Mohon tunggu...
Asep Ridwan
Asep Ridwan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

halusinasi adalah sumber inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tipe Mahasiswa Beserta Senjata Survivalnya

25 Februari 2016   01:28 Diperbarui: 25 Februari 2016   01:35 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mahasiswa tentunya identik dengan kehidupan akademik. Setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam menyikapinya. Ada yang sangat serius mengejar nilai terbaik dan waktu lulus sesingkat mungkin, ada juga yang santai menghadapinya karena berperinsip hidup bukanlah hanya untuk akademis saja. Bagaimanapun cara menyikapi kehidupan akademis tersebut, semua mahasiswa haruslah bisa bertahan sampai lulus. Jangan sampai gagal, terhenti kuliahnya karena tidak bisa bertahan menghadapi berbagai rintangan.

Jika dilihat dari cara menyikapi kehidupan akademis diatas, maka mahasiswa dapat diklasifikan menjadi:

 

1. Mahasiswa anti sosial dengan senjata kepintarannya.

Tipe pertama ini lebih senang menyendiri dan tidak nyaman berkelompok. Mungkin inginnya belajar head to head saja dengan dosen. Mendapat nilai tinggi adalah keharusan, fokus utama di kehidupannya adalah belajar. Memperbanyak ilmu pengetahuan lebih penting ketimbang nongkrong-nongkrong sama temen. Saat dosen yang mengajar menerapkan sistem penilaian gaussian, maka tipe mahasiswa ini kadang dianggap sang pengeliminasi. Semakin tinggi nilai ujian, maka semakin tinggi pula standar nilai kelulusan. Pernah ada cerita salah seorang mahasiswa tipe ini menangis setelah tahu teman sekelasnya DO karena nilai dia yang terlalu tinggi membuat nilai temannya dibawah standar kelulusan.

Ya, senjata bertahan dari kehidupan mahasiswa anti sosial ini adalah kepintarannya. Karena dia dituntuk untuk bisa memahami materi sendiri. Tidak bergantung pada orang lain. Jika tidak memiliki senjata kepintaran ini, kemungkinan dia tidak akan mampu bertahan sampai lulus.

 

2. Mahasiswa penyantai dengan senjata pergaulannya.

Tipe kedua ini adalah yang paling banyak ditemui. Selalu menikmati kehidupan dengan satai dan tidak terlalu fokus pada kehidupan akademiknya. Banyak yang dikerjakan dalam kehidupannya semisal hobi. Kadang mereka tidak sempat mengerjakan tugas. Kasarnya, dikasih waktu mengerjakan tugas selama 10 tahun pun dia akan mengerjakannya semalam sebelum batas waktu pengumpulan. Malah jika sadar bisa dikerjakan 30 menit saja setelah dapat contekan dari teman, dia akan mengerjakan tugas 30,5 menit sebelum batas waktu pengumpulan. 30 menit untuk mengerjakan dan 30 detik untuk mengumpulkan.

Senjata pamungkas dari tipe ini adalah pergaulannya. Kesantaiannya menikmati kehidupan, mengharuskan dia mempunyai banyak teman. Disaat butuh contekan mengerjakan tugas atau minta diajarkan materi kuliah yang belum dimengerti, dia tidak akan kesulitan mendapatkannya. 

 

Jika kedua tipe tersebut tidak memiliki senjata, tentunya tidak akan dapat bertahan sampai lulus. Ada yang berprinsip bahwa kuliah itu bukan masalah besar-besaran IPK dan cepat-cepatan lulus, ada juga yang berprinsip yang penting IPK tinggi dan cepat lulus. Masalah pemahaman materi, masih bisa dilanjutkan setelah lulus. Apapun prinsipnya, bagaimanapun cara menyikapinya dan di kampus manapun menjalaninya, haruslah bertanggung jawab. Berani memulai harus berani menyelesaikan. Berani masuk kehidupan akademis perkuliahan, harus berani menjalaninya sampai lulus. Itulah tanggung jawab.  

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun