Mohon tunggu...
Cahyani Fahmiati
Cahyani Fahmiati Mohon Tunggu... Freelancer - Terus Belajar dan Bersyukur

Kegagalan bukanlah akhir, akan berakhir jika diri kita yang mengakhiri

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengulas Sisi Lain Skizofrenia

26 Desember 2019   16:33 Diperbarui: 26 Desember 2019   16:41 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cienciaynaturaleza.info

Schizophrenia sebuah kata yang asing bagi sebagian orang. Padahal jika mencari pengertiannya di internet semua orang akan langsung tahu "ohhh, orang gila". Yahh begitulah stigma yang muncul di dalam masyarakat Indonesia. 

Akankah lebih baik ketika kita membahasakan dengan lebih sopan, ya seperti "orang dengan masalah kejiwaan". Lebih enak didengar bukan? 

Nahh.. Bagi yang belum tahu apasih itu szhizophrenia? Mari kita ulas sebentar.

Schizophrenia merupakan sebuah penyakit berupa gangguan mental yang serius yang ditandai dengan gangguan dalam proses pemikiran yang mempengaruhi perilaku. (Thorson, et all, 2008) Di mana penderita sering mengalami halusinasi, delusi dan depresi. Banyak penderita yang merasakan dibisiki oleh suara yang membuat mereka takut dan menyebabkan depresi, banyak juga yang merasa seperti dihantui oleh sesuatu yang menyebabkan delusi. Ada banyak gejala lain yang terjadi pada penderita schizophrenia.

Lalu ada berapa banyak sih penderita schizophrenia di dunia?

WHO menyebutkan bahwa pada 2013 penderita schizophrenia mencapai 450 juta jiwa diseluruh dunia. Banyak penderita dari keluarga menengah ke bawah mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya. Penderita biasa dipasung oleh keluarganya ataupun dibiarkan tanpa diurusi dengan baik sehingga banyak penderita yang berkeliaran dan tidak terurus. Schizophrenia dapat diderita oleh siapapun tanpa memandang gender, usia, jabatan, tingkat pendidikan ataupun hal lain. (Pairan, 2018)

Begitu banyak penderita schizophrenia yang diasingkan oleh keluarga bahkan terlantar di jalanan dan sering mendapatkan olokan dari orang-orang yang melihatnya.

Di sisi lain adapula keluarga yang menyerahkan kepada pihak rumah sakit jiwa, namun pada kenyataannya banyak penderita yang kambuh kembali dan rehospitalisasi. Banyak faktor yang dapat memperngaruhi hal tersebut baik dari faktor internal maupun eksternal. Dari segi keteraturan obat maupun respon keluarga. (Novitayani, 2016)

Banyak keluarga yang belum bisa menerima ketika ada anggota keluarganya menderita schizophrenia. Sehingga itupun menjadi salah satu faktor masyarakat pun berstigma negatif mengenai schizophrenia. 

Banyak penderita schizophrenia di dunia ini yang tidak mendapatkan perlakuan yang baik dari keluarga ataupun masyarakat. Padahal perlu diketahui bahwasanya penyakit ini dapat disembuhkan dengan pengobatan yang intensif, penerimaan dan pendampingan yang baik dari keluarga atau orang sekitar. 

Dan proses penyembuhan itu sendiri tergantung dengan obat yang diberikan dan proses terapi yang diberikan. Tidak bisa dipungkiri ketika schizophrenia ini dapat kambuh kembali mengingat penyakit ini berhubungan dengan kondisi psikis seseorang.

Lantas apa sih yang bisa kita lakukan ketika menemui orang dengan masalah kejiwaan?

dokpri
dokpri
Emm... banyak orang akan mengatakan "kabur", "lari", "menghindar" yang intinya menjauh dari ODMK (penderita schizophrenia). Padahal tak menjadi masalah ketika mereka diajak untuk berinteraksi. 

Mereka bukan monster yang menakutkan, mereka hanya berbeda dengan kita saat masa kambuhnya kembali. Mereka istimewa dengan keadaan mereka sendiri. 

Percayakah mereka bisa kita ajak bernyanyi, bercerita ataupun menggambar. Mungkin akan sedikit aneh bila hanya didengar, namun tak aneh bila dilakukan. Ketiga hal tersebut menjadi salah satu cara terapi yang bisa dilakukan untuk membantu mengurangi tingkat depresi yang mereka rasakan dan mungkin menjadi salah satu jalan penyembuhan bagi mereka.

ODMK tak semenakutkan itu bukan?

Mari kita rubah stigma negatif kita mengenai penderita schizophrenia atau ODMK. Mereka adalah manusia yang harus dimanusiakan, mereka adalah manusia yang memiliki keistimewaan yang berbeda dari kita.

Dan ingatlah schizophrenia bisa diderita oleh siapapun. "Self love" menjadi penting bagi kita untuk menerima diri sendiri. Ketika penerimaan diri dapat tercapai maka rasa syukur akan terus hadir. Kepemilikan jiwa sering kita abaikan karena keacuhan dan rasa kurang bersyukur atas apa yang kita miliki.  

Self reminder!

See you..

REFERENSI
Novitayani, Sri. (2016). Karakteristik Pasien Skizofrenia dengan Riwayat Rehospitalisai. Idea Nursing Jurnal. VII(2)

Pairan, Ahmad Minif Mubarok, Ekananda Noviana Nugraha. (2018). Metode Penyembuhan Penderita Skizofrenia oleh Mantri dalam Perspektif Pekerjaan Sosial. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. 7(1)

Thorson, R., T, Matson, J., L., Rojahn, J., dan Dixon, D., R., (2008). Behavior problems in institutionalized people with intellectual disability and schizophrenia spectrum disorders. Journal of Intellectual & Developmental Disability, 33, 316--322.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun