Mohon tunggu...
Laily NurAzizah
Laily NurAzizah Mohon Tunggu... Petani - Si perempuan Sulung yang ingin membuktikan takdirnya

Agribussiness, University of Jember

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Belum Usai

3 Januari 2024   17:09 Diperbarui: 3 Januari 2024   17:11 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

BELUM USAI

Malam itu begitu tenang dan leganya

diiringi rasa syukur atas kemudahan, kelancaran dan antusias

yang melebihi ekspektasi yang telah tersetting rendah

Belum sempurna memang

seperti anak kecil yang dikhawatirkan orang tua atas kedewasaannya

Takut melepasnya untuk bisa mengarungi samudera sendiri

Aku memang tidak pernah segan untuk terlibat

tapi, bukan berarti aku sok berperan apalagi sok hebat

Anggap saja kesulitan itu buah dari kegagalanku di masa lalu

Lalu bagaimana solusinya ?

Aku sendiri yang akan mengisi kekosongan itu

Terlepas dari citra yang selalu melekat

Tak peduli itu, aku tidak pernah jaim tidak punya power

Karena hanya itulah yang bisa kulakukan

Selepas rasa lega dan syukur

atas selesainya momen sakral itu

Yang kini telah terganti dengan canda tawa

serta segelintir rencana dan proyeksi masa depan

Tiba-tiba saja tanpa sadar

Aku bertanya ke arah obrolan tak terduga

Sebuah rencana yang tak pernah terlintas di otak kosongku

Aku hanya remahan pemanis formalitas

di Tengah gemuruh gempitanya komandan idealis nan kritis

Kupikir aku akan segera usai

Tapi lagi-lagi usaiku bukan berarti meninggalkan tanggung jawab moral

Amanah ngurip nguripi akan selalu kubawa dan kujaga sebisaku

Tapi lagi-lagi bolehkan aku bertanya?

Haruskan abdiku diarahkan ?

Tidak bisakah aku memilih jalan pengabdianku?

Ya, aku memang hilang arah, tak tau harus apa

tapi bukan berarti aku tidak punya rencana masa depanku sendiri 

Diamku bukan berarti mereka bisa mengambil alih independensiku

Aku tau niat itu baik, tapi pernahkah berpikir soal aku dan segala kenyamananku 

Tidakkah merasa memaksa hanya dengan dalih kepentingan bersama 

Beginilah , persetan dengan tidak enakan, persetan dengan sungkan

Tekadku hanya ingin bisa menolak, dan semoga Tuhan dan semesta merestui

Dengan memberikan jalan dan pilihan lain yang tak terduga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun