Mohon tunggu...
Cornelia RatnaLely
Cornelia RatnaLely Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Pengolahan Limbah Cair Tahu menjadi Pupuk Organik Cair menggunakan EM-4

21 Desember 2024   12:47 Diperbarui: 21 Desember 2024   12:47 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

               Limbah merupakan hasil sisa dari suatu aktivitas atau usaha. Limbah yang berbahaya serta beracun adalah hasil dari suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang, karena karakteristik, konsentrasi, atau jumlahnya, dapat mencemari, merusak lingkungan, atau membahayakan ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung (Suharto, 2010). Limbah cair adalah polutan dalam bentuk cair. Air limbah adalah air yang mengandung sampah dari rumah tangga, bisnis, serta industri, yaitu kombinasi dari air dengan padatan yang terlarut atau tersuspensi, dan juga bisa merupakan air buangan dari proses yang dibuang ke lingkungan. Contoh dari limbah cair adalah hasil limbah dalam produksi tahu yang berupa limbah cair tofu.

               Limbah tahu berasal dari sisa pengolahan kedelai menjadi tahu yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik sehingga tidak layak konsumsi. Limbah tahu terbagi menjadi dua kategori, yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair menjadi bagian terbesar dan memiliki risiko lebih tinggi untuk mencemari lingkungan. Limbah ini dihasilkan dari sisa air tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu yang hancur akibat proses penggumpalan yang tidak sempurna, serta cairan keruh kekuningan yang dapat mengeluarkan bau tidak sedap jika dibiarkan (Nohong, 2010).

               Kegiatan dalam produksi tahu menghasilkan baik limbah cair maupun limbah padat. Jika dibandingkan, limpahan limbah cair memiliki potensi pencemaran yang lebih tinggi dibanding limbah padat. Hal ini karena limbah padat dari produksi tahu dapat diproses menjadi bahan dasar untuk pembuatan kue, tempe menjes, dan juga pakan ternak. Proses pencucian kedelai, perebusan, penyaringan, serta pembentukan dalam produksi tahu menghasilkan limbah cair yang berisiko mencemari sumber air dan lingkungan jika tidak dikelola terlebih dahulu.

             Tingkat polutan organik pada limbah cair tahu cukup tinggi dan bisa menyebabkan pencemaran lingkungan jika tidak diolah. Polutan organik ini dapat menimbulkan aroma tidak sedap yang berasal dari hidrogen sulfida dan amonia akibat penguraian protein serta zat organik lainnya, yang dapat mempengaruhi kesehatan, terutama indra penciuman.

             Menurut (Mariyah, 2015) bahan organik yang terdapat dalam limbah cair tahu meliputi karbohidrat, protein, lemak, kalium, dan lain-lain. Limbah cair tahu mengandung unsur hara sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk cair. Penelitian menunjukkan tanaman yang mendapatkan air limbah cair tahu, seperti pisang, kelapa, dan enceng gondok, tumbuh dengan baik (Abidin, dkk., 2022; Mulyanti, dkk., 2022). Namun, ada juga beberapa tanaman yang mati ketika terkena limbah cair tahu. Mengacu pada penelitian (Mulyaningsih, dkk., 2013), limbah cair tahu mengandung hara N total, P, dan K dengan kadar masing-masing 724ppm, 20ppm, dan 80ppm.

            Berdasarkan hal tersebut, limbah cair tahu bisa dimanfaatkan dengan cara didaur ulang menjadi pupuk cair. Senyawa organik yang terdapat dalam limbah cair tahu berguna untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Persentase komponen organik terbesar adalah protein antara 40 hingga 60%, karbohidrat 20 hingga 50%, dan lemak sekitar 10% (Rasmito, dkk., 2019). Komposisi tersebut dapat memenuhi kebutuhan unsur hara N, P, K untuk tanaman konvensional maupun hidroponik.

               Penambahan EM-4 (Effective Microorganisme 4) adalah salah satu metode yang efektif untuk mempercepat produksi pupuk organik. Selain itu, EM-4 berperan sebagai stimulator yang mampu meningkatkan mutu pupuk yang dihasilkan. Hal ini telah dibuktikan oleh Sutrisno dan rekan-rekannya pada tahun 2014, yang melakukan penelitian tentang fermentasi limbah cair tahu dengan menggunakan EM-4 dalam rasio 1/20 (5%), yakni 648 ml EM-4 aktif dan 8.640 ml limbah cair tahu, yang difermentasi selama 15 hari.

               Pupuk organik cair (POC) yang berasal dari limbah cair tahu memberikan sejumlah keuntungan bagi tanaman serta lingkungan. Untuk tanaman, POC menjadi sumber nutrisi makro dan mikro seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang dapat mudah diserap. Nutrisi ini sangat penting untuk membantu pertumbuhan daun, batang, akar, bunga, dan buah, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Selain itu, POC juga merangsang aktivitas mikroorganisme yang bermanfaat di tanah, memperbaiki struktur tanah, serta meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan sirkulasi udara. Akibatnya, hasil panen menjadi lebih baik dalam hal ukuran, rasa, dan kandungan nutrisinya, tanpa meninggalkan sisa bahan kimia yang berbahaya.

                Dari segi lingkungan, POC berkontribusi dalam mengurangi limbah cair tahu yang berpotensi mencemari, dengan mengubahnya menjadi produk yang berguna. Ini sejalan dengan prinsip daur ulang serta berkontribusi pada pengurangan pencemaran lingkungan, utamanya pada perairan. Mengingat POC terbuat dari bahan alami, ia aman bagi lingkungan dan tidak merusak ekosistem, serta mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang sering mencemari tanah dan air. Dengan mengolah limbah menjadi pupuk, emisi gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida yang dihasilkan dari pembusukan limbah organik juga menjadi berkurang. Secara keseluruhan, POC dari limbah tahu tidak hanya mendukung peningkatan hasil pertanian, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan.

               Salah satu bentuk pencemaran lingkungan terjadi di badan air karena limbah cair dari industri tahu yang kebanyakan dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan. Untuk menangani limbah ini dengan baik, diperlukan sebuah metode yang dapat diterapkan untuk mengolah limbah cair tahu menjadi pupuk organik cair, sehingga limbah cair tahu tidak hanya dikelola, tetapi juga diubah menjadi barang yang bermanfaat.

METODE PELAKSANAAN

           Metode yang digunakan untuk melaksanakan program ini yaitu metode ekperimental dan melalukan pengamatan terhadap industry tahu.

Alat dan Bahan

             Alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk organic cair limbah tahu yaitu, antara lain: botol ukuran 1,5 L sebagai wadah, selang untuk membantu proses fermentasi, sendok untuk mengaduk dan menakar, panci, kompor, dan saringan.

            Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organic cair limbah cair tahu yaitu, antara lain: limbah cair tahu sebagai bahan utama, EM-4 untuk mempercepat proses fermentasi, dan gula untuk mempercepat fermentasi.

Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair

  • Menyiapkan limbah cair tahu dengan suhu ruang, EM-4 ml, larutan gula, dan air secukupnya.
  • Campurkan EM-4 kedalam bak pengaduk lalu diaduk.
  • Masukkan sampel limbah cair tahu, larutan gula, dan air secukupnya dan diaduk.
  • Setelah itu dipindahkan ke dalam botol dan ditutup dengan rapat.
  • Lalu difermentasi selama 14-15 hari.

Pengujian Kualitas Pupuk Organik Cair Limbah Cair Tahu

            System pengujian yang dilalukan dengan pengambilan data dari parameter yang terbaca oleh sensor, saat pengujian berlangsung untuk melihat perbedaan tinggi rendahnya nilai ppm TDS dan EC, BOD, COD, TSS, pH, dan uji efektivitas tanaman.

Pengujian kandungan nutrisi

 Analisis kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium menggunakan metode spektrofotometri atau alat uji laboratorium untuk memastikan konsentrasi nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Uji pH

Uji pH dilakukan guna untuk memastikan pH pupuk berada pada kisaran 6,5 -- 7,5, yang idela untuk berbagai jenis tanaman.

Uji Efektivitas Tanaman

Terapkan pupuk pada tanaman dalam skala kecil dan evaluasi pertumbuhan serta hasil panennya dibandingkan dengan control tanpa pupuk organic cair. Dengan melakukan uji efektivitas tanaman ini dapat mengetahui kualitas dari pupuk organic cair limbah cair tahu.

Uji TDS

TDS (Total Disolve Solids) adalah total konsentrasi zat padat terlarut dalam larutan, seperti garam mineral, bahan organic, dan ion-ion lainnya. TDS digunaan untuk mengetahui kandungan nutrisi yang tersedia bagi tanaman dalam pupuk cair. TDS untuk pupuk organic cair biasanya sekitar berkisar 1000-3000 ppm, tergantung pada jenis tanaman yang akan menggunakan pupuk tersebut.

Uji EC

EC (Electrical Conductivity) mengukur kemampuan larutan untuk menghantarkan listrik, yang mencerminkan konsentrasi ion-ion dalam larutan, seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. EC berhubungan langsung dengan salinitas larutan dan kesuburannya. EC untuk pupuk cair berkisar antara 1-3 mS/cm, tergantung kebutuhan tanaman. EC yang terlalu tinggi dapat merusak akar tanaman akibar salinitas berlebih.

Uji BOD

BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mendegradasi bahan organic dalam air. Nilai ini menunjukkan tingkat kandungan bahan organic dalam pupuk cair. BOD yang tinggi (>200 mg/L) menunjukkan kandungan bahan organik yang kaya, tetapi nilai yang terlalu tinggi dapat menyebabkan masalah bau.

Uji COD

COD (Chemical Oxygen Demand) mengukur kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi bahan organic dan anorganik dalam sampel. Parameter ini mencerminkan potensi pencemaran dari pupuk cair. COD untuk pupuk cair umumnya < 500 mg/L untuk mencegah dampak pencemaran lingkungan.

Uji TSS

TSS (Total Suspended Solids) adalah jumlah padatan tersuspensi yang tidak terlarut dalam cairan. Parameter ini penting untuk memastikan pupuk cair tidak menyumbat saluran atau alat penyemprotan. TSS pupuk cair sebaiknya < 200 mg/L untuk mencegah penyumbatan alat irigasi.

Hasil pengujian dibandingkan dengan standar mutu yang berlaku, seperti SNI 7763:2018 untuk pupuk organic cair. Pastikan parameter BOD dan COD tidak melebihi ambang batas untuk menghindari dampak pencemaran. Dan TDS, EC, serta TSS yang optimal menjamin pupuk cair mudah dan efektif dalam aplikasi pertanian. Dengan mengukur parameter-parameter tersebut, kualitas pupuk cair dari limbah tahu dapat dipastikan memenuhi standar agronomi sekaligus meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun