Mohon tunggu...
Muhammad Nizhamuddin
Muhammad Nizhamuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IIUI Islamabad

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Din-i-lahi, Pemikiran Sinkretis Sultan Jalaludin Akbar di Era Mughal

31 Agustus 2023   04:43 Diperbarui: 31 Agustus 2023   05:38 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan 

Berbicara tentang toleransi, merupakan sebuah topik yang kompleks. dimana setiap kelompok memiliki definisi tersendiri mengenainya. Karena konsep tersebut tentu lahir dari pengalaman hidup manusia yang dipengaruhi oleh diversitas social dari segi ras,agama,hingga kultural.terlepas dari adanya beberapa perbedaan dalam memahami konsep toleransi dalam kalangan internal islam, tak dapat dipungkiri bahwa keragaman merupakan sebuah nikmat dan rahmat dari tuhan.artinya, hikmah dibalik adanya perbedaan ialah dapatnya kita berdialog saling mengenal dan saling memahami tanpa melihat sisi agama,suku,ras dll.

Namun perlu digaris bawahi. Sebagai muslim, kita harus bisa membedakan antara toleransi dan sikap sinkretisme. Sinkretisme adalah sebuah sikap membenarkan semua agama/keyakinan. Hal ini sangat dilarang dalam islam, karena menodai prinsip tauhid, dimana Allah SWT berfirman dalam surah Al-Imran ayat 19 : "Sesungguhnya agama yang di ridhoi disisi Allah hanyalah Islam". Menjaga prinsip kebenaran hanya dalam islam merupakan dasar dalam toleransi yang harus digenggam. Sebagaimana pendapat Prof Hamid Fahmy : "Toleransi bukanlah dengan menghormati agama lain, karena alquran tidak menghormati dengan membenarkan ajaran yahudi dan nasrani. Saling memahami dan tidak saling mengganggu apalagi menyakiti, itulah toleransi dalam Islam".

 Terlepas dari semua itu, keberagaman merupakan sebuah kepastian yang ada disetiap penjuru dunia.tak terkecuali Sub-continent anak benua yang meliputi india,Pakistan,Bangladesh dan sekitarnya. berbicara mengenai Sub-continent, tentu sudah tidak asing di telinga kita tentang sejarah dinasti Mughal.  kerajaan dengan era keemasan Islam di daerah tersebut, dari sisi peradaban dan ilmu pengetahuan. Keberagaman masyarakat india pada saat itu cukuplah kental,dimana cukup banyak keyakinan dengan eksistensinya.seperti Hindu,Islam,Kristen,Jainism,Zoroaster dll.

Menjaga stabilitas politik ditengah keberagaman merupakan sebuah tantangan. Salah satu faktor keruntuhan dinasti umayyah pada masa silam, ialah karena adanya permainan isu perbedaan suku di khurasan,ditambah kerasnya tabiat masyarakat sana, yang dimainkan oleh Abu Muslim al Khurasani.(salah satu tokoh penting dibalik berdirinya daulah Abbasiyyah). Adanya polarisasi politik menjadi dua kubu : kubu dinasti VS kubu ahlul bait jugaturut andil dalam runtuhnya khilafah tersebut. Dimana terjadi berulang kali pertumpahan darah disebabkan gagalnya menjaga diversitas yang ada di era akhir umayyah. Adanya kesenjangan social antara suku Arab dan masyarakat Turki, serta isu nasionalime arab yang dimainkan kaum kolonials menjadi salah satu sebab merdekanya negara-negara arab dari khilafah turki utsmani. Dan masih banyak lagi. Maka,dapat kita simpulkan  bahwa gagalnya menjaga keharmonisan perbedaan dapat menyebabkan runtuhnya suatu peradaban. Kembali ke dynasty Mughal, dimana saat itu, agama yang diaunut masyarakatnya cukup beragam, seperti : Hindu,Islam,Sikh,Jainsm,Katholik,Zoroaster dll. Memungkinkan terjadinya beberapa gesekan antar satu sama lain. Maka salah satu Sultan Mughal yang cukup tersohor, Jalaludin Akbar mencetuskan sebuah kebijakan politik terkenalnya, Sulh-e-Kull. Yang berarti Toleransi Universal.dimana ia ingin membakar habis skat-skat antar umat beragama melalui kebijakan tersebut. Dan darinya lah lahir sebuah konsep sinkretis kontroversial, Din-i-lahi yang sangat kental akan nuansa pluralism. adanya Din-i-lahi yang dicetuskan Akbar, agar bersatunya seluruh agama yang ada di wilayah Sub-continent.

Terlepas dari kebijakannya yang kontroversial, ia berhasil menciptakan keharmonisan antar umat beragama terutama hindu dan islam. Dimana segala macam bentuk pergesekan berhasil ia tumpas.namun sayangnya, kemurnian tauhid dan ketegasan syariat islam menjadi korbannya.maka tak heran, sebagian umat muslim menentang kebijakan tersebut yang telah menodai Islam. Salah satu tokoh masyhur yang memimpin penentangan kebijakan akbar ialah ulama reformis India Syeikh Ahmad sirhindi dan Qadhi Bengali.

Sangat disayangkan, di era modern ini, sebagian umat muslim meneladani konsep Din-i-lahi jalaludin akbar sebagai toleransi beragama ala dinasti Mughal.sebagai seorang muslim, , tentu kita harus membedakan antara toleransi dan sinkretis. sedangkan Sulh e kull Akbar merupakan sebuah kebijakan politik atas nama toleransi yang  sangat kental akan nuansa sinkretisme. Maka dibuatnya makalah ringan ini, bertujuan untuk menggali  lebih dalam apa saja bentuk  penodaan tauhid dan syariat dari konsep Din-i-lahi yang Akbar cetuskan.perlu digaris bawahi, makalah ringan ini berfokus pada studi historis kebijakan Akbar penyelewengannya. Bukan penyerangan personal, karena dia tetaplah seorang muslim, maka segala macam kontroversinya merupakan urusan pribadinya terhadap tuhan.dan semoga Allah merahmati dan mengampuninya.

Sejarah singkat Dinasty Mughal.

Meskipun Islam telah sampai ke India sejak era daulah Umayyah, dengan pahlawan islam sebagai penakluknya, ialah Muhammad bin Qasim Ast Tsaqafi jalur Sindh, dan Mahmud Al Ghaznawy jalur Punjab, tetaplah era kerajaan Mughal sebagai Ikoniknya. Daulah ini berdiri setelah runtuhnya kesultanan Delhi yang dipimpin oleh Ibrahim Lodhi. Kerajaan ini lahir di awal abad kesepuluh Hijriah. Dinamakan Mughal yang merupakan nisbatan kepada bangsa Mongolia dalam bahasa arab, karena Sultan pertama mereka, Zahiruddin Mahmud baabur merupakan keturunan Timur Lenk dari jalur ibu, dan Jenghis Khan dari ayah. Daulah ini berdampingan dengan dua power muslim lainnya, kesultanan Safawy Iran serta khilafah Turki Utsmani.daulah ini terus eksis hingga datangnya kolonialis Inggris merampas tanah air mereka. Sultan Akbar merupakan sultan ketiga Mughal, meneruskan kepemimpinan ayahnya, sultan Humayyun.  Era Akbar dikenang dengan pluralismenya. Namun yang cukup menarik, era anak dan cucunya, sultan Shah Jahangir dan sultan Aurangzeb Alamghir, terkenal dengan kekonservatifan beragama mereka.

Biografi sultan Akbar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun