Mohon tunggu...
Muammar Nur Islami
Muammar Nur Islami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pembaca Buku

Lahir di Kembang Kerang Daya Aikmel Lombok Timur. Saat ini sedang menyelesaikan belajar di salah satu perguruan tinggi di Kota Malang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Topeng

28 Februari 2017   19:30 Diperbarui: 28 Februari 2017   19:40 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan topeng. Ayahnya memilih untuknya satu topeng yang dianggap paling baik dan paling cocok untuknya. Topeng baik ini akan membantu menyebarkan pesona ketika ia akan menari di atas panggung. Seiring waktu berjalan, ia semakin jauh dari sang ayah. Ia sudah bisa memilih dan menggunakan topeng semaunya. Topeng-topeng dia pilih sesuai kehendaknya dan kehendak keadaan disekitarnya.

Topeng Arjuna ia gunakan ketika menari dalam lakon sebagai arjuna.

Topeng Hanoman memerankan diri sebagai pahlawan.

Topeng Rama, Topeng Bima, semua selalu dipasang dimuka.

Tapi tidak untuk topeng Rahwana. Jangankan memakainya, melihat ukirannya saja ia sudah jijik.

Rahwana tidak masuk dalam kriteria yang diinginkan karena akan merusak muka.

Waktu melaju dan ia sudah mulai bosan menggunakan topeng.

Topeng Arjuna, Hanoman, Rama, dan Bima terlalu sering menempel di muka.

Ingin sesekali ia mencoba menggunakan topeng yang lain. Setidaknya saat ini karena ia sudah tidak jijik lagi dengan Rahwana.

Tapi topeng-topeng yang sudah digunakan terlalu sering menempel di muka. Bahkan sudah berlapis dan sebagian melekat di kulit.

Mungkin butuh usaha yang panjang melepaskan satu persatu topeng yang ada.

Melepasnya dan mengikis habis yang berlapis-lapis. Sampai terlihat dan nampak muka yang sebenarnya.

Tapi sekali lagi, ia harus bersabar. Karena itu butuh waktu yang panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun