[caption id="" align="aligncenter" width="350" caption="images.sodahead.com"][/caption]
Conni mengangkat ayam plastik itu tinggi-tinggi, uang-uang logam berjatuhan di atas kasur lapuk. Dia tersenyum dan matanyaberbinar-binar. Pasti cukup, pikirnya. Conni menyingkirkan ayam plastik yang sudah kosong melompong dan mulai menghitung. Tangannya cepat memisahkan logam lima ratusan, seratusan, dan beberapa lembar seribuan. Mulutnya komat kamit seperti mbah dukun baca mantra.
“Empat puluh sembilan ribu rupiah!!!”teriak conni sambil melompat-lompat di atas kasur lapuk .
“Conni! Ngapain kau di kamar itu?? Ribut kali!” terdengar bentakan dari balik pintu.
“Ups! Empat puluh sembilan ribu rupiah..” kata Conni lagi, kali ini dengan nada berbisik.
Conni memasukkan semua uang itu ke dalam plastik hitam, mengganti pakaiannya, dan berjingkat-jingkat keluar dari pintu belakang, Conni pikir tidak masalah melewati dan mencium aroma semerbak dari kandang ayam punya abangnya.
Niat itu menguap setelah Conni melihat abangnya sedang memberi anak-anak ayam yang baru menetas makan. Conni kembali lagi ke kamar, membuka lebar-lebar daun jendela, mengeluarkan satu kakinya, seluruh tubuhnya, dan... hap! Conni melompat dan mendarat mulus di rumput hijau. Untung tidak menginjak tai si Moku. Conni mengambil sendal jepitnya dari halaman depan, memegang sendal itu dengan tangan kiri, sementara tangan kanan memegang plastik hitam. Conni jalan, semakin cepat, lebih cepat lagi, dan lariiii!!! Conni melewati rumah - rumah penduduk yang berbaris rapi, dengan ayam – ayamyang berkeliaran di depan rumah. Conni berhenti sebentar memakai sendal jepitnya ( Conni sengaja tidak memakai sendalnya sewaktu kabur dari rumah, karena mengeluarkan suara berisik kalau dipakai berlari).
“Conni!!” teriak gadis kecil berpita merah dari ujung jalan.
“Desy!!” balas Conni tak kalah kuat.
Desy berlari menghampiri Conni.
“Mau kemana? Apa itu di plastik hitam? Kau kelihatan rapi...”
“ Ada deh, mau tahu aja...” Conni meledek Desy yang memang mudah merajuk.
“Kasih tahu nggak, atau...” ancam Desy
“Nggak akan kukasih tahu, ini rahasia pribadi, udah dulu ya... buru-buru nih!” Conni kembali berlari meninggalkanDesy mencak-mencak di pinggir jalan.
“Awas yaaaa!!! Kita gak teman lagi kalau besok nggak kau kasih tahu”
___Desy_&_Conni___
Di pasar, Conni clingak clinguk mencari toko buku satu – satunya di kampung Suka Maju. Conni dengan leluasa berkeliaran di pasar itu karena memang lagi sepi, hari senin. Hingga Conni melihat toko buku yang katanya serba ada itu, “Toko Buku Adri Wah”. Conni melangkahkan kakinya dengan cepat menuju toko buku itu.
“Permisi”
“Cari apa dek” tanya pria berbadan tegap kira kira berumur 23 atau 24 tahun.
“Bang, aku mau cari buku harian, hmm... diary, yang cantik warna ping, trus ada gambar lop, trus ada gambar bintang, trus...”
“Trus apa lagi dek?”
“Trus murah meriah gambreng!”
“Dasar, udah permintaan banyak mau yang murah pula. Bentar ya dek, abang carikan dulu”
Pria itu memilih – milih diary seperti yang diinginkan oleh Conni. Setelah beberapa menit, pria itu membawa satu buku kepada pembelinya yang super bawel itu.
“Ini dek, Cuma satu yang warna ping, lainnya warna coklat”
Conni menerima buku itu dengan mata berbinar – binar. Persis seperti yang dia inginkan, sampulnya warna merah jambu ada gambar barbie disana, tentunya ada gambar hati dan bintang juga.
“Buat pacarnya ya dek” tanya Adri Wah pemilik toko buku itu.
“Nggak bang, buat Oppungku! “
“Dasar badung.. Jadi dua puluh ribu dek”
“Mahal amat, lima belas ribu aja ya...?” Conni mencoba menawar
“Nggak bisa dek, harga pas...”
“Sepuluh ribu deh”
“Dua puluh ribu, kalau gak mausini kembalikan bukunya”
Conni memeluk buku diary itu di dadanya, wajahnya memerah menahan tangis.
“Lima belas ribu ya bang”Conni mencoba menawar lagi, kali ini ada bendungan yang siap jebol di kelopak matanya.
Mau tak mau pria itu mengikuti kemauan Conni, dia tak mau ada keributan di toko kebanggaannya itu. Pria itu memasukkan diary itu kedalam plastik hitam. Dan Conni memberikan sekantong uang logam dengan jumlah lima belas ribu rupiah. Tunai! Conni langsung ambil langkah seribu meninggalkan toko itu.
“Cihuuuuyy!! Makasih ya bang!”
___Desy_&_Conni___
Esok paginya, Conni sudah rapi mengenakan seragam putih merahnya, rambutnya dikuncir ekor kuda, dan bungkusan itu sudah berada di dalam tas sekolahnya. Sebelum berangkat conni pamit kepada kedua orangtuanya.
“Aku berangkat ya Mak, Pak... “
Conni tidak langsung ke sekolah, dia ke rumah Desy dulusupaya berangkat bersama-sama.
“Desy! Berangkat sekolah yuuk” panggil Conni
“Desy sudah berangkat nak” kata Mamanya Desy
“Oh, Ya udah deh... Makasih ya Tante”
___Desy_&_Conni___
Ternyata Desy sakit hati oleh kejadian yang kemarin, dia memalingkan wajahnya sepanjang jam pelajaran berlangsung. Conni yang duduk persis di sampingnya jadi cemberut juga. BahkanDesy memberikan garis batas pada meja. Tak satu pun buku – buku Desy yangmelewati garis pembatas itu. Hingga jam istirahat pun Desy keluar kelas lebih dulu menggandeng Dina sang juara kelas. Mereka duduk berdua menikmati es lilin di bawah pohon belimbing.
“Desy” panggil Conni tangannya menyembunyikan bungkusan putih di balik punggungnya.
Desy memalingkan wajahnya sambil mendengus.
“Desy, sini deh...” panggil Conni lagi.
Desy malah mengajak Dina masuk kelas. Bang Fandi kakak kelas Conni yang melihat kejadian itu menghampirinya.
“Hei Conni, kalian musuhan ya?” tanya Fandi
“Nggak kok Bang Pandi, Cuma ada sedikit kejutan buat Desy”
“Kejutan apa?”
“Bang Pandi mau tahu aja deh, udah ah” Conni berlari meninggalkan Fandi
___Desy_&_Conni___
Di kelas Desy duduk di kursinya, membenamkan kepalanya pada kedua tangannya. Dina kembali berkutat dengan buku. PerlahanConni duduk di samping Desy yang masih membenamkan kepalanya pada dua lengannya. Conni menarik ujung lengan baju Desy. Desy mengangkat kepalanya dan melihat Conni tersenyum sangat manis sambil menyodorkan bungkusan putih dengan tulisan “Selamat Ulangtahun” pakai spidol merah jambu. Wajah Desy memerah, dia tak menyangka akan mendapat kejutan dari Conni. Malu – malu Desy menerima bungkusan putih itu.
“Isinya apa Conni”
“Buka saja”
Desy merobek bungkusan putih itu,dan melihat ada pemandangan indah dibaliknya,pantai yang sangat indah. Conni nyengir kuda, Desy tertawa.
“Lupa beli sampul kado”
Desy melanjutkan membuka plastik hitam dibalik bungkusan putih itu. Desyberteriak saking senangnya.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaa!!!! Terimakasih Conni!!”
Sebuah buku yang pernah mereka rencanakan, beberapa bulan yang lalu.Saat matahari sedang di atas kepala, di pinggir sungai yang airnya jernih. Saat ikan – ikan kecil berenang bebas tak kuatir dua pasang tangan itu mencoba menangkap mereka. Saat angin berhembus mesra di telinga. Dua gadis kecil itu bersandar pada pohon alpukat. Bercerita tentang mimpi – mimpi yang akan mereka jemput, tentang dunia dengan segala isinya. Semua itu akan mereka tuliskan pada sebuah buku yang akan menjadi saksi akan semua mimpi – mimpi gadis kecil dari kampung Suka Maju.
“Buka dalamnya deh” kata Conni
Desy membuka diary itu dan mendapati tulisan “Desy & Conni” dengan ukuran yang besar di halaman awalnya. Senyum Desy semakin lebar.
“Kita akan menuliskan semuanya disini?” tanya Desy
“iya, semuanya” jawab Conni yakin.
“Tentang mimpimu jadi pemain gitar hebat, guru, dokter, dan keliling Indonesia?”
“Iya, juga tentang mimpimu jadi model, penulis, juru masak,dan keliling Indonesia”
“ Kita menulis puisi indah tentang burung – burung sawah”
“Juga tentang sungai yang tak berhenti mengalir”
“Tentang awan yang bentuknya tak selalu sama”
“Tentang sekolah kita SD Negeri Suka Maju”
“Tentang Desy”
“Tentang Conni”
“Tentang kita!!” teriak mereka berdua bersamaan dengan itu kedua telapak tangan mereka bersatu di udara.
___Desy_&_Conni_Tamat___
Jakarta, 10 Desember 2012
22.23
Ditulis Untuk Desy Riani Wulandari "Happy Birthday to you, my dear sister"
*Semoga suka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H