Mohon tunggu...
Cornelia MariaRadita
Cornelia MariaRadita Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Mahasiswa

Selamat Membaca! :)

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Hellboy (2019), Kesalahan Menjadi Ajang untuk Saling Berbenah Diri

11 Desember 2020   17:05 Diperbarui: 11 Desember 2020   19:16 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: youtube.com/hilarious project

Tahun 2019 lalu menjadi tahun yang baik bagi beberapa film yang tayang di bioskop Indonesia. Namun, hal ini berbeda dengan film Hellboy (2019) yang menuai banyak kekecewaan dari penonton.

Film garapan Neil Marshall ini  mempunyai banyak perbedaan dengan film Hellboy yang pernah tayang pada tahun 2004 dan 2008 silam. Salah satu yang paling berbeda dari Hellboy (2019) ini adalah pada visualisasinya.

Sama seperti penonton lainnya, saat saya menyaksikan film Hellboy di bioskop, kekecewaan menyelimuti hati karena banyaknya adegan yang dipotong secara kasar, dan ini sangat membuat penonton merasa tidak nyaman.

Bagaimana tidak? Alur yang dibawakan menjadi sangat terkesan dipaksakan, dan membuat bingung ketika satu adegan melompat ke adegan lain berulang kali terjadi.

Kekecewaan tersebut membawa saya ke dalam dunia maya untuk menelusuri apa yang menyebabkan adegan dalam film ini begitu banyak dipotong. Dan terjawablah, ternyata sangat banyak adegan sadis ditampilkan dalam film Hellboy yang tidak lulus sensor.

Dalam Permendikbud nomor 14 tahun 2019 pasal 1 ayat 7, dituliskan bahwa Lembaga Sensor Film (LSF) mempunyai hak untuk menyensor adegan film dan iklan. Adapun pedoman dan kriteria penyensoran terdapat dalam Bab II Permendikbud no. 14 tahun2019.

Banyaknya adegan sadis yang dibawakan film Hellboy inilah yang menjadi permasalahan sehingga tidak dapat lulus sensor. Pada Bab II pasal 8 dituliskan beberapa kriteria penyensoran yang meliputi kekerasan dan usia penonton film.

Klarifikasi dari pihak LSF seperti yang dilansir oleh TribunNews menyatakan bahwa sebelumnya film Hellboy ini lulus sensor jika klasifikasi usia 21 tahun ke atas. 

Namun, pihak pemilik film meminta untuk menurunkan klasifikasi menjadi 17+ dan siap melakukan revisi dari LSF. Hal itulah yang menyebabkan begitu banyak adegan film yang dipangkas ketika tayang di bioskop Indonesia.

Pada Permendikbud no. 14 th. 2019 Bab II pasal 9 dituliskan hal-hal yang masuk ke dalam unsur kekerasan, seperti jika ada adegan pengeroyokan, penyiksaan, penusukan, penyembelihan, pembacokan secara ganas, dan mutilasi. Adapun apabila terdapat kondisi fisik berdarah-darah ataupun terpotong mengenaskan juga masuk dalam unsur kekerasan.

Apa saja adegan yang dipotong? Yuk simak ulasan berikut!

Adegan pembukaan film Hellboy menunjukkan Raja Arthur yang bertemu dengan Nimue di Pendle Hill. Setelahnya, Raja Arthur yang merasa bahwa manusia dan monster tidak bisa hidup bersama ia memutuskan untuk melenyapkan Limue dengan cara ditusuk dan bagian tubuhnya dipotong menjadi beberapa bagian, kemudian dimasukkan ke dalam peti yang disimpan terpisah.

source: youtube.com/hilarious project
source: youtube.com/hilarious project
Baru di pembuka saja penonton sudah dibuat kecewa, sebab adegan ketika kepala Nimue ditebas sudah dipotong karena mengandung unsur kekerasan seperti yang dituliskan dalam pedoman penyensoran.

Berlanjut ke adegan setelahnya ketika Hellboy terlibat pertarungan dalam arena gulat bersama temannya. Tanpa sengaja Hellboy melempar temannya dan mendarat tepat di pembatas arena yang runcing.

source: youtube.com/hilarious project
source: youtube.com/hilarious project
Adegan tersebut turut terkena sensor dan terpaksa dipotong, sebab memperlihatkan teman Hellboy yang tertusuk hingga menembus bagian bawah dada.

Konflik yang terjadi di Inggris membawa Hellboy dan pasukannya untuk mengunjungi Inggris dan berupaya menghabisi monster-monster yang mengancam keselamatan warga sekitar. Dan di sinilah adegan yang lebih brutal semakin banyak diperlihatkan.

Adegan sadis banyak terlihat ketika ada raksasa yang berkepala babi hutan muncul. Bermula dengan adegan di dalam gereja, di mana secara brutal raksasa memakan tubuh para biarawan secara barbar dan tubuh yang terpotong dilemparkan begitu saja.

source: youtube.com/hilarious project
source: youtube.com/hilarious project
Adegan sadis dengan penuh darah ini turut dipotong sehingga saya dan penonton lain dibuat bingung karena adegam yang secara kasar dipotong, dan tiba-tiba berpindah ke adegan ketika raksasa itu hendak mengambil peti yang berisi potongan tubuh Niuma.

Bahkan adegan di mana terdapat dua raksasa yang sedang memakan tumpukan tubuh manusia pun turut dipotong. Masih banyak lagi adegan-adegan yang dipotong secara kasar dan tidak sedikti pula yang diisi dengan adegan lain yang justru semakin membingungkan.

source: youtube.com/hilarious project
source: youtube.com/hilarious project
Banyak penonton yang memberi penilaian kurang puas terhadap film Hellboy terbaru. Penonton menyayangkan terlalu berlebihnya sensor yang diberikan terhadap film ini padahal untuk ukuran 17+ bagi mereka masih layak untuk dikonsumsi.

Cerita yang memang tidak sebagus film Hellboy sebelumnya, ditambah dengan pemotongan adegan yang terlalu banyak membuat siapapun yang menonton menjadi kurang puas.

Jika dibandingkan dengan film Joker (2019) yang mempunyai klasifikasi 17+, bukankah seharusnya adegan dalam film Hellboy tidak dipotong dengan begitu banyaknya?

Kasus ini memang cukup membingungkan, entah siapa yang harus disalahkan, apakah LSF yang terlalu berlebihan dalam menyensor atau pemilik film yang seharusnya tetap memilih untuk menerima keputusan LSF klasifikasi usia 21 ke atas.

Namun begitu, tidak perlu hanyut untuk saling menyalahkan. Dari kasus ini kita semua dapat belajar, mulai dari pemilik film yang harus lebih bijaksana, dan LSF yang seharusnya tetap berupaya untuk menghargai pembuat film dengan tidak terlalu banyak menyensor adegan yang muncul.

Tak hanya itu, penonton pun bisa mengambil pembelajaran dalam kasus ini. Seperti kita tahu, tidak sedikit penonton yang masih di bawah klasifikasi usia memilih untuk tetap nekat menonton film yang tidak sesuai dengan usianya. Kebijaksanaan dalam diri penonton juga perlu diperhatikan.

Adanya suatu kesalahan bukan berarti menjadi ajang untuk saling menyalahkan, namun kesalahan menjadi ajang untuk saling memperbaiki.


Referensi: 

Permendikbud nomor 14 tahun 2019

Tribun Jateng. (2019). Klarifikasi LSF Soal Sensor Film Hellboy di Bioskop, Netizen Tetap Kecewa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun