Mohon tunggu...
Bayu Gustomo
Bayu Gustomo Mohon Tunggu... .................? -

Peace & Respect

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Coretan Ampas Kopi" Wejangan Mbah Mesem

11 September 2018   18:50 Diperbarui: 11 September 2018   19:11 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Coretan Ampas Kopi"

Wejangan Mbah Mesem

Madiun, Jum'at Pon 31 Agustus 2018.

Pagi tadi kedai Coretan Ampas Kopi menyisakan cerita lagi. Seperti biasa cerita yang bila diceritakan dalam tulisan tak lebih dari satu paragraf. Sementara si pemilik kedai menunggu waktu mendidihnya air yang ia jerang. Disambinya dengan membuat racikan wedang kopi untuk beberapa cangkir. Salahsatunya adalah pesanan saya. Duduk pada deretan bangku berada tak jauh dari tempat saya ini. Total ada 4 (empat) orang yang secara riwayat memang bukan kenalan juga bukan tergolong teman saya. Namun saya cukup tahu siapa nama dan sedikit informasi tentang mereka walaupun tidaklah banyak. Begitupun sepakterjangnya. Mbah Mesem paling tua diantara mereka. Bahkan bisa dibilang Mbah Mesem termasuk pemberi bimbingan hidup bagi tiga orang lainnya. Geri, Petrik, serta Begi dengan saksama mendengarkan apa yang dikatakan oleh Mbah Mesem. Seperti namanya yang berarti tersenyum, si Embah menyimpulkan senyum disela-sela berujar pada ketiga orang muda di hadapannya itu. Ya. Memang saat itu Geri, Petrik, dan Begi sedang berada pada situasi dan posisi berbeda. Masing-masing diantara mereka telah mendapatkan job untuk menyukseskan agar tokoh yang mereka usung sukses di gelaran hajad rutinan. Guna berhasil menduduki kursi jabatan terhormat sebagai penyambung aspirasi rakyat. Geri, Petrik, juga Begi memiliki peran vital di setiap kubu. Maka dari itu pada pagi tadi Mbah Mesem mengumpulkan mereka bertiga hanya untuk memberikan satu pesan singkat, "mau bagaimanapun kalian tetaplah teman bahkan adalah saudara, jagalah jangan sampai ikatan persahabatan kalian rusak". Semua memerhatikan pesan itu tanpa ada yang berani memotong perkataan Mbah Mesem. Kemudian Mbah Mesem melanjutkan lagi, "apapun hasilnya nanti kalian harus tetap kembali seperti sediakala menjalin persahabatan sampai kapanpun jua". Semua menggangguk dan secara bergantian menjawab, "iya mbah". Kemudian obrolan berganti topik dan permasalahan tanpa menyinggung persoalan tentang pilihan. Seperti sediakala. Candaan. Celetukan. Lalu saling gojlok. Menyeruput kopi lagi. Omong kosong lagi. Serta membual lagi. Lalu dalam hati saya bergumam, "hidup mereka begitu simpel"....

...End...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun