Mohon tunggu...
Connie Wonnie
Connie Wonnie Mohon Tunggu... -

http://about.me/c0nnie

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ciyus? Miapah?

18 Agustus 2012   17:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:33 2454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau Anda pengguna Twitter, atau Anda  mempunyai adik, anak, keponakan yang masih duduk di bangku sekolah, tentunya Anda sudah tidak lagi terkejut dengan istilah-istilah yang mereka gunakan. Jaman terus berubah, begitu pun dengan bahasa. Dulu, kain dan kebaya adalah pakaian sehari-hari kaum perempuan. Tapi seiring perkembangan jaman, perempuan masa kini bebas mengenakan apa saja, mulai dari celana panjang, rok, gaun, sampai celana pendek. Lalu apakah kain dan kebaya itu cara berpakaian yang benar, sementara celana pendek itu cara berbusana yang salah? Tidak juga kan? Bahasa, sama halnya dengan pakaian, adalah seni. Dan seni terus menerus berkembang. Jaman adalah sungai dan seni adalah air yang mengaliri sungai itu. Banyak orang yang memprotes bahwa "anak-anak jaman sekarang" merusak Bahasa Indonesia yang sangat kita cintai dan junjung tinggi itu. Benarkah? Menurut saya tidak begitu. Mereka justru memperkaya Bahasa Indonesia dengan cara mereka sendiri. Mereka masih muda, wajarlah jika kreatifitas mereka luber kemana-mana, hingga menyentuh ranah berbahasa. Setiap angkatan, setiap generasi pasti memiliki bahasa mereka sendiri. Dan rusakkah bahasa Indonesia saat ini? Tidak. Bahasa Indonesia yang baik dan benar masih teguh berdiri dan mempunyai kelas tersendiri. Bahasa Indonesia yang baku masih dihargai dan dihormati. Bahasa itu bukan Bendera Pusaka, lambang negara, atau lagu kebangsaan yang sakral sifatnya. Bahasa adalah alat komunikasi. Dan Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi milik bangsa Indonesia. Jika alat komunikasi itu dimodifikasi sesuai dengan keinginan atau kepribadian penggunanya, saya rasa itu bukan dosa. Jadi janganlah langsung menghakimi bahwa orang-orang yang memodifikasi Bahasa Indonesia itu pengkhianat, atau pemerkosa Bahasa Indonesia. Cara orang mencintai itu berbeda-beda, sama halnya dengan cara setiap orang mencintai Bahasa Indonesia. Saya mencintai Bahasa Indonesia. Cungguh. Ciyus. Dan Anda tak perlu meragukan kecintaan saya dengan bertanya, "Miapah?" :))

(gambar diambil dari:  myngle.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun