Mohon tunggu...
Corneli Bobby Lauwira
Corneli Bobby Lauwira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Konten kreator video game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hunting Fotografi di Jawa Tengah

15 Juni 2023   20:20 Diperbarui: 15 Juni 2023   20:29 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam karya tulis feature pertama ini, saya ingin membahas objek wisata yang saya kunjungi pada saat OCA (Offline Class assignment) yang tugasnya berada di luar kota untuk ujian mata kuliah Fotografi yaitu di Kabupaten Ambarawa dan Kota Semarang. Objek yang saya kunjungi adalah Eling Bening, Museum Kereta Api Ambarawa, Rawa Pening, Kota Lama Semarang, dan Masjid Agung Semarang Jawa Tengah.

Pertama saya akan bahas Eling Bening, lokasinya bernama lengkap Eling Bening Ambarawa tetapi lebih dikenal dengan sebutan Eling Bening. Lokasinya yang luas dan memiliki udara yang sejuk, membuat lokasi wisata ini memiliki pengunjung harian yang banyak. Lokasi wisata ini memiliki resort, resto dan permainan outbond. Luasnya tempat wisata ini, membuat saya ingin mengeksplor setiap sudutnya dan mengabadikannya dalam tugas yang saya emban sekarang. View yang ditawarkan dari atas puncak lokasi ini adalah Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, Gunung Andong, sampai Danau Rawa Pening. Selain itu, ada resort mewah yang disediakan bagi para pengunjung untuk menikmati view lebih lama dan sebagai bonusnya bisa menikmati view pada malam hari, yang tidak dapat dinikmati pengunjung lainnya jika tidak bermalam di resort tersebut. Tempat wisata ini beroperasi sejak pukul 07.00 pagi sampai 18.30 malam, pada setiap harinya tanpa mengenal hari libur. Selain itu, resto di sanapun menyediakan hidangan tradisional yang mematok harga terjangkau, dari sekitar Rp 20.000 sampai Rp 50.000. Sebagai tambahan, resto ini memiliki taman, sehingga memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Kemudian ada kolam renang yang cukup luas, lengkap dengan seluncurannya, menarik minat anak-anak untuk bisa bermain air sepuasnya, cukup dengan HTM Rp 20.000. Dari sinilah view terbaik didapatkan untuk foto, karena beberapa gunung yang sebelumnya telah disebutkan, dapat difoto dari lokasi ini. Kemudian ada wahana outbond yang dapat dinikmati oleh pengunjung untuk melepas penat, seperti flying fox, playground, ayunan, spot trekking, dan masih banyak wahana lainnya. Kebetulan saya belum bisa mencoba karena fokus untuk menunaikan tugas ambil jepretan foto-foto dengan view terbaik di tempat ini. Ada beberapa tempat yang dapat saya jadikan background foto saya, seperti patung naga dan taman bunga. Dengan HTM yang terjangkau, yaitu Rp 30.000 di hari biasa dan Rp 35.000 pada akhir pekan, menjadikan lokasi ini salah 1 (satu) tempat wisata teramai di Ambarawa.

Selanjutnya saya menuju ke Museum Kereta Api Ambarawa. Museum ini dikenal pula dengan sebutan Museum Kereta Api Indonesia yang mengoleksi unit kereta api sejak zaman Hindia Belanda sampai pra kemerdekaan Republik Indonesia, mulai dari sarana, pra sarana, dan perlengkapan adminitrasi. Awalnya museum ini adalah stasiun yang bernama Stasiun Willem 1 yang dibangun oleh Nedherlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) pada tahun 21 Mei 1873. Namun, pada tahun 1976 KA Ambarawa dinonaktifkan dan Stasiun Ambarawa dicanangkan sebagai Museum Kereta Api oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu, Supardjo Rustam. Hal ini ditujukan untuk menyelamatkan lokomotif uap terakhir sebagai salah 1 (satu) daya tarik wisata di Jawa Tengah. Stasiun Ambarawa dipilih karena keterkaitannya dengan Pertempuran Ambarawa, selain itu karena masih menyimpan teknologi kuno yang masih bisa dioperasikan. Terkadang, museum ini bisa beralih fungsi untuk kegiatan publik, seperti pameran, ruang pertemuan, pemotretan, pesta pernikahan, shooting, festival, workshop, bazaar, dan lain-lain.

Selanjutnya saya menuju ke Rawa Pening. Danau alami ini berlokasi tidaklah jauh dari Eling Bening Ambarawa. Berbeda sedikit dari Eling Bening Ambarawa, sesuai namanya, Rawa Pening adalah wisata alam yang terbentuk alamiah oleh alam, yang memiliki legenda singkat. Konon, danau atau rawa ini adalah sebuah desa yang bernama Desa Ngasem, yang terletak di bawah kaki Gunung Telomoyo. Lalu ada seorang kepala desa bernama Ki Sela Gondang yang membutuhkan sebuah pusaka untuk tolak bala, sahabatnya bernama Ki Hajar Salokantara memberikan pusaka yang dimaksud, dengan syarat tidak boleh meletakkan pusaka tersebut di atas pangkuan sang putri dari Ki Sela Gondang, yang sedang diutus untuk mengambil pusaka tersebut. Namun, tanpa sengaja sang putri yang bernama Endang Sawitri, meletakkan pusaka di atas pangkuannya dan menjadi hamil. Ki Sela Gondang memohon sahabatnya untuk dapat menikahi putrinya, yang kemudian melahirkan seorang putra bernama Baro Klinting. 

Pada suatu ketika, Baro Klinting diharuskan menemui Ki Hajar Salokantara ke Gunung Telomoyo guna melepaskan kutukan dari pusaka tersebut, dan untuk mencapainya, Baro Klinting harus bertapa dan 'melilitkan' tubuhnya sampai ke puncak Gunung Telomoyo. Malang tak dapat dihindari, warga Desa Pathok yang sedang berburu melihat ekor Baro Klinting sebagai makanan yang dapat dikonsumsi, sehingga mereka memotong dan memakannya, karena wujud Baro Klinting tidak dapat dilihat sepenuhnya oleh warga Desa Pathok. Setelah selesai bertapa, Baro Klinting meminta makanan dan minuman dari Desa Pathok namun karena penampilan Baro Klinting yang lusuh dan penuh dengan luka, mereka tak lantas memberikan apa yang diminta oleh Baro Klinting. Kemudian, datang seorang janda tua bernama Nyai Latung dan memberikan apa yang diminta oleh Baro Klinting. Lalu, Baro Klinting menancapkan sebuah lidi dan mengadakan sayembara bahwa siapapun yang dapat mencabut lidi tersebut, maka orang tersebut hebat. Namun, tidak ada yang mampu mencabut lidi tersebut hingga akhirnya Baro Klinting sendirilah yang mampu mencabutnya dan menyemburlah air dari tanah tersebut dan menenggelamkan seisi desa tersebut, namun Nyai Latung yang sudah naik ke atas lesung sesuai pesan Baro Klinting, selamat dari bencana di desa tersebut. Genangan air yang merendam desa tersebut sangat jernih dan bening, sehingga dinamakan Rawa Pening. Pada masa kini, Rawa Pening dikatakan mengambil 4 lokasi kecamatan, yaitu Kecamatan Bawen, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Tuntang, dan Kecamatan Banyu Biru, dengan luas sekitar 2.670 hektar. Rawa Pening ini juga dikenal dengan sebutan Bukti Cinta Rawa Pening, karena memang terletak di antara pegunungan dan perbukitan. Perbukitan ini pun ditumbuhi dengan hutan pinus yang terawat, menjadikannya sebagai lokasi yang lebih sejuk. HTM yang ditawarkan pun sangat terjangkau, yaitu Rp 6.000 di hari biasa dan Rp 7.500 di akhir pekan. Harga yang sangat murah jika dibandingkan dengan usaha pengelola dalam merawat tempat wisata ini.

Kemudian, besoknya saya lanjut ke Kota Semarang dan mulai mengunjungi lokasi wisata yang sudah ditentukan, yaitu Kota Lama Semarang dan Masjid Agung Semarang Jawa Tengah. Kota Lama Semarang adalah aset pariwisata Kota Semarang, karena erat kaitannya dengan VOC, selain itu posisinya unik dan menarik karena berada di tengah kota. Masih terdapat sisa-sisa pembangunan kanal di Kota Lama Semarang, menjadikannya seolah miniatur Belanda yang terselip di Kota Semarang. Kemudian, ada sebuah Museum Kota Lama sebagai pelengkap Kota Lama Semarang. Kota Lama Semarang berawal dari perjanjian antara Kerajaan Mataram dan VOC pada 15 Januari 1678. Beberapa bangunan yang tertinggal dialihfungsikan menjadi milik publik, seperti galeri, museum, resto, gedung serbaguna, gedung keuangan, bank, gereja, dan jembatan. Dan rencananya Kota Lama Semarang akan diajukan menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.

Kemudian lanjut ke Masjid Agung Semarang Jawa Tengah, yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Agung Jawa Tengah, yang diresmikan pada 14 November 2006 oleh mantan Presiden RI SBY, dengan luas area sekitar 10 hektar dan menghabiskan dana sekitar Rp 198 miliar. Terdapat wisma penginapan di sekitar masjid ini karena selain untuk beribadah, masjid ini berfungsi untuk objek wisata keagamaan pula. Arsitekturnya bergaya Romawi pada25 pilar di pelataran masjidnya dan terdapat pulak tower masjid dengan tinggi 99 meter, yang pada setiap lantainya memiliki fungsi masing-masing, termasuk caf muslim yang unik karena dapat berputar 360, Museum Kebudayaan Islam, dan pada lantai 19 terdapat menara pandang yang dilengkapi 5 teropong untuk melihat Kota Semarang.

Setelah selesai hunting foto, terakhir sebelum kembali ke Jakarta saya sempat mengunjungi pusat oleh-oleh khas Kota Semarang yaitu Kampoeng Semarang. Toko ini menyediakan berbagai macam barang, dari souvenir, yang rata-rata handmade, sampai makanan khas Kota Semarang, seperti bandeng presto, wingko babat, lumpiah, roti ganjel rel, dan lain-lain. Harga yang ditawarkan tidaklah terlalu mahal, masih sesuai dengan kantong mahasiswa seperti saya. Tempatnya yang memiliki luas 4000 meter persegi ini, memungkinkan saya untuk mengambil beberapa foto dengan sudut yang berbeda, untuk tambahan dalam tugas saya.

Sebagai penutup, saya akan simpulkan beberapa hal, yaitu melalui tugas yang diberikan oleh dosen saya untuk ujian mata kuliah Fotografi ini, saya mendapatkan banyak foto indah untuk nantinya dijadikan bahan ujian akhir semester, di samping itu saya juga mendapat tambahan wawasan tentang sejarah beberapa kawasan wisata tersebut terkait dengan pengetahuan sejarah kawasan-kawasan wisata tersebut, saya mendapatkan hal baru, yaitu dapat lebih memahami bahwa setiap tempat pasti memiliki hal yang dapat dijadikan 'penarik' untuk orang lain lebih mengeksplor, contohnya view yang indah membuat orang sekitar ingin mengabadikannya dalam bentuk foto atau hanya sekedar dipandang untuk dinikmati. Overall, kesimpulan yang saya dapat dari perjalanan mengemban tugas Fotografi ini adalah perjalanan yang memberikan banyak manfaat, selain hunting foto untuk ujian, saya juga mendapatkan wawasan tambahan tentang latar belakang kawasan wisata yang saya kunjungi di Jawa Tengah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun