Di forum PBB, Mujica telah mengutuk konsumerisme dan penghambaan terhadap pasar. "Kami telah berkorban untuk Tuhan lama yang tidak nyata. Sekarang kami menempati sebuah candi tuhan bernama Pasar," kata Mujica. Maksudnya, di masa lalu manusia telah berkorban untuk tuhan lama yang tidak nyata, sementara sekarang ini manusia menyembah tuhan baru: Pasar.
Mujica telah pulang ke rumahnya. Ia meninggalkan kenangan berarti di hati rakyatnya. Mungkin saja gaya kepemimpinan Mujica itu yang menginspirasi para pemimpin di Indonesia. Dengan bantuan media massa, mereka merias diri supaya tampak sebagai pemimpin sederhana dan populis. Para pengusaha besar mendadak bergaya hidup merakyat.
Begitu pula para pejabat negara. Sementara kebijakan negara terus mencekik rakyat. Seperti penghapusan subsidi, liberalisasi perdagangan, privatisasi BUMN, menjual aset negara, mengekaploitasi dan menghabisi bentang alam dengan mengeluarkan ijin konsesi dan hak guna usaha perkebunan, pertambangan, dan property, kepada investor, dan banyak lagi kebijakan lainnya. Membiarkan perampokan uang negara atas nama bantuan likuiditas atau pun bailout, seperti kasus BLBI dan Bank Century.
Maka aku pun menulis sepotong syair untuknya.
beruang madu pulang ke lubang tanah
usai pergi meninggalkan tepi muara
burung-burung bermain
di pohon-pohon mapel
suara pagi bunga-bunga Â
di bingkai jendela taman
pepe dan lucia isteri tercinta