Mohon tunggu...
Arif Nofiyanto
Arif Nofiyanto Mohon Tunggu... -

Penasaran dan antusias tentang banyak hal terutama Teknik Sipil, Liverpool, Catur dan Uang.\r\n\r\nPunya beberapa blog pribadi, tapi nyaris ga keurus, berserakan dibanyak tempat tergantung mood. Salam!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Impian Lelaki Bermimpi

11 Desember 2010   02:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:50 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar: Beberapa hari lalu, masuk serangkaian email dari sebuah milis. Subjeknya, MLM sudah mati! Lalu aku teringat pernah membuat tulisan asal tulis tentang seseorang yang menggeluti bisnis itu dan ingin nge-re-post disini. Repost? Ya, pernah dipublish sebelumnya dalam sebuah forum. Maaf, tidak sepenuhnya fresh. ----- Start : 12:01 PM 5/19/2007 IMPIAN LELAKI BERMIMPI "Le, aku mau curhat, ada waktu ga?" Suara seorang lelaki diseberang sana, minta waktuku untuk curhat. Beh, tumben pake minta waktu. Biasanya nyelonong dan nyerocos. Angin apa ini? "Dateng aja, rese deh pake minta waktu gini" "Hehe..beda kali yang sekarang...." "Ya dateng aja bawel! kayak cewe aja!" "Okayyy am kamin am kamin(1)..." Klik, telepon ditutup. Bukan sekali ini sobat kental satu ini menjadikan aku keranjang permasalahannya. Nyaris setiap ada persoalan, selalu disampaikannya padaku. Sering persoalannya begitu sepele seperti, "Le, cewe gue ga mau dicium...kenapa ya...", atau.. "Le...aku pengen banget punya pacar baru, asyik kali ya nyari lagi.." Begitulah. Terkadang ia meng "gue" kan dirinya, terkadang meng "aku" kan dirinya. Dua esensi yang berbeda untuk konteks yang sama. Kata yang pertama, ada kecenderungan gaul karena ia bukanlah penutur asli kata itu, yang kedua mempunyai kecenderungan egois yang benar-benar dinikmatinya ke-ego-an ego. *** Beberapa menit kemudian, kudengar suara shogun yang yang masih lembut memasuki halaman kost ku.Setengah menit kemudian, tampang lelaki yang sedang kuceritakan ini muncul di depan pintu. "Hallooooooooo Tole mai dier fren(2)...apa kabar..?" "Halahhhhhhhhh pake mai dier mai dier..norak tauk!" "Yaaa..kan sekali kali gak apa yaaa..." "Iye..tau..ngopi?" "heh...tumben nawarin..." "Huh, ga mau? Ya udah sana buat sendiri. Aku ga pake gula.." "Bener-bener..lo..tamu masa suruh buat sendiri...,tapi gak apa de..aku kan mau curhat..itung itung nyogok.." Aku menikmati saat-saat seperti ini. Saat-saat dimana aku akan menikmati kopi enak tanpa membuatnya. Yah, terkadang aku juga mikir, apa aku ini dah terlalu tega ma temen-temenku sendiri atau aku yang terlalu capek buat kopi. Bayangin, dalam sehari, sangat mungkin datang dua sampe tiga rombongan teman datang, dengan berbagai tujuannya. Nah, kalau tiap mereka datang dan aku musti membuatkan kopi? capek deee, makanya, kemudian jadi sangat terbiasa mereka musti membuat sendiri bahkan sampai kemudian, mereka membawa kopi sendiri. Nikmatnya pertemanan. *** Kopi, sudah siap. Dua gelas kopi hitam kental, satu pahit tanpa gula di dekatku, satunya entah berapa ton gulanya ada di sudut lain dekat lelaki yang mau curhat ini. Sebungkus marlboro merah dan koreknya, di dekatku, sebungkus Sampoerna Mild 16 ada didekatnya. Selera rokok kami, berbeda. Sementara Sheilla On Seven sedang bernyanyi pelan di winamp komputerku, "Berhenti Berharap", katanya. Kami duduk di selembar karpet hijau, posisi kami berhadap-hadapan. Aku duduk bersandar di dinding, ia duduk bersila didepanku. "Le, udah bisa mulai curhatnya?" "Ya mulai aja kalo kamu mau...kenapa se? Kayaknya suntuk banget gitu" "Tau ne..kepalaku pusing". "Ngopi dulu gih, ngerokok sekalian, baru ngomong". Diseruputnya kopi, dinyalakannya sebatang rokok, di tariknya beberapa helaan nafas, dan ia mulai bercerita. "Le, kamu tau kan aku skrang bisnis MLM. Aku ga akan nawari kamu kok. Aku tau kamu ga tertarik." "Trus?" "Belakangan ini MLM(3) ku terus berkembang. Aku dah ampir bintang lima sekarang. Selama ini aku gunakan banyak cara, termasuk menarik relasi-relasi bapakku. Semua berkembang dan berjalan lancar. Siapa si, yang mau nolak kalau yang ngajak gabung anaknya pak Hendri? Bapakku namanya patent deh selama ini. Kalau aku nelpon orang dengan bilang ini dari anaknya pak Hendri, bisa minta waktu Bapak untuk bertemu? Ada info bisnis bagus yang mau saya tawarkan. Biasanya kalo dah gitu, peluang aku dapet downline udah 99%. Keren ga?." Ia terdiam sejenak, dan melanjutkan. "Nah dari sana deh le, smuanya berkembang. Downline ku banyak. Mereka juga kalau di undang untuk presentasi pada semangat. Kadang bisa sampe 20an orang satu presentasi. Mayan ga tu?" "Trus, masalahnya apa?", aku menyela. "Masalahnya, ada satu kejadian, tanpa sengaja, aku mendengar sebuah celetukan satu dari mereka, yang bilang kalau aja aku bukan anaknya pak Hendri, ga deh dia tertarik gabung bisnis gini-ginian. Itu nyakitin banget taukk.." "Trus kamu damprat orang itu?" "Ga.." "Lalu? Sekarang aku pake lalu ya, masa dari tadi terus terus..." "Heh!... lalu aku mikir, o jadi mereka kesini hanya karena nama bapak. Ini aku rasa kayak petir nyamber kepalaku namun datangnya pelan-pelan lembut ngantem kepala...." "Byuhhh...mana ada petir datang pelan-pelan, yang ada menggelegar tauk..." "Ya gitu dehh pokoknya....aku jadi mikir." "Mikir apa?" "Ya mikir, kayaknya aku ga siapa-siapa deh. Aku cuma di bawah bayang bayang bapak." "Baru nyadar?" "He'eh. Dan sejak itu aku berusaha memperhatikan baik-baik hubunganku dengan downline-downline ini. Yang pertama kali mereka tanya, ketika bertemu aku, mereka tanya, "gimana kabar bapak?" atau "Bapak dirumah?" juga kadang, "kapan bapak main kerumah?". Jarang betul mereka bertanya gimana kabar aku atau keadaan aku." "Aha...jadi pengen ditanya ne. Man, gimana kabar kamu?" "Behhhhhhhhhh rese!" Suasana sejenak hening. Rossa bernyanyi pelan, Akankah bisa? Itu judul lagu yang dia nyanyikan. Lelaki itu menyalakan rokok keduanya. Aku, rokok ketiga ku. Kopiku tinggal setengah gelas, kopinya tersisa seperempat gelas. "Trus yang kamu mau gimana?" "Tau deh. Kayaknya aku mau berhenti MLM." "Hah? Sedrastis itu? Ntar nyesel looo.." "Habis gimana? Makin hari aku makin ga nyaman. Dan aku terus berfikir tentang ini. Mengganggu sekali rasanya." "Masa.." "Ho oh.." "Selanjutnya?" "Aku pengen buka web desain, ama semua yang berhubungan dengan desain. Aku pengen pake namaku sendiri, aku ga mau dibayang-bayang bapak." "Wow.." "Iya lah le, aku pengen jadi diriku sendiri. Aku bisa kok." Nadanya meninggi. Ada semangat kurasa, ada keinginan yang benar-benar ingin meledak. "Begitu...?" Aku hanya mendengar. Kata-kata yang kusampaikan itu-itu aja. Kalu ga terus, lalu, begitu. Haha..rasanya aku memang harus begini. Hadir untuk mendengarkan dia, dan bukan menggurui dia. "Iya..aku pengen bisa mandiri sekarang. Malu aku kalau terus-terusan begini. Bayangin, kalau aku bisa mandiri, kan orang-orang hanya memandang aku. Bukan bapakku lagi. Kalau aku ketemu orang, mereka akan bertanya gimana kabarku, atau gimana orderan dia yang di sampaikan ke aku...asyik kan kalu begitu. Mungkin aku akan sedikit susah pada awalnya, tapi aku pede aja si kalo aku bisa ngadepin ini. Aku akan bisa kok..." "Lalala...ada yang semangat nehhh.." "Iya dunkk...impianku...aku punya brand sendiri..aku memproduksi sendiri produk-produk aku, dan aku akan menciptakan system pemasaran yang ga menginjak kaki orang lain..tapi berdasar pada skill dan kemampuan marketing aku...." "Itu impian kamu?" "ho'oh..." Ditengah asyiknya kami bicara, suara ponselnya berdering. Dia minta diri sebentar untuk keluar, karena menurutnya penting. Entah siapa yang bicara dan apa yang dia bicarakan, aku ga tau dan ga mau tau. Itu privacy dia. Beberapa menit kemudian dia kembali. "Le, aku pamit dulu ya..." "Hah? Buru-buru amat, blum juga abis tu kopi.." "Sorry banget, ini aku harus buru-buru. Itu tadi yang nelpon mamaku, katanya ada calon downline kelas kakap. Mau invest gede. Kalu masuk langsung ke bawah aku, aku bisa naik ke bintang enam...dah ya pamit dulu.." Lho.. Denpasar, 1:15 PM 5/19/2007 (1) Maksudnya Im Coming ..Im Coming.. (2) Maksudnya, My Dear Friend. (3) Multi Level Marketing, bukan ML malam malam. ;) - Seperti disampaikan dalam pengantar, tulisan ini pernah dipublish disini: http://www.bluefame.com/index.php?showtopic=34689

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun