Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Penulis

Blue | Read | Black Coffee | Social and Humanity | DSF7296 | pecandusastra96 | Ungkapkan Kebenaran Meski itu Sakit

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Air Mata di Ujung Sajadah: Bukti Ketulusan Cinta Seorang Ibu

12 April 2024   00:30 Diperbarui: 12 April 2024   00:43 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Official Poster Air Mata di Ujung Sajadah. BP dan MBK Production. Ist

Merasa hidupnya sepi akibat kenangan masa lalu, akhirnya Aqilla merantau ke Eropa, berkarier di sana. Hingga tujuh tahun berlalu akhirnya kebohongan yang dibangun oleh Bu Halimah terpecahkan, Aqilla akhirnya tahu jika buah hatinya ternyata masih hidup, ia bernama Baskara dan dibesarkan oleh Arif dan Yumna di Solo.

Setelah tahu hal itu, Aqilla bergegas menuju Solo untuk mendapatkan anaknya kembali. Baginya Baskara adalah harapan dan masa depan usai menghabiskan tujuh tahun penuh kesepian. Ia sangat ingin kembali dekat dan hidup bersama darah dagingnya. Namun, Aqilla harus menghadapi dilema besar yang menimbulkan perasaan gundah di hatinya.

Kerisauan itu tidak lepas dari keberadaan Arif dan Yumna yang telah merawat Baskara dengan sepenuh hati, serta tidak pernah pamrih layaknya orang tua kandung. Aqilla juga tidak enak hati dengan Eyang Murni (Jenny Rachman) yang mendambakan seorang cucu. Kegaduhan juga muncul di hati Arif dan Yumna, mereka merasa bersalah jika bersikukuh mempertahankan satu-satunya kebahagiaan Aqilla.

Sepanjang berjalannya cerita, ada banyak bagian yang meluluhkan hati -- mengobrak-abrik tembok keras hati yang mengakibatkan air mata berderai jatuh tak terasa. Adegan demi adegan yang diperankan benar-benar terasa bagiku yang menyaksikan film ini. Bagaimana tulus dan besarnya cinta seorang ibu kepada anaknya.

Meski diriku seorang lelaki, namun hati tidak bisa berbohong terkait hal itu. Aku juga bisa merasakan bagaimana terlukanya hati seorang ibu yang dijauhkan dari buah hatinya secara bertahun-tahun, apalagi sejak ia melahirkan sama sekali tidak menyentuh dan mendengar suara dari darah dagingnya.

Terlebih saat menyaksikan adegan ketika Aqilla berdialog dengan Eyang Murni, ia mengatakan; "Saya tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mendoakan saat dia lahir, mendengar kata pertama yang diucapkan, melihat langkah pertamanya, dan mengantar di hari pertama dia sekolah." Seketika air mata tidak bisa dibendung, pecah tangis ikut mengiringi jalannya film hingga usai. Kesempatan-kesempatan sekali seumur hidup tersebut adalah impian semua ibu-ibu di dunia ini.

Dari film ini kita belajar, bahwa bagaimanapun cinta dan ketulusan seorang ibu tidak pernah lekang oleh waktu. Jangankan ibu kandungnya, ibu asuhnya saja yang bertahun-tahun merawat dan menjaga sedari kecil saja bisa merasakan hal demikian. Lantas, masih pantaskah kita seorang anak berlagak paling besar dihadapan ibu kita dengan pencapaian-pencapaian yang kita gapai hingga saat ini?

4,8 dari 5,0 untuk nilai kualitas dan produksi film Air Mata di Ujung Sajadah dengan total durasi 105 menit ini. Nah, bagi pembaca yang belum nonton, film ini masih bisa kalian saksikan secara streaming di Netflix ya.

Baca juga: Menyingkap Dunia Malam Dari Novel Re dan peRempuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun