Aku ingin menulismu di puisiku
Aku ingin menulismu saat gemuruh hujan runtuh
Aku pun ingin menulismu di tengah polusi petrikor
Aku bahkan ingin menuliskanmu di dunia setelah kematianku
Kamu adalah lukisan terbaik karya Sang Penebus
Namamu adalah isi doaku yang paling tulus
Bahkan aku berdosa mendoakanmu jadi kudus
Dan senyummu adalah bingkai terbaik yang takkan hapus
Â
Kamulah pemilik yang telah mebidik anak panah pada busur,
Dan lesakan panahmu telah menembusi jantungku, nyaris gugur,
Â
Aku pikir racunnya telah terisap semua nadiku,
Racunmu melumuri darahku
Seluruh dinding organku hanya mentapa bisu
bahkan hingga hatiku telah terbeku kaku
 Aku  jatuh cinta sejak senyummu terekah di balik topeng ninjamu
Aku bahkan terjatuh tanpa patuh
Aku tahu hanya senyummu yang aku butuh
Demi sebuah bangkit yang akan kukuh
Melangkah dalam yakin yang teguh
Â
Corma-16Hulk, 07102020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H