Mohon tunggu...
Conni Aruan
Conni Aruan Mohon Tunggu... Administrasi - Apa ya?

Zombie

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puisi Cinta Si Anak Pantai

11 Agustus 2012   02:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu pagi.

Irwan duduk ditepian tempat tidurnya,terbangun dari tidur karena suara manja itu kembali terdengar di telinganya.”Bang,buatkan Adek puisi ya?”.Dengan sigap dia berdiri dan sedikit menggerak-gerakkan badannya,hingga terdengar bunyikletek kletek.Dengan senyum puas dia memasuki dapur dan melihat apa saja yang ada di balik tudung saji itu.Ada tempe goreng dan ikan digoreng kering dengan sambal diatasnya,dan sawi rebus bening,nasi tinggal sedikit.Dia tersenyum dan mulai memasukkan nasi yang sedikit itu kepiringnya dilanjutkan dengan lauk pauk yang demikian menggoda perutnya.Dengan lahap dia menghabiskan makanan yang didepannya.

Seperti pepatah mengatakan “perut kenyang hatipun senang”.Pria muda dengan senyum simpulnyamelangkah kan tungkainya yang kurus panjang menuju belakang rumahnya.Laut yang biru dengan awan cirrus menghiasi langit,matahari hampir diatas kepala,lambaian nyiur pohon kelapa,dia menutup matanya,membentangkan kedua tangannya menyambut pelukan angin yang hangat,dan hidungnya mengembang menghirup aroma asin air laut.Tenang dan damai.Irwan kembali masuk kedalam kamarnya,berharap kertas kosong itu sudah ditulisi bait-bait indah puisi romantis.Semalam suntuk duduk mencoba merangkai kata-kata,mengingat-ingat sesuatuyang indah untuk ide awal penulisan puisi permintaan gadis pujaan hati.Yang ada dia terbangun dan matahari sudah tak lagi menyapa di ufuk timur,matahari sudah dengan pongahnya membagi panasnya yang mulaimenyengat.

___

Dua hari sebelumnya.

Sepasang anak manusia berjalan dipinggir pantai,menikmati senja.Hanya ada diam diantara mereka.Hingga suara perempuan itu memecah diam.

”Bang,hari minggu ini Adek berangkat... merantau ke Ibukota”.

Irwan terkejut dan menoleh,memandang dalam ke mata perempuan itu.

”Iya,Paman Mukhlis minggu depan balik ke ibukota,sekalian saja Adek ikut.Mencari peruntungan Bang”.Lanjut perempuan itu.

Sementara Irwan,seperti biasa tak mampu berkata-kata,tak ada alasan menolak keinginan perempuan yang dicintainya itu.

”Adek boleh minta sesuatu Bang? Sebelum Adek pergi” tanya perempuan.

”Apa itu? Jangan yang susah-susah,Adek tahu Abang ini hanya nelayan upahan”.

Perempuan itu tersenyum,dan melirik pria itu.Pria itu merasa aneh dengan sikap perempuan itu.

”Bang,buatkan Adek puisi ya?” pinta perempuan itu dengan nada manja.

Irwan terkejut.

”Puisi?”tanya pria itu meyakinkan.

”Iya Bang,puisi romantis untuk Adek.Bisa kan?”tanya perempuan itu penuh harap.

Irwan malah tertawa,sambil memegangi perutnya.

”Dek,permintaanmu aneh sekali.Puisi?.Abang bukan pujangga Dek.Abang ini nelayan upahan,malam melaut, bercinta dengan angin,jala,kail,air laut,itu sajalah yang abang kenal.Siang menjemur ikan asin.Adek minta puisi.Kenapa Adek gak minta ikan asin saja? Abang sediakan sekarang Dek,”.

Perempuan itu tersenyum mendengar penjelasan kekasihnya.

”Yang Adek minta puisi romantis Bang,bukan ikan asin”.

Irwan semakin heran akan keinginan perempuan itu.Jadi dia hanya diam,menunggu perempuan itu melanjutkan perkataannya.

”Adek mau puisi itu yang nantinya menjadi pengobat rasa rindu Adek sama Abang selama dirantau orang.Hanya itu kok Bang”.

Irwan bingung dengan permintaan itu.Jelas sekalidia akan kesusahan memenuhinya,dia tidak tahu menahu soal merangkai kata hingga menjadi sebuah puisi,apalagi yang diminta puisi romantis,dia bukanlah pribadi yang romantis.Menurutnya romantis itu sama saja gila,pemimpi,dan hidup di dunia antah berantah.Dia meyakini dan melihat semuanya secara realita.Apa yang ada ya itu saja.Jangan dilebih-lebihkan atau dibuat semacam pengungkapan supaya terlihat lebih manis dan lebih menggoda.

