Mohon tunggu...
Namin AB Ibnu Solihin
Namin AB Ibnu Solihin Mohon Tunggu... profesional -

Pengagas Sekolah Akhlak, Educator, Blogger, Motivator & Trainer Pendidikan, Principal dan Sekjen Komunitas Sejuta Guru NgeBlog. Yuk silaturahim ke blog saya http://motivatorkreatif.wordpress.com atau www.guruberakhlak.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun ‘Ketahanmalangan’ Guru

22 November 2012   07:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:52 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Adversity (Ketahanmalangan) memang masih asing di sebagian telinga kita, hal ini terlihat ketika pertama kali saya mengenalkan kepada guru-guru Muhammadiyah Cileungsi, sebagian mereka tidak memahami apa itu ketahanmalangan atau dalam bahasa Inggris disebut adversity, saya pribadi baru mengenal istilah dan teori ini sekitar dua tahun yang lalu saat kuliah diprogram study MAP Uhamka. Buat saya ini merupakan sebuah keilmuan yang sangat bagus karena cocok dengan karakter penulis yang menyukai tantangan. Ketertarikan saya terbukti ketika akhirnya pada penyusunan Tesis mengambil teori yang dibuat oleh Paul G.Stoltz ini.

Tahun 1979, Paul G. Stoltz menggulirkan revolusi dengan buku Adversity Quotient : Turning Obstalce Into Opportunitie (Mengubah Hambatan Menjadi Peluang). Dia memperkenalkan konsep mengatasi kesulitan untuk disadari masyarakat luas. Mengatasi kesulitan, atau AQ, adalah ukuran kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan. Orang yang tidak dapat mengatasi kesulitan mudah menyerah dan menjadi emosional, kemudian menarik diri dan berhenti berusaha, adalah orang – orang yang tidak memiliki daya juang yang tinggi. Bagi orang – orang yang dapat mengatasi kesulitan dengan baik maka dia akan menjadi pemipin di masa kini dan masa yang akan datang.

Adversity Quoitent (AQ) mempunyai tiga bentuk. Pertama, AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua, AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan. Ketiga, AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon seseorang terhadap kesulitan.

Jadi dari pengertian tersebut dapat disimpulkan AQ, merupakan suatu penilaian yang mengukur bagaimana respon seseorang memahami dirinya dalam meningkatkan kesuksesan dari semua aspek kehidupan. Adversity quotient juga merupakan sebuah penilaian yang mengukur sikap seseorang dalam menghadapai masalah untuk dapat diberdayakan menjadi peluang. Adversity quotient dapat menjadi indikator seberapa kuatkah seseorang dapat terus bertahan dalam suatu pergumulan, sampai pada akhirnya orang tersebut dapat keluar sebagai pemenang, mundur di tengah jalan atau bahkan tidak mau menerima tantangan sedikit pun.Adversity Quotient dapat juga melihat mental dalam merespon kesulitan.

Membangun Ketahanmalangan Guru

Dalam upaya membangun ketahanmalangan guru bayak hal yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah, namun karena tingkat ketahanmalangan seseorang berbeda-beda maka kita harus tahu terlebih dahulu tingkat ketahanmalangan tersebut. Berikut ini tingkat ketahanmalangan yang dikemukan oleh Paul G.Stoldz :

Stoltzmembagi tiga kelompok manusia yang ibaratkan sedang dalam perjalanan mendaki gunung, yaitu pertama, Quitters yaitu orang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur, dan berhenti. Mereka ini disebut Quitters atau orang – orang yang berhenti. Mereka menghentikan pendakian. Mereka menolak kesempatan. Mereka mengabaikan, menutupi, atau meninggalkan dorongan inti yang manusiawi untuk mendaki, dan dengan demikian juga meninggalkan banyak hal yang ditawarkan oleh kehidupan.

kedua, Campers atau orang yang berkemah. Mereka pergi tidak seberapa jauh, lalu berkata “ sejauh ini sejalan saya mampu mendaki (atau ingin mendaki)”. Karena bosan, mereka mengakhiri pendakiannya dan mencari tempat datar yang rata dan nyaman sebagai tempat bersembunyidari situasi yang tidak bersahabat. Mereka menghabiskan sisa – sisa hidup mereka dengan duduk di situ. Berbeda dengan Quitters, Campers sekurang – kurangnya telah menanggapi tantangan pendakian. mereka telah mencapai tingkat tertentu.

Ketiga, Climber atau pendaki, adalah sebutan untuk orang yang seumur hidup membaktikan dirinya pada pendakian. Tanpa menghiraukan latar belakang, keuntungan atau kerugian, nasib buruk atau nasib baik, dia terus mendaki. Climber adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan – kemungkinan, dan tidak pernah membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik atau mental, atau hambatan lainnya menghalangi pendakiannya.

Nah...ada ditingkat manakah ketahanmalangan yang ada miliki. Kalau sudah tahu anda bisa memperbaikinya agar bisa mencapai ketingkat Climber. Kalau anda guru yang sering mengeluh atau grutu kalau diberikan tugas oleh atasan berarti anda termasuk orang yang Quiters tapi kalau ada orang yang siap menerima tantangan maka ada bisa dikatakan sebagai guru dengan Predikat Climber.

Berikut ini adalah cara yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan ketahanmalangan guru.Apabila kita melihat pada realitas yang ada, mungkin tidak semua orang memiliki ketahanmalangan yang bagus. Setiap orang memilki tipe – tipe yang berbeda, ada yang memiliki AQ rendah, sedang dan tinggi. oleh sebab itu untuk membuat AQ seseorang bisa menjadi lebih baik,bisa dilakukan beberapa cara yang dikemukan oleh Stoltz.Stoltz mengemukakan bagaimana cara memangun AQ seseorang, yang dikenal dengan “lead”.

§L=listening, artinya orang harus belajar untuk mendengar.

§E= Explore, adalah melakukan eksplorasi terhadap hal – hal dimana seseorang merasa bertanggung jawab tetapi mampu untuk memperbaiki.

§A= Analyze, adalah melakukan analisa untuk mencegah pikiran – pikiran negatif yang muncul, dalam arti kata melakukan koreksi terhadap pemikiran yang keliru perihal suatu kesulitan.

§D= Do, adalah melakukan sesuatu untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

Dengan tekun melatih LEAD, Stoltz yakin konsep ini akan menjadi alat ampuh untuk melepaskan diri dari keputusasaan pada saat bantuan orang lainpun akan menemui kegagalan. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa AQ adalah faktor terpenting untuk meraih sukses, bahkan semua bakat dan hasrat akan sia – sia jika terus diselimuti oleh AQ rendah.

Oleh sebab itu ketahanmalangan bagi seorang guru atau pendidik tentunya sangat dibutuhkan. Karena seorang guru yang memiliki AQ yang tinggi akan terus bersemangat pantang menyerah mendidik generasi – generasi terbaik. Guru yang memilki AQ tinggi juga akan memberikan energi positif terhadap anak didiknya, sehingga semangat akan hadir pada keduanya yaitu pada guru dan siswanya. Ketika sesorang gurunya menyadari bahwa AQ –nya kurang bagus maka langkah – langkah yang dikemukan oleh Stoltz bisa digunakan atau bisa dicoba. Selain itu tentunya AQ yang tinggi harus dilakukan dengan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mengetahui banyak tentang teori tesebut saya sarankan anda untuk membeli buku tersebut, memang agak sulit mencarinya karena sangat langka,tapi kalau ada guru Climbers pasti bisa mendapatkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun