Mohon tunggu...
Coolis Noer
Coolis Noer Mohon Tunggu... Wiraswasta - Writing to Release an Overthinking

Menulis sebagai bentuk ekspresi, juga mengungkapkan rasa syukur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang BBM, Kenapa Tak Menaikkan Harga Rokok Saja ?

28 November 2014   02:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:39 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kasus ini, pemerintah dalam upaya melakukan kampanye sehat tanpa rokok sudah melakukan beberapa hal untuk memberi rambu-rambu bahaya rokok. Pertama memberikan keterangan rambu-rambu bahaya rokok bagi kesehatan yang sudah diterapkan sejak lama. Kedua, kini keterangan bahaya merokok tersebut ditambahi dengan beberapa gambar mengerikan akibat aktivitas merokok. Namun apakah upaya-upaya ini bisa menyadarkan masyarakat ?

Beberapa mungkin merasa jijik ketika merokok dengan melihat gambar-gambar tersebut. Namun banyak pula yang tidak peduli.

Apabila pemerintah benar-benar memperhatikan kesehatan masyarakatnya, kenapa tidak secara betul-betul dan dengan tegas melakukan aksi berhenti merokok. Seperti menaikkan harga rokok sebesar Rp 5.000,- tiap bungkus misalnya. Bagi pecandu rokok, harga sedemikian mungkin tak sebanding dengan kenikmatannya, namun di sisi lain akan sangat efektif untuk menghindarkan para pemla yang notabene bukan pecandu rokok, yang jumlahnya juga tak sedikit.

Bisa dibayangkan berapa keuntungan negara apabila masih ada banyak perokok yang rela mengeluarkan uang tambahan sebesar Rp 5.000,- demi sebungkus rokok. Di sisi lain pula bisa diamati perubahan pola hidup sebagian besar masyarakat yang tidak merokok.

Rokok, pada akhirnya hanyalah sebuah barang konsumsi mewah yang bisa dinikmati oleh para pemilik kantong tebal, yang notabene mampu membayar biaya rumah sakit apabila sewaktu-waktu terkena serangan jantung maupun kangker. Berbeda dengan masyarakat kelas menengah ke bawah yang cenderung akan memilih pola hidup tanpa rokok demi memikirkan kebutuhan pokok hidup sehari-hari.

Secara matematis, apabila harga sebungkus rokok dinaikkan sebesar Rp 5.000,- tiap bungkus, bisa dikalkulasikan dengan banyaknya masyarakat yang tidak memilih pola hidup sehat. Penaikan harga rokok ini, di satu sisi mampu menutupi APBN yang terkuras karena subsidi BBM, di sisi lain mampu merubah pola hidup masyarakat lebih sehat. Harga BBM yang merupakan bahan kebutuhan mendasar setiap masyarakat untuk melakukan mobilitasnya setiap hari tak perlu dinaikkan. Kebutuhan akan harga BBM murah, yang merupakan kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia bisa terpenuhi demi menjalankan mobilitas kehidupan sehari-hari tanpa khawatir adanya pengeluaran yang besar karena kebutuhan BBM yang harganya melonjak seperti saat ini. Akhirnya, kebutuhan akan biaya hidup yang murah dan bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dapat terpenuhi baik bagi para perokok maupun masyarakat anti rokok. Kehidupan masyarakat pun akan bisa diharapkan lebih sehat dengan adanya pola hidup tanpa rokok, dan rokok hanya bisa diperoleh bagi para pemilik kantong tebal demi mensubsitusi subsidi yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Salam 2 jari untuk mendukung pak Jokowi, mudah-mudahan bisa benar-benar merakyat memimpin negeri ini.

Sekian. . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun