Sudah menonton film Inside Out 2? Film garapan Kelsey Mann ini merupakan film animasi remaja Amerika Serikat yang diproduksi oleh Pixar Animation Studio untuk Walt Disney Pictures, diproduksi oleh Mark Nielsen, dan ditulis oleh Meg LeFauve. Nah, di Indonesia sendiri film ini mulai tayang pada 14 Juni 2024 di bioskop.
Aku tidak mengikuti sekuel ini, jadi film perdananya yang rilis tahun 2015 lalu, tidak tahu seperti apa jalan ceritanya. Selain rumah yang jauh dari bioskop, baru-baru ini juga demen (suka) nonton film dan suka dengan suasana bioskop.
Di awal film kita akan diperkenalkan dengan tokoh utama seorang anak yang bernama Riley Andersen yang baru saja memasuki usia 13 tahun, serta kelima emosinya; Joy atau emosi periang yang digambarkan dengan karakter berwarna kuning, Sadness (sedih) dengan karakter berwarna biru, Anger (marah) berwarna merah, Fear (takut) berwarna ungu, dan Disgust (Jijik) berwarna hijau.
Selayaknya perputaran waktu, setiap kita akan mengalami pertumbuhan, perubahan, dan pastinya akan bertemu atau mengalami masa-masa sulitnya masing-masing. Sebagaimana tokoh Riley di dalam film ini.
Riley yang kini mengalami masa pubertas, kehadiran emosi baru dalam hidupnya. Jika sebelumnya ia memiliki lima emosi (riang, sedih, marah, takut, dan jijik), kini ada empat emosi baru dalam hidupnya; Anxiety (cemas) yang digambarkan dengan karakter berwarna oren, Ennui (bosan) berwana indigo atau ungu tua, Emberrasment (malu) berwarna pink, dan Envy (iri) dengan warna Sian.
Emosi baru yang ditampilkan menambah warna baru dalam mengendalikan kenaifan emosi remaja puber yang sangat related dengan prilakunya. Sebagaimana  dalam film ini menggambarkan dengan sangat jelas bagaimana emosi-emosi tersebut menguasai Riley, terlebih emosi barunya.
Ruang kontrol emosi di benak Riley kini dihuni oleh sembilan emosi yang memiliki karakteristik yang berbeda. Joy memimpin emosi lama untuk menghadapi kelompok emosi baru yang dipimpin oleh Anxiety. Keduanya berusaha mengatur Riley, yang justru menimbulkan perpecahan. Kesembilan emosi itu pun akhirnya berusaha untuk mencari formula terbaik untuk mengatur emosi Riley. Begitulah kehidupan remaja puber, ia harus berjuang mengontrol emosi di dalam dirinya agar berjalan stabil.Â
Dari film animasi yang mengusung genre slice of life (penggalan kehidupan) dengan durasi sembilan puluh menit ini kita diingatkan bahwa, setiap anak akan mengalami masa pubertas. Film ini sangat related dengan kita yang juga sudah melalui masa puber. Masa di mana rasa anxiety (rasa cemas) dan insecurity (ketidaknyamanan) mengambil alih banyak kesenangan di dalam hidup. Semakin dewasa kita akan semakin sulit merasakan bahagia.
Tidak masalah memiliki ambisi, karena hal itu wajar. Namun, jangan pernah merasa jikalau kita tidak hanyalah seorang diri di dunia ini. Film ini juga menegaskan bahwa peran dan dukungan orang tua serta keadaan lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh sekali, terutama bagi diri kita yang masih belum memiliki pondasi diri yang kokoh.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!