”Adek tunggu malam minggu nanti ya Bang? Pulang yuk?”.

Irwan gundah oleh permintaan kekasih hatinya itu,berdua bergandengan tangan melangkahkan kaki meninggalkan senja.

____

Minggu sore.

Di pelabuhan,perempuan itu menunggu dengan sangat gelisah.Bagaimana tidak malam minggu pria itu tak datang dengan puisi yang dia minta.Padahal dia sudah menunggu sampai larut malam.Pamannya sudah tak sabar menunggu disamping perempuan itu.

”Lama sekali dia,ayolah Qi barangkali dia lupa”Ajak Pamannya tak sabar

”Sebentar lagi ya Paman” bujuk perempuan itu kepada Pamannya.

Dikejauhan terlihat Irwan berlari,ditangannya melambai-lambai selembar kertas.Semakin lama semakin dekat.Hingga akhirnya berhadapan dengan perempuan itu.Dengan nafas satu-satu Irwan berusaha menjelaskan penyebab tak datangnya dia semalam.

“Rizqiyah,Abang minta maaf semalam tak datang,Abang tak ingin menemuimu tanpa membawa apa-apa.Benar-benar susah membuat puisi.Abanghanya bisa buatkan ini ,cuma empat baris Qiyah” dengan memelas Irwan memberikan kertas yang ditangan kepada Rizqiyah.Wajah cantik itu terlihat kecewa,mendapati puisi itu bukan seperti yang dia minta.Susah payah dia memaksakan sebentuk senyum diwajahnya.

“Bang,bacain buat Adek ya, sekarang?”

Permintaan itu manja tapi tegas.Membuat Irwan gelagapan,mau tak mau dia mengambil kertas itu dari tangan kekasihnya.Sebelum memulai membaca tulisannya itu,Irwan berdeham.Rizqiyah,menatap wajah Irwan lekat.Irwan menunduk dengan wajah memerah.Perlahan dia mengangkat wajahnya,dengan lantang dan membaca puisi yang hanya empat baris itu.Orang-orang yang lalu lalang dipelabuhan itu,menatap aneh kepada Irwan,gadis-gadis manis tersenyum malu.Tapi demi pujaan hati semua itu diabaikan oleh Irwan.

“Rizqiyah-ku sayang

Abang mencintaimu walau lebih dahulu mencintai senja

Pesona senja kemarin bukanlah apa-apa

Dibanding pesona cinta kita berdua”

Wajah Rizqiyah memerah,senyum manis terukir diwajahnya.Irwan dengan perasaan lega Irwan memberikan selembar kertas itu kepada Rizqiyah,yang memang diperuntukkan kepadanya.Diam tanpa kata untuk beberapa menit,hingga Paman Mukhlis menngingatkan kapal akan segera berangkat.Kedua pasang mata itu saling menatap.

“Saat Qiyah pulang,akan ada puisi singkat lainnya,dan puisi romantis.Khusus buat kekasih hati Abang”

“Tunggu Adek pulang ya Bang..”pesan Rizqiyah dan tersenyum manis,mengangguk mengiyakan janji si Abang sayang.

Lambaian tangan dan doa untuk sang tercinta mengiringi kepergian Rizqiyah.

___

Beberapa jam sebelumnya

Irwan sangat frustrasi didepan kertas yang masih saja kosong tanpa coretan sedikitpun.Hingga ia sadar kertas itu tak akan terisi sendiri tanpa dia yang menuliskan.Berulangkali dia pindah-pindah tempat,untuk mencari ketenangan.Diteras rumah,anak-anak berlarian kesana-kemari bermain bola.Didapur,adanya dia sibuk mencomotitempe goreng.Dipohon jambu sampingrumah,hampir jatuh beberapakali,di tepi pantai yang ada malah menikmatihembusan angin,hingga akhirnya dia kembali kekamarnya yang kecil dan pengap.Sambil tiduran dia membayangkan wajah kekasihnya itu.Dan kata pertama yang muncul adalah ‘sayang’.Dia cepat cepat menuliskan kata itu.dan kembali berpikir.Ternyata dewa-dewi sastra memantik otak yang tak kunjung bekerja itu.Perlahan Irwan mulai menuliskan apa yang dipikirkannya tentang kekasihnya dan tentang cinta mereka.Seketika dia tersadar,dia membaca tulisannya itu,dan berseru.

”Hah!Ini puisi! Ini puisi!”

Saking bersemangatnya,sampai lupa memakai sendal.Dengan telanjang kaki,Irwan berlari menuju pelabuhan.

___

Bulan ketiga setelah ditinggal kekasihnya ke ibukota.Irwan mulai mencoba-coba menulis puisi,sederhananya dia menuliskan apa yang dia rasa diatas kertas.

Rizqiyah-ku Sayang

Ternyata bercinta dengan angin malam,kail dan jala

Bukanlah apa-apa

Dibanding bercinta dengan bayangwajah manismu

Rizqiyah,abang rindu

Sebulan penuh menikmati senja,tanpa dirimu

Terkadang cahaya senja melukiskanindah senyummu

Dan angin yang berhembus memperdengarkan lembut suaramu

Rizqiyah,abang rindu

Rizqiyah ,Adekku sayang

Apakah ibukota memperlakukanmu dengan lembut

Apakah dalam riuh rendah kesibukanmu

Masih terlintas wajah abang dipelupuk matamu

SepertiAbang yangtak sedetikpun terlewat tanpa memikirkanmu

Rizqiyah,abang rindu

Pulanglah

___

Jauh di ibukota,Rizqiyah terlihat bersama pria lain bergandengan tangan memilih-milih sepatu disalah satu pusat perbelanjaan. Keduanya terlihat bahagia.Rizqiyah berulangkali minta pendapat tentang beberapa pasang sepatu yang sedari tadi dicobanya.

“Mas,kalau yang ini bagaimana? Pantas tidak?”tanyanya kepada laki laki berbadan tinggi,dan tegap itu.Laki laki itu menggeleng kemudian menunjukkan sepasang higheels berwarna merah cerah.

“Sepatu itu cocok dikaki kamu sayang,seksi”

Rizqiyah tersenyum dan memutuskan membeli sepatu berwrna merah cerah itu.

____

Disuatu senja yang indah.

Irwan kembali menyambut senja,duduk santai menikmati karya indah alam semesta.Wajah kekasihnya menari-nari dibenaknya.Rasa rindu itu semakin menggila.Senja yang mempesona tak mampu mengobati rindu itu malah semakin menguatkan,mengingatakan senja yang lalu bersama Rizqiyah.Irwan menuliskan nama itu dipasir pantai dengan setangkai kayu yang dibawa ombak,R-I-Z-Q-I-Y-A-H,tapi ombak menghapusnya,Irwan tersenyum.

Rizqiyah sayang

Seribu kali aku menuliskan namamu pada pasir pantai ini

Seribu kali juga ombak datang menghapusnya

Tapi tidak pada hatiku

Cukup sekali aku menuliskan dihatiku

Dan itu akan ada selamanya

Irwan tersenyum,semakin lama semakin lebar hingga menjadi tawa saat menyadari dirinya semakin lama semakin mempujangga.Tapi jauh didasar hatinya ada satu kepuasan,suatu saat nanti,saat kekasihnya itu menginginkan sebait puisi, berlembar-lembar puisi,tak perlu semalam suntuk untuk mengerjakannya,saat itu juga saat diminta,kata-kata indah nan romantis akan meluncur dari mulutnya.Perlahan kaki irwan melangkah menyusuri tepi pantai,meninggalkan senja yang berganti malam.

Malam itu,kembali Irwan dengan coretan-coretan sederhananya,

Kau adalah aku dan aku adalah kamu

Biarlah daun gugur dan air menetes

Irama senja yang indah setiap kumerindukan hangat telapak tanganmu di pipiku

Aku merindukan senja tapi tak membenci sensasi sejuk embun pagi

Menunggumu sebagai berkas terang di atas basahnya kegelapan

Botol-botol tinta dan lembar-lembar kertas kususun berjejer sesuai tanggal

Pesan janji yang membawa ketegasan bahwa kau akan kembali dengan cinta yang sama

Tinta di empat telapak tangan

Seperti itulah kau mengenalku, sebagai seorang penunggu

Aku tak pernah menyesal melambaikan tanganku di dermaga itu

Aku selalu bersama ketegasan waktu

Dan remah-remah mimpi yang kau bisikkan hanya ke telingaku

Melihat bayanganmu melintas saat senja menjemput malam

Aku seperti pemimpi

Yang percaya bahwa langit adalah kubah cahaya, dan tanah adalah tahta untuk kita berdua

Gelak tawamu yang selalu membuatku merindu

seperti si kecil yang merindukan bulannya

Dan senja yang menanti pesona cinta kita

Untuk selamanya

Kau adalah aku dan aku adalah kamu

Puisi “Kau adalah aku dan aku adalah kamu” oleh Fandy Sido dan Conni Aruan

Ilustrasi gambar oleh Fandy Sido (*Terimakasih )

You Are Me I Am You,Dave Koz

* Yang menginspirasi cerpen ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun