Mohon tunggu...
Zainab El Khadijah
Zainab El Khadijah Mohon Tunggu... Guru - Ghuroba

Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Istimewanya Ibu

23 Desember 2022   06:10 Diperbarui: 23 Desember 2022   06:12 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang hendak bertaruh nyawa demi anak, bila bukan seorang ibu? Siapa yang rela mengucur keringat di bawah terik mentari, kedinginan di bawah derasnya hujan bila bukan seorang ibu? Durhaka rasanya diriku, bila masih membuat Ibu bersedih atas kelakuanku.

Cinta Ibu tak dapat dibeli dengan emas dan perak. Perjuangan dan pengorbanannya mungkin tampak hanya sebatas memberi makan lalu ingin dibalasnya dengan materi, hal demikian tidak pernah setimpal. 

Fajar Terbit

Indahnya fajar terbit seperti indahnya cinta Ibu. Garis-garis timbul tampak jelas di kedua tangannya melambangkan kerasnya perjuangan demi keluarga tercintanya. Terik mentari menjadi kawan di sepanjang langkahnya. Kadang juga bermandikan hujan. Aku hanya menatap dengan pilu, tenagaku tak mampu membawanya duduk seperti ibunda ratu. Duduk manis dengan nasehat-nasehat bijak.

Tidak dengan Ibuku, nasehatnya tak memancar dari lisannya, melainkan langsung dari prilakunya. Kerja kerasanya menjadi tulang punggung keluarga sudah cukup menjadi nasehat agar senantiasa mencintai keluarga tanpa syarat. Menanamkan moral agar mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain selama dirinya masih mampu dan bertenaga untuk bekerja. 

Teladan Ibu bak fajar terbit yang mengiri langkah. Setelahnya mentari akan bersinar terang memecah kegelapan. Di saat ingin menyerah, kehilangan arah, teladan Ibu datang memberi jawaban. Menjadi penguat langkah menuju masa depan yang cerah. 

Rasa tak kenal menyerah Ibu, cucuran keringatnya, doa-doa penuh harapnya bagai energi dalam kepenatan pikiran. Bertahun lamanya berjuang sendirian menghidupi suami dan putra-putrinya. Mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidup juga untuk biaya sekolah. 

Aktivitas Sehari-hari

Setiap masuk waktu subuh, telah terjaga. Beranjak menghadap Rabbnya, berdoa dengan khusyuk. Bersemangat menggerakkan tubuhnya, seakan siap siaga tempur. Guratan semangat di wajahnya terpancar. Pertama yang dilakukan, mengecek dapur. Bila persediaan makanan untuk keluarga masih ada, beranjak menuju kandang kambing memberi makan kambing, lanjut memberi makan ayam dan burung dara. Sambil lalu membersihkan kandang kambing. Matahari agak meninggi menyiapkan hidangan sarapan pagi. 

Ladang kecil di sebelah dapur ditanami beberapa tanaman yang bisa untuk dimasak. Setidaknya mengurangi pengeluaran. Ada cabe, terong, bayam, pisang, ketela. Jika lagi musim penghujan, tanaman itu tumbuh subur, tidak ketika musim kemarau. Bukan kebun, sebab satu ladang kecil ditanami banyak varian tanaman. Setiap satu varian tanaman hanya ada satu atau dua pohon. Lumayan menghemat isi kantong. Bagi Ibu, mengatur pengeluaran sangat penting. 

Ibu merawat kebun-kebunan itu dengan rajin, mencabut rumput-rumput liar. Hampir setiap detiknya tidak berhenti melakukan sesuatu. 

Waktu Istirahat

Setelah sarapan pagi, istirahat sejenak. Mengobrol santai dengan kami. Biasanya tidur siang menjelang dzuhur untuk mengumpulkan tenaga. Setelah Asar atau Dzuhur berangkat mencari pakan kambing. Malam setelah Isya istirahat cukup panjang. Bila terasa ada keluhan sakit di bagian tubuhnya meminta Si Bungsu untuk memijat. 

Waktu dengan Tetangga 

Lebih sering tetangga yang berkunjung ke rumah untuk sekadar berbicara santai. Tetangga sekitar rumah suka berkunjung ke rumah untuk keperluan pangan, misal butuh cabe, terong, kunyit dan daun jeruk. Juga pinjam alat masak atau mengambil air di depan sumur. Dengan sesama tetangga saling berbagi makanan. 

Hebatnya Ibu sangat ringan tangan. Punya makanan enak meski sedikit, tetangga harus mendapat bagian. Alasannya hanya sederhana "setidaknya tetangga juga merasakan lezatnya makanan ini." Bukan membanggakan tetapi memang benar-benar bangga. Semoga kami putra-putrinya bisa meladani Ibu. 

Kapan Mencari Nafkah?

Ibu, berdagang dengan modal kecil bersaing dengan pedagang besar. Saat petani sedang musim panen cabe jamu, Ibu mencari pinjaman ke tetangga untuk modal beli-jual cabe dengan untung tak seberapa. Cukup lah untuk kebutuhan kami. Namanya pedagang pasti mengalami untung-rugi. Sama juga dialami Ibu. Tetangga yang meminjamkan uang itu baik sekali. Tidak meminta bunga. Hanya inisiatif Ibu, jika mendapatkan untung, Ibu membagi hasil kepada tetangga yang baik itu. 

Untuk pakan ayam dan burung dara, didapatkan saat musim panen jagung. Tetangga meminta Ibu untuk membantu proses panen di ladangnya. Sebagai upahnya, tetangga memberi jagung dari hasil panennya. Jika tetangga banyak yang meminta bantuan, banyak pula upah jagungnya. Upah berupa jagung itu sebagian dijual. Hasil penjualannya untuk memenuhi kebutuhan pokok kami. 

Teladan Ibu

Semangat menghidupi keluarga menjadi contoh bagi anak-anak Ibu agar kelak juga mencintai keluarga dengan tulus. Kerja kerasnya menjadi teladan untuk selalu optimis. Mungkin saat ini belum memetik hasil dari kerja keras, suatu saat akan tumbuh di anak cucunya. 

Ringan tangan mengeratkan tali persaudaraan. Prinsip Ibu yang senantiasa dipegang. Walau tidak ada ikatan darah, tetangga melebih saudara kandung yang jauh, karena tetangga yang lebih dulu membantu setiap ada kesulitan. 

Fisik Ibu

Ibu selalu menampakkan tubuh yang energik. Semangatnya yang mendorong demikian. Meski begitu, dampak sinar matahari yang setiap hari menyengat kulitnya, menimbulkan bintik hitam halus di wajahnya. Kecantikannya memudar, tetapi senyumnya selalu indah. 

Ibu tak memiliki kosmetik kecantikan, tak pernah wajahnya dipoles. Ibu membiarkan tampil adanya. Karena bagi Ibu, kebutuhan anak-anaknya lebih utama dibanding kecantikan dirinya. 

Aku mencintaimu Ibu, Ibu istimewa 

Inilah cinta yang tak pernah meminta balas. Cinta yang tulus. Cinta yang murni. Cinta yang sejati. Cinta yang rela mengorbankan jiwa raga. Cinta Ibu kepada anak-anaknya.

Untuk seluruh Ibu, semoga diberi kesehatan selalu, lancar rezekinya, berkah umurnya, di manapun berada dilindungi Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun