Apakah kalian pernah menonton film berjudul Godzilla: The King of the Monster, Â yang dirilis pada tahun 2019 silam? Jika pernah, kalian pasti bisa merasakan betapa tegangnya melihat perkelahian monster-monster yang ukurannya sebesar gedung 100 lantai kan! Terlebih lagi melihat keterlibatan manusia untuk melawan monster-monster itu dengan bantuan teknologi.
Setelah berhasil membuat penonton tercengang, terdapat sisi lain yang menarik pada film ini yaitu tampilan visualnya yang begitu realistis. Bahkan beberapa penonton mungkin bertanya-tanya, "Bagaimana sih proses shooting yang dilakukan untuk mendapatkan tampilan yang sebagus ini?"
Nah, jawabannya adalah dengan menggunakan sebuah teknologi yang bernama Computer Generated Imagery atau biasa disebut dengan CGI.
Jika pada film Godzilla pertama yang muncul di tahun 1954, cara menghasilkan efek tampilan kota yang hancur karena perkelahian monster adalah dengan membuat miniatur, maka berbeda dengan yang dilakukan pada film Godzilla tahun 2019. Pada versi 2019, efek yang dihasilkan film ini adalah melalui proses editing yang panjang di komputer, tepatnya dengan menggunakan CGI.
Lalu, apa sih CGI itu?
Mengutip cari cnbcindonesia.com (2019), CGI adalah penerapan pada bidang komputer grafis atau secara khusus disebut grafis 3D komputer untuk memberikan efek khusus pada film, program televisi, komersial, simulator dan simulasi umumnya, serta media cetak. Hadirnya teknologi ini memberikan banyak perubahan pada industri perfilman, sebab peran pentingnya yang dapat mewujudkan suatu imajinasi dalam cerita film.
Kelebihan dari adanya CGI ini adalah segala sesuatu yang terlihat sulit direalisasikan dalam dunia nyata, dapat terlihat benar-benar terjadi dengan memberikan efek di dalamnya. Film yang menggunakan efek CGI ini dapat memakan biaya hingga miliyaran rupiah. Walau begitu, hal ini tentu sebanding dengan apa yang dihasilkan oleh efek CGI, yang tentunya sangat memukau!
Salah satu hasil dari efek CGI, dapat kita saksikan di video berikut:
Sangat mengesan bukan? hanya dengan menggunakan pakaian hitam ketat yang kemudian diberi tanda berwarna merah, hijau, dan biru  di titik-titik tertentu, jadilah Ghidorah!
 Proses tersebut dibantu dengan teknologi motion capture yang merupakan teknologi untuk merekam pergerakan nyata dari manusia, hewan, maupun benda mati ke dunia digital baik 2D/3D, sebelum akhirnya masuk ke proses CGI (Suryajaya, 2015).
Secara teknis, proses produksi setelah munculnya teknologi CGI memberikan banyak keuntungan. Mulai dari meminimalisir keperluan logistik seperti miniatur, hingga menghasilkan tampilan visual yang jauh lebih realistis dan berkualitas.
 Namun ada kah perubahan di bidang lain yang muncul setelah ada teknologi CGI?
Tentu ada, yaitu pergeseran budaya kolektif menuju budaya individualis. Â Jika di Amerika Serikat individualisme yang tinggi merupakan hal yang wajar, berbeda dengan orang-orang Asia yang sebagian besar menganut budaya timur dan cenderung menjunjung kolektivisme (Emy, 2017).
Kerja sama tim jauh lebih terasa ketika bersama-sama membuat  miniatur untuk menciptakan tampilan visual terbaik. Belum lengkapnya teknologi pada saat itu, membuat segala sesuatunya dibuat secara manual dan bersamaan, sehingga semangat gotong-royong lebih terasa.
Berbeda dengan masa kini, dimana untuk menggunakan teknologi CGI diperlukan keahlian khusus, sehingga yang bisa menangani hanya orang tertentu. Persiapan logistik yang lebih sederhana pun dapat dilakukan hanya oleh orang-orang yang bekerja di bidangnya, tanpa perlu meminta bantuan dari divisi lain.
Walau begitu, cara tersebut terbilang efektif sebab sesorang dapat fokus hanya di bidangnya saja. Sehingga untuk memperoleh hasil yang maksimal pun akan semakin banyak peluangnya.
Dari semua itu, tentu ada dampak positif dan negatif, khususnya bila sudah membahas mengenai implikasi sosial. Selanjutnya hanya tinggal bagaimana sudut pandang kita masing-masing dalam menilai hal tersebut.
Nah, jadi kalian pilih yang mana?
Referensi:
Suryajaya, I. D. B. (2015). Teknik motion capture dalam proses pembuatan animasi 3D mengunakan microsoft kinect. SEMNASTEKNOMEDIA ONLINE, 3(1), 5-1.
Nursastri, Sri Anindiati. (2012). Hiii! Godzilla Siap Menghancurkan Tokyo. Retrieved from: https://travel.detik.com/travel-news/d-1968548/hiii-godzilla-siap-menghancurkan-tokyo?page=2
CNBC Indonesia. (2019). CGI, Teknologi Canggih dan Luar Biasa di Balik Film Avengers. Retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190425113302-38-68803/cgi-teknologi-canggih-dan-luar-biasa-di-balik-film-avengers
Emy, Teuku. (2017). Termasuk Golongan Manakah Anda? Individualisme atau Kolektivisme. Retrieved from: https://www.wasatha.com/2017/06/termasuk-golongan-manakah-anda.html#:~:text=Menurut%20mereka%20individualisme%20lebih%20menekankan,ekspresi%20individu%2C%20dan%20bersifat%20privasi.&text=Kolektivisme%20adalah%20penekanan%20pada%20tujuan,kebutuhan%20kelompok%20dibandingkan%20kebutuhan%20pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H