Sejauh ini yang aku petik usai membaca novel Pulang; seberapa akrab, kompak, dan eratnya suatu hubungan kekeluargaan yang kita jalani. Akan tetap ada penghianatan dan sesuatu hal yang membuatnya renggang dan akhirnya terpisah.Â
Dalam buku ini penulis menjelaskan bahwasanya makna pulang tidak melulu tertuju pada rumah atau kampung halaman, melainkan cakupan yang luas. Sebagaimana yang dipaparkan penulis, Â pulang yang dimaksud adalah kembali ke arah yang benar dan jalan menuju pendekatan diri kepada Tuhan.Â
    Baca juga: Merasa Terpanggil Mempresentasikan Indonesia, Harashta Siap Menuju PolandiaÂ
Perjalanan hidup Bujang sebagai bagian dari keluarga Tong diceritakan penuh dengan perjuangan, intrik, dan luka. Puncaknya adalah ketika terjadinya penghianatan yang berasal dari dendam masa lalu keluarga Tong. Sampai akhirnya Bujang menemukan arti pulang demi orang tua yang dicintainya.Â
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari fiksi ini, salah satunya terkait dengan masa lalu. Bahwasanya kita harus berdamai dengan masa lalu, meski kita harus memeluk luka, kebencian, dan rasa sakit. Kesetiaan tokoh Bujang terhadap keluarga Tong juga dapat dijadikan contoh, bagaimana membalas budi terhadap orang yang berjasa dalam hidup kita. Tere Liye dalam novelnya juga ingin mengajarkan, bahwa ilmu terbaik akan mampu mengubah jalan hidup seseorang.
Beberapa kutipan yang aku suka dari buku ini, diantaranya; "Semua orang punya masa lalu, dan itu bukan urusan siapa pun. Urus saja masa lalu masing-masing," halaman 101. - "Saat itu terjadi, kau telah pulang, Bujang. Pulang pada hakikat kehidupan. Pulang, memeluk erat semua kesedihan dan kegembiraan," halaman 388. Dan, "Sungguh, sejauh apa pun kehidupan menyesatkan. Segelap apa pun hitamnya jalan yang ku tempuh. Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang," halaman 400.
    Baca juga: Menyusuri Parangtritis Yogyakarta BersamamuÂ
Indentitas Buku:
Nama: Pulang
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika