I wonder when this all started.Â
But the ending remains the same.
It killed me.
Depression has killed me...
Sebelum memulai ceritaku, teman-temanku yang saat ini sedang berjuang melawan musuh besar. Gelap, sesak, hampa, jatuh dan semakin jauh. Percayalah kalian tidak sendiri. Ada banyak orang yang juga sedang berjuang.
Â
Depresi...pergunjingan di ruang rahasia.Â
Antara reality dan imajinasi.Â
Sendiri dalam keriuhan, keributan, omong kosong, dan kebohongan. Kebohongan, deceit, yang diteriakkan terus-menerus. Sampai kapan? Sampai kita jatuh, semakin jauh, terus, ke dalam kegelapan, sampai tidak ada lagi cahaya. Sampai sesak dan hampa. Sakit yang tidak terbayang. Sampai suara itu berkata: kamu tidak berharga, orang lain akan bahagia kalau kamu mati. Maka...kematian, dengan cara apa agar bisa mati akhirnya menjadi obsesi.Â
Apakah ada yang mendengar keriuhan-keriuhan itu? Apakah diantara kalian ada yang sedang terobsesi dengan kematian?Â
Percayalah...suara-suara itu sedang berbohong. Mereka sedang berbohong. Kamu sangat berharga dan layak hidup.Â
Kalau ditanya untuk apa hidup? Akupun tidak tau. Paling tidak saat ini akupun juga tidak tahu.Â