Mohon tunggu...
coretan hatiku
coretan hatiku Mohon Tunggu... -

single mother for 2 boy's

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pria kok Jadi Dokter Kandungan?

2 Februari 2012   05:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:10 5076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah pasti kalau kita sebagai wanita hamil ke dokter kandungan terus ternyata eh pria yang jadi dokternya, perasaan tuh jadi gimana gitu. Kalau diantar suami akan jadi canggung karena dokter akan periksa-periksa perut kita sebagai istri jadi berasa bersalah, atau jadi serasa di perkosa depan mata suami sendiri. Ga kebayang perasaan suami gimana, rela demi si buah hati, atau terpaksa terus besok-besok cari dokter lain karena ga ikhlas.

Ga dokter kandungan ga juga dokter USG selalu banyakan pria, kalo mau USG jadi ga banyak tanya, padahal kalau hamil apalagi untuk yang pertama pasti ribuan pertanyaan muncul seketika di otak, ada juga perasaan berbagi dan bercerita dengan si dokter tentang kebahagiaan akan kehamilanya. semuanya menjadi terkunci rapat, kalau-kalau ada satu hal yang ganjil ga jadi deh diungkapkan. Kadang juga berfikir dia gak akan pernah merasa hamil gimana jadi terkesan ga senasib sepenanggungan.

Dan pada akhirnya akan terbayang dong saat lahiran nanti, posisi yang tidak mengenakan, kalo normal harus dalam posisi yang amat tidak nyaman kalau si dokter pria, caesar pun begitu, hanya terbalut baju khusus yang diikat, sudah otomatis  tidak akan menutupi tubuh secara utuh, banyaknya para coass yang menonton juga bikin stres tingkat tinggi.

Kalau akan periksa dalam kebayang tangan si dokter yang besar, karena sudah hukum alam kalau postur tubuh pria lebih besar di banding postur tubuh wanita.

Tapi gak semua wanita merasa seperti itu, ada juga para ibu hamil yang malah senang dengan dokter pria, misal si dokter pria terlihat lebih gagah atau tampan dari si suami, jadi saat di periksa belum lagi di suruh tunjukin perut udah semangat 45 untuk angkat bajunya.

Ada juga yang merasa lebih nyaman kalo curhat sama lawan jenis akan kehamilanya, karena si dokter pria tentu akan lebih antusias mendengarkan jadi terlihat lebih perhatian daripada dokter wanita yang kadang mematahkan apa yang ibu hamil rasa "ah biasa seperti itu" atau" saya dulu hamil ga sepeti ibu yang menangis terus..".

Terus saat periksa dalam dilaksanakan dokter pria akan melakukan dengan kelembutan karena takut akan si pasien kesakitan, sebab dia tidak pernah tau rasanya tidak nyaman yang bagaimana jadi akan lebih hati-hati, kalau dokter wanita sok tau main asal seruduk aja.


Jawabanya ini dia:

Dunia pendidikan kedokteran tidaklah mudah, menguras materi juga, butuh kepintaran tinggi juga. Dan waktu yang sangat lama pastinya kalau akan ngambil jurusan spesialisnya.

Rata-rata wanita indonesia menikah di usia20-25 tahun, sudah menikah pasti tidak akan mudah untuk mengambil gelar dokter ini, karena akan terbagi untuk mengurus keluarga.

Terus lagi afalan yang begitu banyak, sudah tentu sulit belum kepotong hamil, yang mengurangi konsentrasi, belum lagi mengurus anak atau suami. untuk sekolah keperawatan atau kebinanan saja sudah bisa membuat nangis darah apalagi sekolah kedokteran.

Setiap list dokter kandungan wanita di rumah-rumah sakit pasti menjadi rebutan para pasienya, kalau tidak dapet maka sebagain wanita akan beralih ke bidan setempat.

Pilihan pada anda, dokter wanita atau pria tujuan mereka semua cuman satu, menolong anda...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun