Hal ini terlihat di mana ayah Milly menganggap bahwa anaknya tidak dapat melanjutkan bisnisnya karena perempuan seharusnya tinggal di rumah, dan suami lah yang bekerja. Kesepakatan akhirnya terbentuk diantara Mamet dan Ayah Milly.
Mamet harus menerima fakta bahwa dirinya tidak bisa bekerja di bidang yang ia senangi yaitu memasak, karena harus memenuhi ambisi Ayah Milly.
Selanjutnya, dalam Costanzo (2014) menyatakan mimpi seorang gadis adalah mimpi buruk ayah.
Milly yang menginginkan pernikahan romantis dan dapat melakukan hal yang ia sukai yaitu berbisnis ketika sudah menikah nyatanya terhambat karena pemikiran ayah yang dianggap lebih praktis. Ayahnya tidak ingin Milly lelah bekerja dan tidak percaya bahwa Milly bisa mengurus bisnis sembari mengurus anak.
Milly yang merasa bahwa ia sangat sesuai dengan pekerjaan itu, berupaya membujuk Ayahnya dan meyakinkan bahwa Milly bisa melakukan bisnis Ayahnya sembari mengurus keluarga. Dengan segala upaya, akhirnya Milly diberi kepercayaan.
Perdebatan mulai sering terjadi ketika keduanya sedang merasa lelah, Â selain itu kecemburuan juga timbul saat Milly dan Mamet bertemu dengan orang-orang di masa lalunya. Krisis kepercayaan dan ego yang tinggi membuat kehidupan pernikahan mereka terasa diujung tanduk.
Konflik meredam ketika aksi heroik Milly yang berupaya untuk membuka mata suaminya agar tidak dimanfaatkan oleh rekan kerjanya. Hal ini sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Costanzon (2014), di mana dalam The Wedding Film akan ada satu pahlawan yang menyelamatkan pernikahan. Dan di sini, penyelamat pernikahan mereka adalah Milly
Pernikahan adalah keputusan hidup dua insan yang saling mencintai. Namun, menikah berarti siap menerima segala kekurangan dan kelebihan pasangan. The Wedding Film, mengajak kita untuk dapat menghormati dan bijaksana kepada pasangan, tanpa ada sekat.
Daftar Pustaka: