Mohon tunggu...
Bayu Gustomo
Bayu Gustomo Mohon Tunggu... .................? -

Peace & Respect

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Coretan Ampas Kopi" Sindrom Bualan Para Pembual

13 September 2018   08:52 Diperbarui: 13 September 2018   09:29 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Coretan Ampas Kopi"

Sindrom Bualan Para Pembual


Madiun, Jum'at Pon 31 Agustus 2018.

Di penghujung bulan Agustus. Di sore ini. Cerita yang diceritakan dalam bentuk tulisan tak lebih dari satu paragraf. Sekawanan pembual duduk di sebuah warung kopi. Namun bukan di kedai Coretan Ampas Kopi. Sekumpulan pembual yang tak kunjung mendapatkan kepercayaan dan kesempatan. Bualan mereka bak sindrom berbahaya bagi kelangsungan hidup orang banyak.  Bualan kaum pengangguran dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Pengangguran yang mendaulatkan diri mereka berdasarkan hobi dan kesenangannya. Seniman. Penulis. Pengamat olahraga. Jelasnya mereka adalah pengangguran kambuhan. Bukan tak punya semangat bekerja dan berkarya.  Moto hidup mereka adalah, "Bekerja dan berkarya saat butuh duit", itu saja cukup. Apalagi bila saya jabarkan gaya hidup mereka memang cukup aneh. Bila dalam sehari senormal-normalnya manusia bekerja butuh 8 (delapan) jam. Namun itu tidak berlaku bagi mereka. Pola pikir mereka menolak itu. Apa sebabnya? Mereka tak kunjung mau menjelaskan alasan kepada saya. Salahsatu dari mereka hanya berkata, "bergabunglah dalam komunitas kami Forum Pembual Indonesia, nantinya Anda akan paham dengan sendirinya", begitu tegasnya. Ya. Forum Pembual Indonesia. "Tak perlu disingkat", kata salah seorang anggota forum tersebut yang bertubuh agak tambun. Sebab akan menggiring opini ke arah yang bersifat tidak jelas. Lalu. Kesimpulan yang bisa saya tarik adalah sejak sore ini bertambahlah perbendaharaan dan pengetahuan tentang daftar komunitas yang berdiri di sini.

...End...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun