KEBIJAKAN DAN INOVASI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIMÂ
Â
Menurut Winarsih (2019) Iklim adalah sekumpulan dari rata2 cuaca  yang terjadi di suatu tempat dalam waktu yang sangat panjang pada rentang 10-30 tahun. Iklim berkaitan dengan suhu, kelembapan, intensitas hujan, dan partikel di udara.  Daerah satu dengan lainnya pasti memiliki iklim yang berbeda karena tergantung ketinggian tempat, jarak dari peraiaran, lereng, dan kondisi arus air laut. Iklim digolongkan menjadi beberapa jenis berdasasarkan karakteristiknyya masing2, seperti berdasarkan wilayah pembentknya, skala trejadinya, karakteristik lingkungannya, dan waktu pemebentukannya. Berdasarkan wilayah pembentuknya, iklim terbagi menjadi iklim kutub, iklim tengah, katulistiwa, tropis dan subtropis.  Indonesia sebagai negara beriklim tropis memiliki 2 musim yakni musim kemarau dan hujan hal ini berbeda dnegan negara-negara Eropa yang beriklim subtropis yangmana memiliki 4 musim (gugur, semi, dingin (salju), panas. Ciri pembeda antar masing-masing iklim adalah berdasarkan suhu di masing-masing wilayah. Iklim atau cuaca dalam konteks jangka pendek bisa diprediksi, umumnya musim penghujan pada bulan September hingga Maret, sementara musim Kemarau terjadi pada bulan Juni September. Namun, lambat laun segala sesuatu pasti berubah begitupun dnegna keadaan iklim dunia. Cuaca sulit diprediksi, hujan badai, kekeringan, banjir, naiknya muka air laut, peningkatan suhu bumi dan fenomena alam lainnya sudah banyak terjadi, hal itu merupakan tanda adanya perubahan iklim global.
Perubahan Iklim adalah suatu kondisi yang tidak bisa dihindari yang mana saat ini menjadi permasalahan lingkungan utama bagi kehidupan manusia. Secara garis besar Perubahan Iklim adalah suatu kondisi dimanana terjadi perubahan komposisi atmosfer (CO2, Metana, Nitrogen dsb) pada periode tertentu yang dapat dibandingkan dengan periode sebelumnya, hal itu terjadi akibat campur tangan manusia baik langsung atau tidak langsung. Komposiis atmosfer tersebut mneingkat sehingga yang semula menguntungkan bisa menjadi sangat merugikan, gas-gas di atmosfer yang boiasa disebut Gas Rumah Kaca yang meingkat akan menyebabkan atmosfer bumi smekain tebal sehinga panas bumi lebih tinggi hingga terjadi pemanasan global (global warming). Berdasarkan data IPCC, suhu rata-eata bumi telah meningkat 1,1 -- 6,40C dalam kurun 100 tahun terakhir yang diakibatkan oleh aktifitas manusia. Â Aktivitas manusia yang memicu terjadinya perubahan iklim khususnya pemanasan global diantaranya yaitu penggunaan listrik yang berlebih (sebagian besar menggunakan energi batu bara yang mengahasilkan gas karbon dalam prosesnya), penggunaan bahan bakar fosil yang melepaskan polutan karbon dan gas berbahaya lain ke atmosfer, penggunaan AC yang menyebabkan menipisnya lapisan ozon, tingginya produksi sampah plastik, dan minimnya reboisasi hutan sebagai sumber oksigen dan cadangan air dunia. Akibat dari pemanasan global yang sudah banyak terjadi diantaranya yaitu naiknya muka air laut, cuaca ekstrem, punahnya hewan, dan snagat mempengaruhi terhadap hasil pertanian. Isu perubahan iklim menjadi isu utama dunia, yang mana segala bentuk perjanjian atau kebijakan pengendalian iklim dibentuk dan dijalankan oleh setiap negara di dunia.
Indonesia yang mendapat julukan sebagai negara agraris tentu saja unggul dalam sektor pertanian. Mayoritas masyarakat bekerja di sektor pertanian baik on farm mnaupun off farm, selain sebagai penyangga pangan sektor pertanian juga berperan sebagai penyuplai kebutuhan industri, penyedia lapangan pekerjaan, penymbang devisa negara dan penyeimbang ekosistem lingkungan. Perubahan iklim sangat berdampak bagi sektor pertanian, karena kita ketahui bahwa sektor pertanian sangat rentan terhadap kondisi alam. Budidaya tanaman maupun hewan sangat dipengaruhi kondisi iklim mikro maupun mikro karena berkaitan dengan proses fotosintesis, ketahanan terhadap hama penyakit dsb. Kondisi cuaca ekstrem seringkali menyebabkan kegagalan panen. Perubahan iklim memang tidak bisa dihilangmkan, namun bisa dihindari dan diminimalisisr melalui upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim itu sendiri. Masyarakat dunia khususnya Indonesia dalam mengendalikan perubahan iklim harus berpartisipasi aktif mulai dari hal kecil, seperti hemat dalam menggunakan listrik, bahan bakar, dan air, meminimalisisr penggunaan bahan plastik sekali pakai, melakukan gaya hidup sehat, menjaga ekosistem lingkungan, mendukung reboisasi hutan, dan banyak lagi kegiatan positif lainnya.
Contoh langkah adaptif terhadap perubahan iklim pada sektor pertanian terdiri dari upaya responsif dan antisipatif. Upaya responsif yakni upaya yang dilakukan untuk merespon adanya perubahan iklim yang telah terjadi, adapun upaya antisipatif yakni upaya untuk mencegah perubahan yang lebih buruk lagi. Upaya responsif yang dapat dilakukan diantaeranya yaitu mengendalikan erosi dengan menanam pohon tahunan, rekonstruksi bendungan irigasi agar lebih hemat dalam penggunaan air, diversivikasi pangan, edukasi kepada masyarakat mengenai konservasi dan manajamene pengelolaan tanah dan air. Sementara tibdakan pencegahan akibat buruk dari perubahan iklim yakni dengan menanam tanaman yang adaptif terhadap cuaca ekstrem (kekeringan atau hujan berlebih) atau tahan hama penyakit, peringatan dini, dan kebijakan pajak atau subsidi terhadap kebutuhan input pertanian sehingga ketahanan pangan dapat terjaga dan perubahan iklim dapat dikendalikan.
Pemerintah Indonesia turut melaksanakan kesepakatan Paris Agreement tentang pengendalian iklim global dengan memasukkan isu penting ini dalam Program Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Peruabhan Iklim Indonesia. Program ini tentunay diselaraskan dengan mengarustumaan program pembangunan nasional. Upaya pemerintah dituangkan pemerintah dalam UU no.16 tahun 2016. Upaya pengendalian perubahan Iklim terbagi menjadi dua langkah besar, yakni upaya mitigasi dan upaya adaptif yang keduanya saling melengkapi. Upaya mitigasi adalah kegiatan pencegahan dengan menurunkan emisi gas dan meningkatkan penyerapan gas rumah kaca. Adapun adaptasi adalah strategu antisipasi dampak perubahan iklim agar bisa diminimalisir dampak buruknya.
Inovasi Pengendalian Perubahan Iklim Global
Perubahan Iklim nyata adanya, namun mayoritas masyarakat masih belum banyak yang menyadari apalagi berupaya untuk mencegah pengendalian iklim. Sehingga diperlukan pendampingan langsung kepada masyarakat terkait pengena=dalian perubahan iklim utamanya yang berkaitan pada sektor pertanian. Pendampingan secraa umum melalui edukasi masyarakat melalui sosial media berupa vidio, animasi dan konten menarik lain terkait gaya hidup ramah lingkungan seperti, menghindari penggunaan plastik seklai pakai, hemat dalam menggunakan listrik, menggunakan air secara bijak, menggunakan kendaraan umum, dan menghindari penggunaan alat yang dapat menimbulkan polutan gas rumah kaca (seperti AC, spray, lemari pendingin CFC dll). Adapun inovasi pengendalian perubahan iklim pada sektor pertanian dnegan melakukan pendampingan pada pelaku usaha tani untuk melakukan tindakan pencegahan kerugian gagal panen akibat efek perubahan iklim (cuaca ekstrem) dnegna menanam varietas yang tahhan kekeringan., tahan hama penyakit dll, menggunakan teknologi budidaya seperti penggunaan greenhouse sebagai pengendali iklim mikro dsb. Edukasi pengelolaan lahan dan air juga sangat penting, penggunaan air untuk sektor pertanian diupayakan secara bijak dan siklus air tetap terjaga baik. Pelatihan penggunana pupuk organik sbegai ganti bahan kimiawi tentunya sangat berpengaruh dalam pencegahan polutan kimia berbahaya di lingkungan sehingga dapat meminimalisir perubahan iklim. Â Â Â Â
Referensi : Winarsih, S. 2019. Seri Sains Iklim. Semarang : Alprin.