Mohon tunggu...
Muhammad Nizhamuddin
Muhammad Nizhamuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IIUI Islamabad

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aurangzeb Alamghir, Pejuang Syari'at Islam di Tengah Heterogenitas Peradaban Mughal

3 September 2023   07:09 Diperbarui: 3 September 2023   07:54 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan ketika masa jabatannya, untuk mewujudkan implementasi syari'at dalam pemerintahan Mughal, ia mengeluarkan dekrit pengumpulan jurnal-jurnal fiqh menjadi sebuah buku sistematis untuk menjadi acuan umat muslim sub-continent dalam menjalankan ibadah, agar tidak menyeleweng dari syari'at. Ia juga mensponsori ratusan ulama penjuru dunia untuk menformulasikan fiqh Islam. 

Dan hasilnya adalah sebuah karya fenomenal yang sampai saat ini dapat kita temukan di india dan Pakistan, buku fiqh ikhtishar dalam mazhab hanafi bernama fatawa alamghiri atau fatawa al hindiya. Ini merupakan inovasinya agar masyarakat nya jauh dari penyelewngan. Buku ini pun disebar ke seluruh penjuru Mughal, guna memerangi berbagai macam bentuk penyelewengan ibadah maupun moral social.

Dalam masa jabatannya, Aurangzeb juga menghapus berbagai macam pungutan pajak yang tidak sesuai syari'at. Padahal, pungutan pajak ini sebelumnya menjadi sumber pendapatan kerajaan Mughal. Dan menetapkan kembali jizyah kepada non muslim yang sebelumnya dihapus oleh pendahulunya sultan Akbar. Ia juga melarang keras praktek membungkukan diri kepada penguasa, tak terkecuali dirinya, sebagai upaya penegakan kembali nilai-nilai tauhid. ia berusaha meneladani salaf dalam beragama.

Untuk memback-up pendapatan besar yang sebelumnya diperoleh dari pajak yang tidak sesuai syari'at, ia memberantas keglamoran kehidupan istana. Ia menghilangkan budaya pesta dansa,music hingga perayaan ulang tahun raja.

Kebijaka religious lainnya ialah, penghapusan tradisi tika serta dharsan, dimana setiap pagi sultan Mughal memandangi rakyat di balkon istana, sedangkan rakyat mengadakan pertunjukan. Khususnya pertandingan gajah. Tradisi tersebut dihapus karena mengandung unsur pemujaan berlebihan terhadap pemimpin. Aurangzeb menggantinya dengan tradisi zinjr-e-adl dimana rakyat yang memiliki masalah tinggal menarik tali-tali besi, sehingga raja keluar untuk mendengar keluh kesahnya.nSultan Aurangzeb juga menghapus peraayaan Nauruz atau perayaan tahun baru ala orang Persia.tentu karena budaya non-muslim.

 

Sikap Aurangzeb dalam menghadapi masyarakat heterogen.

Input sumber gambar
Input sumber gambar

Raja Aurangzeb memang dikenal akan kezuhudan serta kedekatannya dengan agama. Namun, tak banyak juga para sejarawan yang mengkritik sikap Aurangzeb terhadap umat hindu dan sikh. Banyak yang menyematkan istilah intoleran kepada era kepemimpinan Aurangzeb. Lalu apakah benar penyematan tersebut ?

Apabila kita ingin mengetahui akan kebenaran penyematan tersebut, maka kita perlu mengetahui bagaimana non-muslim hidup dibawah kekuasaannya. Namun, fakta sejarah membuktikan, bahwa puluhan orang-orang hindu ia angkat sebagai pegawai di istana,kantor,hingga penasihat. Bahkan beberapa orang hindu dan sikh berkarir dalam dunia militer. Justru ini membuktikan bahwa Aurangzeb tidaklah kaku terhadap kontribusi non-muslim.

Setelah penelitian lebih dalam, ternyata penyematan Aurangzeb sebagai raja yang intoleran berlandaskan akan keputusannya dalam penghancuran kuil-kuil ibadah umat hindu serta pengembalian kembali penerapan jizyah kepada mereka yang dianggap sebagai tindakan diskriminatif. Ia juga di isukan menolak beberapa pembangunan tempat ibadah baru bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun