Mohon tunggu...
Cornelius Andrew
Cornelius Andrew Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya adalah seorang pelajar SMA.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mulai dari Nol: Sarjana Psikologi menjadi Sutradara Film

28 April 2024   23:50 Diperbarui: 28 April 2024   23:51 1357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak bisa dipungkiri bahwa banyak insan muda bermain aman dan ragu untuk melakukan lompatan perubahan dalam hidupnya. Keraguan tersebut disebut sebagai ketakutan akan ketidakpastian. Pada tahun 2011, penulis lagu dari Australia atas nama Bronnie Ware menulis buku "Top Five Regrets of the Dying" yang berisi pengalamannya selama bekerja dalam perawatan paliatif. Beliau menemukan bahwa penyesalan terbesar dari semua pasiennya adalah mereka menjalani kehidupan sesuai harapan orang lain, mereka tidak menjalani kehidupan yang sesungguhnya diinginkan oleh diri sendiri. Buku tersebut mengungkapkan bahwa ketakutan akan ketidakpastian menjadi satu faktor terbesar yang mengakibatkan penyesalan tersebut. Menurut Cynthia Cobb (2020), ketakutan akan ketidakpastian disebabkan oleh kurangnya prediktabilitas dan kontrol atas hidupnya. Pasien-pasien tersebut baru menyadari saat hidupnya sudah hampir selesai bahwa mereka belum mencapai begitu banyak impian dan harus meninggal mengetahui bahwa hal tersebut disebabkan oleh pilihan-pilihan yang telah mereka buat. Mereka telah bermain aman selama keseluruhan hidupnya, menginginkan hal yang pasti bisa diketahui dan mudah dikendalikan. Tentunya hal ini bukanlah sebuah hal yang ingin dialami.

Pada kesempatan ini, penulis ingin memperkenalkan pembaca pada sosok sutradara film ternama dari Indonesia, George Arif. George merupakan seseorang yang mampu mengalahkan ketakutan akan ketidakpastian, mulai dari nol sebagai sarjana psikologi yang menempuh pendidikan S1 Psikologi di Universitas Indonesia sampai menjadi seorang sutradara film ternama di Indonesia. Pada saat masih berstatus sebagai seorang mahasiswa, George belum mempunyai arah yang begitu jelas untuk hidupnya. Sebagai kaum muda pada saat itu, George memiliki banyak ketertarikan. Pada semester 4 kuliah, George mulai aktif melakukan banyak pertunjukan teater dan menerbitkan majalah seni di beberapa kota besar Indonesia. Minatnya pada seni terus bertumbuh sehingga ia menuliskan skripsinya yang berjudul "Gambaran Konsep Diri Aktor Teater Profesional", di mana ia meneliti para tokoh besar tokoh besar teater di 7 kelompok teater terbaik Indonesia. Seiring dengan George mengembangkan minatnya dalam seni, tak disangka bahwa satu sore memberikan inspirasi baru di hidupnya. Pada saat bermain di Plaza Festival, George iseng untuk pergi ke gedung sebelah. Pada saat mengelilingi gedung tersebut, George tak sengaja melihat sebuah toko film yang menarik. George masuk ke dalam toko film tersebut dan mengambil sebuah brosur. Momen ini menjadi titik awal ketertarikan George pada film.

Pada tahun itu juga, George mendaftarkan diri dalam kursus sinematografi di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail. Minatnya pada film terus berkembang dengan berjalannya waktu. Setelah lulus dari Universitas Indonesia di awal tahun 2000, George mengikuti lokakarya akting di Goethe Institut dan Centre Culturel Francais. Selama 2 tahun berikutnya, George bekerja secara freelance. Namun di balik semua kesenangan hidupnya pada saat itu, George merasa bahwa ia ingin menjadi pembuat film (filmmaker). Gairah George untuk berkarya dalam bidang film begitu kuat sampai ia membicarakan mimpinya untuk menjadi pembuat film (filmmaker) dengan orang tuanya. Hingga waktunya tiba pada 9 Juni 2003, George memutuskan untuk melakukan lompatan perubahan dalam hidupnya. George mewujudkan keinginannya untuk menjadi pembuat film (filmmaker) dengan memutuskan untuk membuat perusahaan produksi film. Dengan latar belakang keluarga yang berkarier pada bidang sains, pilihan ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Pada saat itu, George juga belum mempunyai banyak relasi di bidang bisnis ataupun bidang lainnya. Memberanikan diri saja, memulai saja. Mungkin ini yang George pikir saat itu.

Dari awal yang sangat sederhana, George berkarya bersama timnya di Spin Productions. Spin Productions adalah sebuah agensi kreatif yang memproduksi iklan dan dokumenter. Pada saat itu, George secara konsisten setiap hari berusaha untuk melawan ketakutan akan ketidakpastian dengan self-talk yang baik dan kerja keras. Seperti semua orang, awalnya karya yang dibuat masih biasa-biasa saja. Berbekal teladan dari ayah dan ibunya, George berusaha terus dan memegang integritas dalam bekerja. Perlahan, satu demi satu klien yang puas mereferensikan George ke rekan mereka. Hal ini seperti bekerja melawan ketakutan akan ketidakpastian, menepis kekuatiran dan menjawab semua dengan karya. Tak mudah memang, tetapi perlu dan harus terus dilakukan. Seperti kata pepatah: Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Begitu pula dengan waktu berjalan, semakin banyak klien yang percaya pada kinerja George Arif. Sejak tahun 2007, ia bekerja dengan rekan produser global memproduksi karya yang tayang di stasiun televisi internasional. Beberapa di antaranya adalah Travel Channel, History Channel, BBC dan Animal Planet. Kerja sama ini terus terjalin hingga saat ini. Klien nasional dan multinasional pun berbondong mempercayakan pengerjaan material promo dan iklan mereka kepada George Arif dan agensi kreatifnya. Sebutkan mulai dari perusahaan teknologi startup besar, kementerian, perusahaan tambang, FMCG, hingga instansi pendidikan ternama terus mempercayakan tangan hangat George dalam mempromosikan brand dan program mereka. Pada tahun 2022, George terus menaklukkan ketakutan akan ketidakpastian dengan berkarier sebagai penulis. Di tengah kesibukannya sebagai seorang pembuat film (filmmaker), George menulis sebuah buku yang berjudul "Drama: Tentang Kita". Buku tersebut membahas mengenai skripsinya saat menjadi seorang mahasiswa di Universitas Indonesia.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk meninggi-ninggikan nama George Arif, melainkan mencoba untuk menjelaskan seorang tokoh inspiratif yang mampu untuk menaklukkan ketakutan akan ketidakpastian dalam hidupnya. Dengan menunjukkan etika kerja yang sangat baik, George Arif telah mampu berjuang mulai dari nol menjadi begitu hebat. Oleh karena itu, penulis mengajak para kaum muda untuk menaklukkan ketakutan akan ketidakpastian dalam hidupnya. Tak apa-apa jika di awal karya kalian masih biasa-biasa saja karena proses perjuangan menuju kesuksesan merupakan hal yang tidak mudah. Namun dengan usaha yang konsisten, kalian selalu bisa berkembang menjadi seseorang yang lebih baik. Pada akhirnya, jangan lupa tentang mimpi-mimpi yang kalian miliki dan jangan ragu untuk melakukan lompatan perubahan dalam hidup kalian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun