Mohon tunggu...
Cecen Core
Cecen Core Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara -

Seorang pria, ASN di Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan, part time blogger, Bonek, suami, dan seorang ayah. www.cecen-core.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Anak-anak Indonesia, Investasi Masa Depan Bangsa yang Tidak Menguntungkan?

26 Juni 2015   15:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:46 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat mengutuk para guru yang menggunakan kekuasaannya untuk menghukum murid-muridnya dengan hukuman fisik.  Para guru menuntut para siswanya untuk terus belajar, sedangkan mereka sendiri tak pernah belajar menjadi 'orang tua' yang baik.  Oknum guru seperti ini biasanya lebih memprioritaskan kualitas intelegensia di atas kertas.  Mereka lupa bahwasanya apa yang tertulis di atas kertas bisa dihapus, mereka lupa bahwasanya apa yang tertulis di atas lembar kerja bisa jadi hasil dari kecurangan yang diakibatkan ketakutan siswa terhadap doktrin guru dan orang tua sendiri bahwasanya tujuan bersekolah adalah untuk pintar secara akademis.

Kembali ke kasus lain, suatu hari saya pernah mengajak keluarga untuk berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan di Kota Medan.  Kami menjumpai orang tua yang membentak anaknya habis-habisan karena si anak masih ingin menghabiskan waktunya di sebuah pusat permainan.  Tak cukup dengan membentak, bahkan si orang tua ini sampai menyeret lalu menggendong paksa anaknya.  Perlukah seperti itu?  Ingatlah, rata-rata otak anak aktif sepenuhnya setelah menginjak usia 2 tahun.  Mereka memahami rasa malu dan otak mereka akan merekam bagaimana rasanya dipermalukan dan mungkin mereka juga akan belajar bahwa membentak di depan umum adalah hal biasa, sehingga mereka boleh menirunya.  Lagipula, anak-anak yang merengek seperti ini pasti merasakan sesuatu yang gagal disadari oleh orang tua.  Dalam kasus ini, mungkin si anak begitu senang karena jarang diberikan waktu bermain bersama-sama di rumah, atau mungkin begitu senang karena di tempat inilah dia bisa menghabiskan waktu bersama orang tuanya, atau bahkan si anak sama sekali tak tertarik dengan wahana permainan, dia hanya ingin mendapatkan perhatian orang tua.

sumber : Facebook UNICEF Indonesia 
Bahaya lain yang mengancam anak-anak sebagai investasi terbesar bangsa adalah masalah kesehatan dan kebersihan.  Berdasarkan jurnal UNICEF Indonesia tahun 2015, Indonesia memiliki jumlah penduduk kedua terbesar di dunia yang tidak memiliki akses terhadap jamban, sehingga mereka harus buang air besar di tempat terbuka yang meningkatkan risiko diare : pembunuh anak yang utama.  Angka kematian anak yang tinggi biasanya berkolerasi dengan kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi, gizi buruk, dan rendahnya tingkat pendidikan ibu.

"Jelas bahwa anak-anak yang paling terkena dampak positif dan negatif proses tata kelola dan pengambilan keputusan, namun kepentingan mereka seringkali tidak dibela."


Masalah anak begitu kompleks, sehingga tak akan tuntas saya bahas satu persatu melalui tulisan ini.  Namun demikian, tak perlu kita memaksakan diri untuk membenahi total semua masalah.  Saya menginginkan adanya perubahan dalam pola pikir kita dan pola didik terhadap anak.  Tak peduli orang seperti apa Anda, apapun profesi Anda, secuek apapun Anda, perbaikilah cara pandang kita terhadap anak.  Anda menganggap sinis orang lain, bagi saya tak masalah, selama Anda masih memiliki kepedulian terhadap anak-anak.  Selain itu, pola penegakan hukum terhadap pelaku kekerasan terhadap anak juga perlu ditingkatkan, undang-undang tentang anak-anak harus disosialisasikan secara lebih mendalam kepada setiap lapisan masyarakat, jika perlu direvisi untuk lebih menjamin terlaksananya program-program yang memperkuat terwujudnya hak-hak anak Indonesia, termasuk bentuk hukuman terberat terhadap pelaku kekerasan terhadap anak.  Selain itu, sistem hukum dan peradilan terhadap anak-anak sebagai terdakwa juga perlu pengkajian lebih mendalam dan sebisa mungkin tidak merampas hak-hak dasar anak untuk hidup bebas, terlepas dari tekanan sosial, dan pemulihan nama baik.

  

 
Begitu banyak anak di sekitar kita, marilah kita lebih peduli dengan mereka dan membantu semampu kita.  Melalui tulisan ini juga, saya ingin menggalakkan program #OneDayOneCare for Children yang mengharuskan kita memberikan minimal satu bentuk kepedulian dan kasih sayang terhadap anak.  Untuk lebih menginspirasi banyak orang, unggah setiap tindakan yang Anda lakukan ke media sosial menggunakan tanda pagar (#) tersebut.  Tak harus anak kandung, cukup dengan anak-anak di sekitar Anda, bahkan mungkin anak-anak yatim di panti asuhan, atau anak-anak lain yang bahkan Anda belum pernah menjumpai mereka melalui yayasan sosial atau lembaga kemanusiaan.  Tak harus membantu dengan materi, cukup berikan kasih sayang dan pengetahuan baru.  Untuk hal ini, tak ada sarana lain yang lebih dipahami oleh anak selain sarana yang telah disediakan oleh alam : Ajak anak-anak bermain dan belajar di ruangan terbuka, ajarkan mereka kepedulian dan empati dengan berbagi, karena masa depan mereka adalah masa depan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun