Kegiatan belajar-mengajar resmi dilaksanakan serentak pada Juli 2020 meski tanggalnya berbeda tiap daerah. Setelah pemerintah mewacanakan new normal, seluruh kegiatan sosial-ekonomi perlahan dibuka. Namun membuka kembali sekolah masih mendapat pertentangan dari berbagai pihak.
Di tengah pamdemi, terlalu beresiko mengeluarkan anak-anak keluar ke sekolah. Penerapan protokol kesehatan pun tidak memungkinkan sebab masih rendahnya kesadaran anak-anak ataupun masyarakat secara umum.Â
Jalan akhir di antara kekhawatiran, kegiatan sekolah dilaksanakan dengan daring. Meski demikian, pelaksanaan tidak berjalan sesuai harapan. Kondisi tempat, ekonomi wali siswa, keterbatasan kemampuan teknologi menjadi penghambat lancarnya proses belajar-mengajar.Â
Kondisi tempat menjadi pembeda tajam antara pendidikan di perkotaan dan pedesaan. Keluhan datang dari wali siswa serta guru yang mengalami kesulitan belajar jarak jauh.
Di perkotaan wali siswa pada umumnya telah mengikuti perkembangan teknologi, kendati demikian, kondisi ekonomi mendorong mereka bekerja di luar rumah, sehingga penggunaan media belajar yang masih terbatas handphone menjadi kendala.
Sedangkan di pedesaan, hampir rata, perkembangan teknologi jauh di bawah, #BelajardiRumah macet total. Miris sekaligus mengiris hati. Wali siswa yang memiliki pengetahuan masih bisa mendidik mandiri, bagi yang buta huruf seperti tak tau harus bagaimana kecuali pasrah total pada keadaan.Â
Melemahnya ekonomi merambah ke seluruh sektor, termasuk mata pencaharian para orang tua terhambat. Ada yang dengan berat hati memutuskan anaknya berhenti sekolah karena tak sanggup membayar biaya bulanan (SPP). Ada yang meminta keringanan SPP, ini menjadi permasalahan bagi sekolah yang membayar para guru secara mandiri. Selain mereka dibebankan oleh SPP, media belajar juga membutuhkan paket data yang jumlahnya tak sedikit.
Di sisi lain, para guru gagap. Pembelajaran di sekolah tidak bisa diterapkan persis saat di rumah. Sehingga pembelajaran hanya bernuansa monoton dan membosankan. Setiap hari siswa hanya diberi tugas, inipun juga menambah beban bagi orang tua yang minim pengetahuan.
Dilema antara dua pilihan yang sama-sama sulit. Keselamatan jiwa tetap yang utama, penyiapan generasi cerdas berkualitas pun juga tak kalah penting.
Pandemi mengajarkan kita banyak hal terlebih pemegang kebijakan, agar menyiapkan payung sebelum hujan. Kabar merebaknya pandemi telah terdengar begitu lama, seharusnya setiap elemen yang bertanggung jawab memikul urusan rakyat memperhatikan ke depan di segala sektor dengan penuh keseriusan.Â
Sektor pendidikan tidak kalah penting daripada sektor ekonomi, sehingga fokus pada satu sektor merupakan bentuk pengabaian tanggung jawab. Pendidikan bagian penting dari penyiapan generasi. Sedangkan pandemi masa berakhirnya masih entah kapan.