Namun, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan, seperti: (1) Keberhasilan bergantung pada faktor eksternal: hasil dari metode ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan karakteristik biologis dari hama yang menjadi sasaran. (2) Investasi waktu dan sumber daya: sebelum mencapai hasil yang berarti, identifikasi dan penerapan teknik ini memerlukan banyak waktu, penelitian, dan biaya.
C. Pengawetan dan Penyimpanan Makanan          Â
Pada saat panen, hasil dari pertanian sangat melimpah. Sebagian dari hasil tersebut akan cepat rusak atau bahkan bisa mulai bertunas. Makanan seperti kentang dan bawang akan mulai bertunas jika disimpan terlalu lama. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi untuk menjaga agar bahan pangan tersebut tetap awet. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah dengan menggunakan sinar radioaktif. Radiasi ini juga berfungsi untuk mencegah perkembangan bakteri dan jamur. Melalui radiasi, pertumbuhan bahan-bahan tersebut bisa ditekan. Dengan demikian, sebelum bahan pangan disimpan, mereka akan diproses dengan radiasi pada dosis tertentu sehingga tidak tumbuh tunas dan bisa disimpan lebih panjang.
Irradiasi makanan adalah teknik penyinaran yang diterapkan pada makanan menggunakan zat radioaktif atau akselerator untuk menghindari pembusukan dan kerusakan serta membasmi mikroorganisme berbahaya. Proses irradiasi pangan ini dianggap aman dan telah diakui oleh sekitar 50 negara di dunia, serta sudah dipraktikkan secara komersial selama bertahun-tahun di AS, Jepang, dan beberapa negara Eropa lainnya.
Dalam proses irradiasi makanan, sumber radiasi yang dapat digunakan antara lain: (a) Sinar gamma yang berasal dari radionuklida Cobalt-60 atau Cesium-137. (b) Sinar-X yang dihasilkan dari mesin sumber yang beroperasi pada energi hingga 5 MeV. (c) Elektron yang diproduksi oleh mesin dengan energi sampai 10 MeV.
Secara praktis, terdapat tiga kategori penggunaan radiasi ionisasi dan dosisnya. Pertama, irradiasi dengan dosis rendah, yaitu sampai 1 kGy (Kilogray). Pada dosis 0,05--0,15 kGy, radiasi digunakan untuk menghambat pertunasan pada kentang, bawang merah, bawang putih, jahe, ubi jalar, dan lainnya. Sementara pada dosis 0,15--0,5 kGy, radiasi mencegah serangan hama dan melakukan disinfeksi parasit pada produk seperti serealia, kacang, buah segar dan kering, serta daging dan ikan kering. Selanjutnya, dosis 0,25--1,0 kGy digunakan untuk menunda proses fisiologis pada sayur dan buah segar. Kedua, irradiasi dengan dosis sedang, yaitu di kisaran 1--10 kGy. Pada dosis 1,0--3,0 kGy, radiasi bertujuan untuk memperpanjang umur simpan ikan segar, stroberi, jamur, dan lain-lain. Dosis 1,0--7,0 kGy efektif untuk menghapus mikroba pembusuk serta patogen pada makanan laut yang segar atau beku, serta daging segar dan beku. Dosis 2,0--7,0 kGy bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas pangan, seperti dalam pengolahan anggur dan sayuran kering. Ketiga, irradiasi dosis tinggi, yaitu di atas 10 kGy. Pada dosis 30--50 kGy, radiasi digunakan untuk sterilisasi dalam industri, termasuk daging, produk ternak, makanan laut, dan makanan steril untuk pasien di rumah sakit. Selain itu, dosis 10--50 kGy efektif untuk dekontaminasi bahan tambahan pangan seperti rempah-rempah, enzim, dan gum. Dengan dosis rendah, irradiasi membantu memperpanjang masa simpan produk, sedangkan pada dosis yang lebih tinggi, metode ini mampu membunuh serangga, jamur, bakteri, dan mikroorganisme lain yang berisiko.
Teknik Pengawetan dan Penyimpanan
Irradiasi makanan adalah metode pengolahan dan pengawetan yang memberikan hasil serupa dengan pembekuan atau pasteurisasi. Proses ini melibatkan paparan makanan terhadap dosis energi pengion atau radiasi.
Makanan terpapar radiasi pengion yang berasal dari sinar gamma, berkas elektron bertenaga tinggi, atau sinar-X yang kuat. Sinar gamma dan sinar-X merupakan jenis radiasi yang memiliki beberapa kesamaan dengan gelombang mikro, namun dengan tingkat energi dan daya tembus yang jauh lebih besar. Sinar tersebut dapat menembus makanan mirip dengan gelombang mikro dalam oven, tetapi tidak membuat makanan menjadi panas secara signifikan. Paparan sinar gamma tidak mengakibatkan makanan menjadi radioaktif. Berkas elektron dan sinar-X dihasilkan menggunakan energi listrik, yang dapat diaktifkan atau dinonaktifkan, dan tidak memerlukan bahan radioaktif.
Dalam kedua situasi tersebut, organisme yang menyebabkan pembusukan makanan, termasuk serangga, jamur, dan bakteri, serta beberapa bakteri penyebab keracunan makanan, dapat dimusnahkan. Namun, irradiasi makanan ini tidak efektif melawan virus.
Irradiasi makanan menawarkan berbagai keuntungan bagi industri pangan. Salah satu manfaatnya adalah pengurangan mikroorganisme patogen, sehingga risiko penyakit infeksi dan biaya perawatan bisa ditekan. Selain itu, irradiasi juga dapat secara efektif mendekontaminasi rempah-rempah tanpa merusak rasa dan aroma aslinya. Proses ini juga membantu memperpanjang masa simpan produk makanan, sehingga frekuensi transportasi untuk distribusi menjadi berkurang. Hal ini mengakibatkan penurunan emisi dari transportasi ke udara dan lingkungan serta pengurangan kebutuhan energi untuk transportasi. Selain itu, irradiasi juga dapat mencegah serangan serangga, sehingga mengurangi kerusakan pada gandum, tepung, sereal, dan kacang-kacangan karena serangan hama. Teknologi ini menghambat pertumbuhan pada beberapa jenis makanan, menjadikannya lebih ekonomis karena mengurangi jumlah produk yang terbuang akibat pembusukan. Proses irradiasi dapat diterapkan pada makanan dalam jumlah besar, baik dalam bentuk curah maupun kemasan, tanpa mengubah kesegaran produk karena tidak menggunakan panas.