Mohon tunggu...
Pecandu Sastra
Pecandu Sastra Mohon Tunggu... Penulis - Blogger dan Penulis

Blue | Read | Black Coffee | Social and Humanity | DSF7296 | pecandusastra96 | Ungkapkan Kebenaran Meski itu Sakit

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Empat Kunci Bahagia Menurut Habib Segaf Baharun Dalwa

2 Februari 2024   20:30 Diperbarui: 2 Februari 2024   21:08 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bahagia. pngtree. ist

Kebahagiaan merupakan tujuan utama bagi setiap insan. Rasanya tak satu pun yang tidak menginginkan kebahagiaan hadir dalam hidupnya, semua mendambakannya. Namun, terkadang banyak orang yang salah dalam menafsirkan 'kebahagiaan.' Bahkan, banyak yang tersesat - salah mengambil langkah meraih kebahagiaan tersebut.

Melalui sebuah podcast Pondok Pesantren Madinatul Ilmi, Al-Habib Segaf bin Hasan bin Ahmad Baharun mengatakan: "Seseorang yang tidak tersentuh dari salah satu empat 'M' - jangan berharap akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia." Lantas, apa saja empat 'M' tersebut?

Sebagaimana diungkapkan oleh Rektor Universitas Islam Internasional (UII) Darullughah Wada'wah (Dalwa) Raci, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur  -  empat 'M' tersebut di antaranya ialah; mondok, madrasah diniyyah, mengaji, dan majelis ta'lim.

"Mondok adalah yang terbaik. Nggak mau mondok, ya sudah - madrasah diniyyah (madin). Silakan dari pagi sampai siang sekolah umum, sorenya belajar sekolah diniyyah. Nah, masalahnya yang kedua ini sudah diketahui oleh mereka (musuh-musuh Islam), sehingga bagaimana caranya mereka ini ada kesempatan agar seseorang ini cape untuk mencari ilmu Nabi. Karenanya, sekarang sekolah sudah pada sampai sore semua," ungkap Habib yang akrab disapa Abuya.

Poin ketiga yang disampaikan oleh Habib Segaf dalam podcast yang bertajuk "Urgensi Pendidikan Pondok Pesantren" ialah mengaji. Mengaji kepada guru ngaji, seperti di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan lainnya. Jika poin ketiga ini masih juga tidak mau, Habib Segaf mengarahkan pada poin keempat - Majelis Ta'lim. Majelis ta'lim disebutkan Habib sebagai sarana terakhir. Jika tidak mau tersentuh dengan empat hal ini, maka Habib mengatakan; jangan berharap mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.

Habib Segaf Baharun. Photo Tangkapan Layar. Ist
Habib Segaf Baharun. Photo Tangkapan Layar. Ist


Dalam hal ini Pengasuh Pondok Pesantren Dalwa Bangil, Pasuruan, Jawa Timur itu mengambil contoh. Sebagaimana yang terjadi seperti mereka (artis) di luar negeri, sudah punya semuanya; fans banyak, uang melimpah, tapi ada sesuatu yang dicari - belum dapat. Apa itu? Kebahagiaan.

Sembari meletakkan telapak tangan pada dada sebelah kiri (bagian hati), Habib Segaf mengatakan; "kebahagiaan itu terletak di sini (hati). Hal itu tidak perlu finansial, bahagia itu Allah berikan kepada mereka yang tenang - tidak ada pikiran. Apa yang membuat tenang? Kebaikan! Selama mereka berbuat dosa, selama itu mereka akan dihantui dengan perasaan salah. Perasaan-perasaan tidak nyaman."

Melalui podcast yang dipandu oleh Ustadz Afandi, Habib Segaf juga berbagi cerita tentang seseorang yang mengadu kepadanya. Kala itu beliau sedang mengajar Fawaid, lalu ada seseorang yang menghubungi beliau melalui telepon. Orang tersebut merupakan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) di bagian perpajakan, dengan penghasilan kotor perbulan 30-an juta rupiah.

Orang tersebut berkata, bahwa usai sepeninggal Ayahnya - ia yang menghidupi rumah besar yang tengah ia dan keluarganya tempati (dari biaya listrik, makan-minum, hingga biaya sekolah adik-adiknya, dan lainnya). Namun, tiga bulan belakangan orang ini terkena musibah - ibunya terkena stroke. Sejak saat itu musibah demi musibah berdatangan, yang tadinya ia menyandang predikat sebagai pegawai berprestasi - sampai akhirnya ia mendapatkan surat teguran kedua.

Sejak ibunya terkena stroke, ia memiliki tugas tambahan. Jadi, setiap jam dua malam ibunya bangun - minta dibopong ke kamar mandi  untuk dimandikan, lalu dihanduki, dan di kembalikan ke tempat semula. Hal ini bisa menghabiskan waktu dua jam. Padahal, lelaki ini baru sampai rumah - pulang kerja jam 9 malam dan jam 6 pagi ia harus sudah berangkat kerja lagi. Karena jarak rumah dan kantor cukup jauh, agar tidak terkena macet dan telat.

Singkat cerita, orang tersebut bertanya kepada Habib Segaf Baharun terkait hukumnya apabila (seumpama) ibunya yang terkena stroke, ia suntik mati. Nauzubillah. Sembari bercerita, Habib tersenyum - geleng kepala.

"Inilah contoh ketika orang dibangun badannya saja, tetapi jiwanya tidak dibangun. Sampai punya pikiran semacam itu. Nggak ada takwa dan imannya. Status berguna, harta berguna. Lantas kenapa? Karena kurang ilmu," tutur Habib Segaf.

Dunia semakin kacau-balau, lanjut Habib, padahal di madrasah sudah mengajarkan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, anak yang baik, istri yang baik. Oleh karena itu sangat penting untuk kita belajar dan memasukkan anak kita belajar di pondok pesantren. 

"Coba lihat anak-anak yang belajar di pondok pesantren. 3 bulan mereka di pondok - pulang ke rumah, sudah beda cara ngomongnya sama orang tua, sikapnya berbeda, wajahnya bercahaya. Ini semua kenapa? Karena didikan bukan cuma teori saja, tapi sekaligus dipraktikkan. Itu yang diterapkan oleh pondok-pondok pesantren," demikian tegas Habib.

Habib Segaf mengimbau agar masyarakat memasukkan anak-anaknya ke pondok atau madrasah diniyyah. Ada sebuah penelitian yang meneliti - meliputi semua profesi yang ada di Indonesia, bahwasanya sekian banyak dari 180 sekian juta umat muslim, yang pernah berjumpa dengan seorang habaib, kiai, alim-ulama (langsung lihat wajahnya - bersalaman dengannya - mendengarkan suaranya) itu cuma 15 persen. 80 persennya belum berjumpa dengan mereka. Bagaimana mungkin mereka akan tersambung ilmunya sampai kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.

Baca artikel lainnya;

      * Menyingkap Dunia Malam dari Novel Re dan peRempuan 

      * Hikmah dari Ketulusan Cinta Dua Sahabat Rasulullah

      * Tidak Khusyuk Saat Sholat? Minimal Lakukan Pada Tiga Waktu Ini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun