Mohon tunggu...
Conni Aruan
Conni Aruan Mohon Tunggu... Administrasi - Apa ya?

Zombie

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pita Hijau dan Gelang Kayu

19 November 2013   09:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:58 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

kau semakin menyedihkan satu-satu penyakit menemuimu kau tak pernah mengeluh “sudah waktuku Wui”

kau pergi minggu pagi dan dikuburkan tak jauh dari makam suamimu tak lupa kau wariskan pita hijau dan gelang kayu “teruslah menunggu, ini tentang hidupmu”

*

“hujan deras” katamu sambil membenarkan pita hijau lusuh di rambutku aku tersenyum menatap ragu pada tiap butir hujan

tahun pertama aku menunggu tanpamu kau lihat bagaimana dia memperlakukanku kurasa dialah hidupku sekarang masa laluku biarlah luruh bersama hujan

“masa lalu biarlah benar-benar berlalu” aku menggamit lenganmu, mari pulang sayangku

*

senin yang menyengat, mentari jam 3 sore belum juga melunak perempuan tua tergopoh-gopoh menuju sudut perempatan yang selalu di benak menyebut-nyebut pita hijau dan gelang kayu

bening matanya tersaput kabut putih kulitnya keriput dimakan waktu senyumnya yang menawan pun mengerucut tak mendapati penanda yang ia harapkan

takdir sudah berganti dia berdiri menatap mentari sore hangat, penuh rindu, takut-takut menanti pemilik pita hijau dan gelang kayu di sudut perempatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun