Mohon tunggu...
Cornelius Juan
Cornelius Juan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Saya Cornelius Juan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Lapis Positif "Agama Sebagai Candu Masyarakat"

9 September 2022   10:57 Diperbarui: 9 September 2022   11:06 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka manusia tidak mutlak tergantung pada yang ilahi. Ada kiat dan manuver baru dalam memperjuangkan apa yang penting bagi hidupnya. Sesungguhnya hal ini disampaikan secara tersirat oleh Marx, di mana "agama adalah candu" itu disebabkan oleh keterasingan dalam pekerjaan di bawah otoritas kapital. Meskipun para pekerja (dalam konteks buruh) memperoleh ketidakadilan bahkan keterasingan, mereka tidak serta merta dimusnahkan oleh sistem kapital. Dalam konteks zaman sekarang, pengharapan akan hal-hal baru semakin memperkokoh usaha untuk hidup, bahkan dapat menghapus kejanggalan di dalam tubuh kapitalis dan mengusahakan pembaharuan.

Kedua, Apakah pengharapan tadi berdampak pada integrasi umat beriman? Jika berpijak dalam buku Franz Magnis ini:"..agama sebagai ungkapan keterasingan yang lebih mendalam." Ini menjadikan manusia memilih agama sebagai sarananya berhadapan dengan-Nya yang Ilahi dan mencurahkan apa yang ia alami secara terbuka. Hal ini menjadikan agama sebagai keyakinan (faith) dapat bernaung dan melibatkan diri yang membawakan energi positif yang semakin menyemarakkan hidupnya. 

Contohnya adalah usaha para suster-suster St. Joseph yang menjadikan biara mereka yang berlokasi di Ukraina Barat bagi para pengungsi korban perang Rusia-Ukraina. Pontifical Foundation Aid to the Church in Need mendukung langkah ini dengan paket bantuan khusus dan bantuan ini diberikan kepada seluruh kongregasi religius wanita Katolik ritus Latin di Keuskupan Agung Lviv. Contoh ini hendak mengatakan bahwa agama melihat realitas dan bertindak di dalam realitas. Tindakan ini mencirikan hakikat manusia yang terealisasi selaras dengan keadaan dan tidak melarikan diri dari realita yang terjadi.  

Jika agama hanyalah wadah realisasi diri manusia dalam angan-angan karena dalam realitas hakikat manusia tidak terealisasikan secara nyata, mengapa di bawah naungan agama, seringkali karya yang diadakan sifatnya praktis atau lapangan di mana terdapat realisasi? Apakah sungguh manusia hanya berkutat pada agama dan manusia tidak mampu merealisasikan diri dalam realitas? Dalam zaman yang terus bergerak, agama tidak serta merta sebagai candu masyarakat di mana hanya inilah wadah untuk merealisasikan diri. Agama, terkhusunya Gereja Katolik dengan fokusnya saat ini yaitu Gereja yang Sinodal (berjalan bersama), sangat memperhatikan realita zaman ini. Hal ini menandakan bahwa agama menggiatkan manuver yang lebih universal dan membawa pengharapan baru saat berjalan di dalam realitas.

Sumber:

Buku "Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan            Revisionisme" oleh Franz Magnis-Suseno, PT Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Majalah Hidup (Mingguan Katolik) "Terluka, Gereja Ukraina", Edisi ke-19, 8        Mei 2022.

Kompendium Katekismus Gereja Katolik, PT. KANISIUS, 2009.

Nasional.sindonews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun