Kenapa harus aku?Â
Kenapa yang lain bisa beralasan?Â
sementara aku harus mengiyakanÂ
Dengan konsekuensi, mau jadi pengecut dengan menolak atau mau sok jadi pahlawanÂ
Seakan menjadi objek atas perilaku pengecut yang lari dari tanggung jawab
Azizah, Damai Azizah, damai
Beradamailah dengan diri sendiri
Tak perlu risau dan kecewa atas  apa-apa yang tidak sesuai dengan ekspektasimu
Tidak akan menjadi masalah jika memang tidak dipermasalahkan
Selalu di jalan pulang itu do tengah dinginnya malam menjelang pagiÂ
Ditemani rintik hujan dengan iringan lagu sendu nadin
Kata tak pantas bagi hidupku sebelumnya, seolah lancar sekali terutarakan
Bersama suara motor yang terus melaju menerobos air dan angin yang menyapa
Bun, hidup berjalan seperti bajingan
Hidupku rasanya berubah 180 derajat, ini bukan aku ? atau memang inilah jalanku yang seharusnya?
Tak peduli setidak menariknya track record dan integritasmu
Aku ingin usai, tapi kembali teringat niat tulus untuk tetap mempertahankan
Meski sepenuhnya sadar akan tidak pantasnya diriku untuk mereka
Begitu rendahnya aku dibanding dengan para petarung lainnya
Agaknya ini bukan tempat belajar lagi, mereka tidak akan memaklumi ketidakbisaanmu
Mereka akan terus mencecar dan menghakimi atas ketidakmaksimalanmuÂ
Bahkan setelah nanti saat dirimu telah usai
Tidak adil kataku
Bukan aku yang meminta dipilih, bukan aku yang meminta ada di posisi ini
Aku tidak gila jabatan , aku tidak gila kehormatan, dan aku tidak punya kepentingan sama sekalii
Mereka berkata, pilihlah tour guide yang memiliki kestabilan emosi
Maaf, saya terlalu sibuk dengan ratapan ketidakikhlasan ini, hingga sulit untuk berprogress dan berkhidmat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H