kau semakin menyedihkan satu-satu penyakit menemuimu kau tak pernah mengeluh “sudah waktuku Wui”
kau pergi minggu pagi dan dikuburkan tak jauh dari makam suamimu tak lupa kau wariskan pita hijau dan gelang kayu “teruslah menunggu, ini tentang hidupmu”
*
“hujan deras” katamu sambil membenarkan pita hijau lusuh di rambutku aku tersenyum menatap ragu pada tiap butir hujan
tahun pertama aku menunggu tanpamu kau lihat bagaimana dia memperlakukanku kurasa dialah hidupku sekarang masa laluku biarlah luruh bersama hujan
“masa lalu biarlah benar-benar berlalu” aku menggamit lenganmu, mari pulang sayangku
*
senin yang menyengat, mentari jam 3 sore belum juga melunak perempuan tua tergopoh-gopoh menuju sudut perempatan yang selalu di benak menyebut-nyebut pita hijau dan gelang kayu
bening matanya tersaput kabut putih kulitnya keriput dimakan waktu senyumnya yang menawan pun mengerucut tak mendapati penanda yang ia harapkan
takdir sudah berganti dia berdiri menatap mentari sore hangat, penuh rindu, takut-takut menanti pemilik pita hijau dan gelang kayu di sudut perempatan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI