Mohon tunggu...
Conni Aruan
Conni Aruan Mohon Tunggu... Administrasi - Apa ya?

Zombie

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keindahan Bertahan di Ujung Pointe

16 November 2016   20:39 Diperbarui: 16 November 2016   20:48 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai! Kenapa aku bilang hai? Karena aku ingin menyapa siapa saja yang membaca tulisan ini, tersesat di tulisan ini dan tak tahu arah pulang, atau bahkan enggak sengaja klik lantas pergi. Haiii... Aku memang sudah lama sekali tidak menulis. Jadi aku ingin menyapa kalian dan tempat bermainku yang sudah berdebu, lama tak disinggahi. Hehe

Jadi, beberapa bulan yang lalu, kakakku Desy Riani untuk yang kesekian kali mengirimkan aku buku. Dia selalu begitu, aku menyayanginya dan menyukai logat Jawa nya. Satu di antaranya adalah buku dari Mba Gana Stegmann dan Budi Maryono, Bertahan di Ujung Pointe...  Yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama. Sampul buku itu manis, indah dan kuat layaknya balet.

Aku mengagumi balet sejak aku menyelesaikan komik Swan-nya Kyoko Ariyoshi sampai sekarang, hanya sebatas itu. Aku tidak pernah mencari tahu atau sekedar bertanya dalam hati, balet di Indonesia itu kayak apa sih? Tidak pernah.

Hingga aku memegang buku itu baru deh ter-wow sendiri, karena segala sesuatu yang disampaikan di dalam buku ini adalah pengalaman langsung dari seorang balerina ternama Indonesia, Jetty Maika.

Di awal cerita kita akan dibawa kembali ke tahun 1973 di mana Jetty yang masih berumur lima tahun tanpa punya pilihan harus mengikuti pilihan dari maminya, yaitu sekolah balet di Namarina. Dibagian ini saya senyum-senyum sendiri . Gimana sih anak kecil disuruh melakukan hal yang dia tidak inginkan? Haha geregetan pastinya. Tapi mau tak mau, Jetty tetap menjalani meski dengan mood yang naik turun sampai selesai, sampai lulus.

Dari pementasan pertama hingga Swan Lake, Giselle, La Bayadere, Gipsy, Coppelia, Jetty Maika mengalami sebuah proses panjang yang tidak main-main, pada saat ia mendapatkan sesuatu pada saat itu juga harus kehilangan sesuatu juga. Tantangan dan cobaan pun silih berganti saat ia menguntai karirnya hingga sekarang ini. Tapi dengan ketekunan, keyakinan, dan hati yang tulus ia bisa bertahan dan menjadi salah satu yang terbaik.

Dan tak lupa dengan perjalanan cintanya yang menurutku, wiw banget. Bisa gitu ya? Ga neko-neko langsung tepat ke intinya, menikah. Begitupun tak mengurangi sisi keromantisan kisah cinta Jetty.

Wakwaw, tau apa saya soal romantisme cinta. Ya begitulah.

Aku suka buku ini. Banget!

Melalui buku ini, Jetty membagikan pengalamannya di dunia balet dan begitu banyak pelajaran moral disetiap proses yang ia jalani yang bisa memotivasi setiap pembaca buku ini.

Pada saat saya menyelesaikan buku ini, jujur saja saya tepuk tangan sendiri dan memeluk buku itu sambil berkata, “ini buku bagus. Aku akan membacanya lagi.”
 Bahasanya yang ringan dan sederhana, penuturannya yang menyenangkan membuat isi dari buku ini berasa sampai ke hati. Ditambah foto-foto Vaya yang sedang menari balet membuat buku ini menjadi semakin menarik.

20161115-184952-582c61018123bdb9078b45a6.jpg
20161115-184952-582c61018123bdb9078b45a6.jpg
Sumber foto: dari hapeku :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun