Bagi Foucault kekuasaan berada dimana saja tidak hanya di satu tempat saja (pemerintahan saja) melainkan kekuasaan tumbuh dari dalam diri seseorang saat ia punya rasa ingin tahu. Kekuasaan berjalan bukan dari sebuah penindasan atau kekerasan tetapi lewat normalisasi dan regulasi yang menjaga dan menghukum, yang artinya sebagai pendisiplinan untuk mencegah dari pihak yang mendominasi atau merugikan.Â
Menurut Foucault kekuasaan ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Disini peran ilmu pengetahuan berfungsi untuk menetapkan apa yang benar dan mengeliminasi apa yang palsu. Adanya ilmu pengetahuan dapat menciptakan sesuatu yang bisa digunakan untuk menguasai masyarakat, seperti contohnya teknologi yang hari-hari ini sudah menguasai berbagai kalangan masyarakat.
Pemikiran Foucault selanjutnya, yaitu tentang diri dan kekuasaaan. Dalam buku Foucault yang berjudul "discipline and punish" Foucault menjelaskan tentang diri yang menjadi objek kekuasaan, Foucault memberi istilah masyarakat panoptic dalam fenomena ini.Â
Dalam bukunya, masyarakat panoptic menjelaskan tentang bagaimana manusia dapat teratur karena merasa terawasi, disini tubuh manusia dikuasai oleh aturan-aturan yang sudah menyebar dan kita secara ga sadar menganggap itu adalah hal yang normal. Contohnya saat seseorang menuruti apa kata dokter untuk minum sebuah obat saat dia sakit.Â
Konsep Foucault yang satu ini dikritik oleh salah satu tokoh postmodern, yakni Jean Baudrillard. Menurutnya Foucault teralu mengagungkan kekuasaan sampai ke tingkat mikronya.Â
Menanggapi hal tersebut, Foucault membuat sebuah pemikiran baru atau konsep baru tentang diri, yaitu subjektivitas dan technology of the self. Konsep subjektivitas menjelaskan bahwa peran individu adalah subjek yang memiliki otoritas terhadap tubuh mereka sendiri, contohnya saat seseorang berhubungan seks.Â
Seks menurut Foucault merupakan hal yang sangat bersifat subjektif dalam rahasia dan sangat intim sesuai dengan Hasrat dan kepuasaan diri sendiri, sedangkan technology of the self adalah kemampuan atau seni untuk melatih diri dimana seseorang sepnuhnya memiliki kekuasaan atas tubuhnya sendiri tanpa intervensi kekuasaan orang lain.
Berhubungan dengan konsep diri, Foucault memperdalam penjelasannya tentang seksualitas. Menurutnya, seks dan kekuasaan tidak bisa dipisahkan. Disini Foucault menjelaskan kalau tubuh dapat menjadi alat untuk menanamkan nilai-nilai moral dalam aktifitas seseorang beragama. Pemikiran tersebut didasari karena adanya keyakinan bahwa tubuh kita merupakan alat penyatuan diri dengan Tuhan slah satu contohnya adalah Tantra.
Tantra adalah salah satu bentuk keyakinan yang menganggap bahwa melalui penjelajahan tubuh kita sendiri, kita dapat mencapai tingkat kesadaran spiritualitas yang paling tinggi, jadi secara tidak langsung seseorang dapat memahami dunia melalui tubuhnya sendiri.Â
Dalam ajaran Tantra, diyakini bahwa saat tubuh kita menyatu sebenarnya penyatuan ini merupakan proses cikal bakal dari keberadaan alam semesta. Art Erotica dari Foucault menjelaskan bahwa meskipun kita manusia yang selalu diunggulkan tetapi kita tetaplah mahluk yang selalu mengejar kenikmatan dan kepuasaan ragawi.
     Â