk geologi dari suatu lokasi. Selain itu, biosite yang mencakup flora dan fauna juga berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang kaya akan karbon biru, serta memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Culturesite juga memiliki pentingnya, karena kebiasaan dan aktivitas manusia dalam lingkungan tersebut sangat memengaruhi bentuk lahan dan habitat flora dan fauna. Etika lingkungan merupakan kebijakan yang dapat memastikan kelestarian ekosistem pesisir yang kaya akan karbon biru.

Kegiatan kajian dan analisis yang dilakukan oleh tim menghasilkan data dan dokumentasi yang akan diolah menjadi hasil penelitian yang dapat diakses secara luas. Penelitian ini berfokus pada pemantauan jangka panjang dan menggunakan teknologi pemetaan yang lebih mutakhir. Harapannya, hasil dari penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat ilmiah, tetapi juga berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan. Alas Purwo kini tidak hanya menjadi destinasi wisata alam, tetapi juga menjadi pusat penelitian yang memberikan kontribusi nyata terhadap solusi perubahan iklim global.

Penulis : Erisa Elvada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun