Mohon tunggu...
Jefri Suprapto Panjaitan
Jefri Suprapto Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

pecandu kenangan, penikmat masalalu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pencuri Cilik

9 Januari 2023   15:54 Diperbarui: 9 Januari 2023   16:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Mereka merupakan sekelompok anak desa yang memiliki ikatan pertemanan kuat. Merajut cerita masa kecil dengan latar belakang persahabatan, itulah kegiatan mereka setiap hari, sembari menunggu giliran menjadi dewasa.

            Diskusi sepulang sekolah ditempat yang mereka sebut markas, sudah menjadi kegiatan rutin (habbit). Hari sabtu sekitar jam 13:00 wib, dilaksanakan rapat rutin, untuk merencanakan agenda malam minggu. Terciptalah susunan agenda malam minggu yang cukup rapi. Jam 19:00 wib, berkumpul didepan teras rumah Pian (nama samaran). Kemudian bermain marlettom (petak umpet) sampai suasana desa mulai sepi. malam semakin larut, mereka memastikan tetangga sudah tidur.

            Puncak dari agenda pun mulai dibicarakan kembali, memilih siapa yang menjadi eksekutor, siapa yang menjadi mata-mata dan siapa yang Cuma menunggu sampai kebelet pipis karena takut ketahuan, menjadi perdebatan singkat. "Au ma annon manakkup,si Anto ma maniop senter"(saya saja nanti yang menangkap, si Anto yang pegang senter)  kata si Edo kepada teman-temannya. Semua langsung menjawab "oke".

            Eksekusi pun dilakukan, seekor ayam betina dengan berat kurang lebih 2 kg, berhasil dilumpuhkan. "Sek jago ho manakko manuk,boi dang marsuara dibahen ho" (hebat kali kamu bisa menangkap ayam tanpa bersuara) celetuk seorang temannya. Apakah itu menjadi sebuah pujian atau tidak, menjadi hal yang tidak penting lagi. Makanan lezat telah didepan mata.

            Rizky dan petrus (nama samaran) mempersiapkan alat masak. Petrus berlarih kerumahnya, tak lama kemudian kembali dengan satu kantong plastik ditangan sebelah kanannya, sambil berkata "nunga hubuan sude bumbuna" (semua bumbunya sudah aku bawa. Senyum semua orang semakin lebar, seakan tidak sabar untuk menyantap hasil kerja sama mereka.

            Dengan keahlian masing-masing, tidak butuh waktu lama mengolah ayam tersebut menjadi hidangan yang siap santap.  Masing-masing memegang piring berisi nasi sambil mengambil bagiannya. Semua merasa senang, karena perut yang lapar sudah berisi.

            Embun pagi sudah mulai menyentuh kulit tebal si anak desa, dingin mulai terasa. Percakapan semakin bervariasi, mulai dari sekolah, lawan pertandingan sepak bola untuk besok siapa, sampai agenda untuk malam minggu depan sudah mulai dibicarakan. Keheningan malam, mulai beranjak mengajak berdiskusi tentang agama. Memang terlihat aneh, membicarakan agama sambil menikmati hasil curian. itulah cerita sekelompok anak desa, yang tidak bertujuan melakukan tindakan kriminal atau kejahatan, tetapi hanya ingin merajut cerita kecil sambil menikmati apa yang ada di Desa. Toh juga yang punya ayam tidak merasa kehilangan saking banyaknya ayam yang mereka miliki (hanya sebuah pembelaan).

            Mata mulai berat, menjelang subuh, obrolan pun diakhiri, semua bergegas menghilangkan jejak, dan kembali kerumah masing-masih dengan perut kenyang. Pertemuan diakhiri dengan kalimat sampai berjumpa besok, semua menjawab oke. Padahal kalau berjumpa besok, berarti ketemunya senin dong buka minggu lagi. Tapi yasudalah tidak perlu diperdebatkan lagi, yang penting mereka bertemu dan berkumpul lagi sebelum dewasa memisahkan.

Ini hanya cerita masa kecil untuk memperkaya sejarah hidup, sembari menunggu giliran menjadi dewasa.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun