Mohon tunggu...
Cornelia RatnaLely
Cornelia RatnaLely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Radioisotop dalam Pertanian dan Pangan

23 Desember 2024   15:50 Diperbarui: 23 Desember 2024   15:50 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski memiliki keunggulan, irradiasi juga memiliki beberapa kelemahan. Beberapa jenis makanan, seperti produk olahan susu dan telur, tidak dapat mengalami irradiasi karena dapat menyebabkan perubahan pada rasa atau tekstur. Namun, buah, sayuran, biji-bijian, rempah-rempah, dan daging (seperti ayam) dapat diiradiasi.

Irradiasi menyebabkan perubahan yang sangat sedikit pada komposisi kimia makanan, tetapi mungkin dapat mempengaruhi kandungan nutrisi pada beberapa makanan dengan mengurangi kadar beberapa vitamin B. Kehilangan ini mirip dengan yang terjadi saat makanan dimasak atau diawetkan dengan metode tradisional yang lain, seperti pengalengan atau blansir.

D. Upaya Mencegah Timbulnya Penyakit pada Tumbuhan

Penyakit yang disebabkan oleh jamur pada tanaman adalah masalah penting dalam bidang pertanian. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan pengendalian penyakit secara kimia, yaitu dengan menggunakan radioisotop seperti sulfur-35, yang memungkinkan kita melakukan pengukuran terhadap pertumbuhan kimia dalam spora tunggal dan melacak zat kimia di seluruh bagian tanaman. Manusia dapat mempelajari siklus hidup mikroorganisme dan bagaimana suhu serta kelembaban mempengaruhi siklus tersebut.

Selain itu, manusia juga dapat mengidentifikasi perubahan kimiawi pada sel-sel tanaman yang menyebabkan tanaman tersebut rentan terhadap serangan jamur. Dengan menggunakan radioisotop, kita bisa mengetahui karakteristik predator yang suka memakan serangga hama yang merusak tanaman. Hama tersebut dijadikan radioaktif, dan jejaknya dapat dilacak menggunakan detektor dalam tubuh serangga predator.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun