Mohon tunggu...
Fauzan Whisper
Fauzan Whisper Mohon Tunggu... -

Apa yah?. Okeh. Mari saya mulai dengan kesibukan sehari-hari. Saya masih bekerja di sebuah perusahaan di daerah jababeka cikarang. Maka dari itu saya bisa dibilang, karyawan. Kemudian saya juga masih kuliah, oleh karenanya saya juga bisa dibilang mahasiswa. Lalu?. Ah, sudahlah. Cukup itu.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Karena Djohar Perduli

15 Januari 2012   17:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:51 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa yah, Pak Profesor tidak bisa cuek saja?. Orang-orang seperti itu bukannya tidak usah di tanggapi yah?. Bukankah dulu, si Pak Djoko sudah bilang. Kalau mereka itu, sudah tidak ada hubungannya dengan PSSI?

Bukankah, 13 klub di Liga Prima Indonesia sudah lebih dari cukup untuk menggelar sebuah liga?. Bukankah, Pak Profesor yang di akui resmi oleh FIFA? Oleh AFC?. Bahkan sampai diangkat jadi apa tuh?. Anggota Komite Ad Hoc Liga Profesional AFC. Berarti Pak Profesor dipercaya kredibilitasnya yah? Berarti Pak Profesor dianggap mampu kan?.

Kalau kita jalan sendiri-sendiri saja, memang gak bisa ya Pak Profesor?. Yah, biar saja mereka terus mengusik. Toh, sampai sekarang mereka cuma bisa mengancam. Mereka hanya punya VIVA bukan? Sedang kita punya FIFA. Lagipula bukankah Puang Nurdin pernah bilang, baik itu DPR, Menteri, bahkan SBY sekalipun. Tidak bisa ikut campur urusan organisasi Pak Profesor. Eh, Puang Nurdin di pihak Pak Profesor atau bukan?. Kok, kata-katanya membela Pak Profesor yah?. Jadi walau mereka mengadu pada anak-anak TK sekalipun, mengapakah Pak Profesor tidak bisa cuek?

Aaaah, saya mungkin tahu jawabnya. Mungkin karena Pak Profesor terlalu perduli. Mungkin loh yah. Bukan pada klubnya, bukan pada pengurusnya. Tapi mungkin pada pemainnya. Mau jadi apa mereka kalau klubnya masih di "turnamen" seberang? Main buat tim nasional? Bukannya tidak bisa ya? Main di Liga Champion Asia? Ah, sudah dicoret bukan. Padahal Pak Tri sudah mendaftarkan loh. Terus?. Ya sudah, begitu saja terus. Tidak kemana-mana. Main di turnamen saja. Mungkin merekalah sumber keperdulian Pak Profesor. Sehingga tidak sampai hati cuek bebek, apa perduli gue.

Mungkin, Pak Profesor membayangkan. Bagaimana nanti perasaan para pemain itu. -Terutama yang masih muda yah. Yang sudah habis masa generasinya, potong saja Pak Profesor- Melihat teman-temannya yang dulu bersama membela tim nasional pada ajang se Asia Tenggara. Bisa membela tim nasional lagi. Senior pula. Bagaimana perasaan mereka?. Ah, kalau masih ada rasa nasionalisme, mungkin mereka sedih. Atau iri mungkin. Mungkin mereka pun akhirnya bertanya. Adakah kami salah tempat?. Atau salah jalan?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun