Mohon tunggu...
Conni Aruan
Conni Aruan Mohon Tunggu... Administrasi - Apa ya?

Zombie

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Remember Me

12 Oktober 2015   10:01 Diperbarui: 12 Oktober 2015   23:00 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terbangun oleh Iridescent-nya Linkin Park.  Aku belum menyadari apa yang terjadi di kamar putih ini, aku terhanyut oleh nada dan lirik yang dinyanyikan sempurna oleh Chester Bennington, “You build up hope, but failure’s all you’ve known. Remember all the sadness and frustration. And let it go. Let it go...”

“Darling,” panggil Andrea. Dia menggenggam tanganku hangat. Kulihat matanya yang bersinar bersemangat, “kita pulang...” teriaknya tertahan.

Aku melihat Papa yang memang sedang memperhatikanku. “Pah? Ciyus? Pulang?” tanyaku kekanak-kanakan. Papa mengangguk. Aku ingin berteriak aku ingin melompat-lompat. Andrea memelukku erat. Aku menangis bahagia.

Aku duduk menikmati dua laki-laki terbaik dihidupku sibuk mengemasi barang-barangku. Andrea bercerita banyak di mobil. Banyak sekali. Tentang mobilnya yang lagi dimodif untuk kesekian kali. Tentang pekerjaannya. Tentang karyawan baru dikantornya yang menyebalkan tapi lucu. Tentang lagu-lagu rock kesukaannya yang sengaja di burn untukku, biar semangat, katanya . Papa terbahak di balik kemudi.

Begitu banyak cerita dan kisah selama perjalanan pulang. Kita begitu bahagia, sebagaimana semestinya.

Saat Papa dan Andrea menyiapkan makan malam di dapur, aku menikmati berada di kamarku setelah sekian lama. Satu persatu barangku kuteliti, kusentuh, dan kupeluk. Aku menyerap segala kenangan, aroma, dan wajah-wajah yang mengisi hari-hariku.

Bubur bayam yang kubenci, malam ini terasa lezat. Andrea menyuapiku dengan sabar. Papa duduk di meja belajar mengamatiku. Dan setelah makan malam terbaik itu selama aku sakit, Papa mengangkut keyboard dari ruang kerjanya. Dan memainkan Through The Years-nya Kenny Rogers. Lagu kebangsaan aku dan Papa.

Andrea menarik kursi di samping tempat tidurku. Dia menggenggam erat tanganku. Kupandang wajah kekasihku, kusentuh puncak hidungnya, matanya, bibirnya, rambutnya.  “Terima kasih,” kataku seraya membelai pipinya.

Papah, cinta pertamaku, terima kasih...

***

Sumber Ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun