Baca:Â Menerapkan Dikotomi Kendali Dalam Bermedia SosialÂ
Dengan genre drama berdurasi 131 menit, itu masih cukup masuk akal karena alur yang diceritakan runut dari awal sampai akhir. Awalnya kita akan melihat manis dan harmonisnya sebuah keluarga, namun seiring berjalannya waktu, badai mulai menerpa keluarga mereka dengan bara perselingkuhan yang menyulut pertengkaran hebat.Â
Pesan yang coba untuk disampaikan adalah jangan sampai kita membuka kesempatan pada orang ketiga untuk masuk ke kehidupan asmara, karena celah itu hadir bukan karena ada niat saja, tapi juga karena adanya kesempatan. Yang dimaksud maut di sini bukan cuma tertuju untuk ipar, tetapi untuk semua orang. Perlu selalu diingat pengkhianatan terbesar justru kebanyakan dilakukan oleh orang terdekat kita.
Siapapun bisa menjadi maut di dunia ini, karena manusia diciptakan berpotensi berbuat kebaikan atau berbuat dosa. Jangan biarkan godaan syaiton, hawa nafsu, dan kenikmatan sesaat mendorong kita semakin berpotensi untuk melakukan dosa dengan menjadi ‘maut’ atau pengganggu kebahagiaan bagi orang lain. Kita memang tidak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta. Akan tetapi, rasa takut kepada Allah yang diiringi dengan akal sehat akan meminimalisir rasa cinta itu tumbuh semakin dalam terhadap orang yang salah.
Baca:Â Di Penghujung MeiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H