Mohon tunggu...
Rizky Lubis
Rizky Lubis Mohon Tunggu... -

Bukan Seorang Pengamat ataupun pakar, tapi hanya seorang Sejarahwan muda yang mencintai sejarah bangsanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kereta Api dan Jalan Tol di Sumatera Utara, Juga Sekelumit Permasalahannya

24 Januari 2018   23:52 Diperbarui: 25 Januari 2018   08:19 1639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika hendak keluar kota menggunakan Transportasi pesawat terbang, berapa kali pembaca sekalian naik kereta api untuk menuju ke bandara ataupun menuju ke Kota Medan? jika kita buat perumpamaan, si A dan 2 orang temannya rumahnya bukan berada di pusat kota, melainkan di pinggiran kota. Menurut pembaca, mana yang akan dipilih si A? apakah menaiki kereta api atau bus/ mobil rental/ taxi/ mobil pribadi (jika ada), kemungkinan terbesar adalah mereka akan menggunakan Mobil rental ataupun Taxi. 

Hal ini memungkinkan si A dan 2 orang temannya yang serumah tidak akan membayar ongkos tambahan dari stasiun kereta api menuju ke rumah mereka karena Taxi akan mengantar langsung, terlebih lagi macetnya jalan di Sumut masih jauh lebih baik jika dibandingkan di DKI Jakarta. Analogi ini berlaku juga untuk jalur kereta api Medan -- Prov. Aceh. Tetapi untuk hal ini, kereta api harus menyiapkan strategi jitu untuk melawan transportasi Bus model terbaru yang terkenal kenyamanannya ini. Jika tidak, kereta api akan kalah bersaing dan hal yang paling tidak diinginkan adalah munculnya stigma buruk dikalangan masyarakat.

Jalan tol yang berfungsi untuk mempersingkat perjalanan dari satu daerah ke daerah lain dan juga dikenal bebas hambatan ini ternyata masih belum berlaku sepenuhnya bagi kendaraan truk ataupun bus yang mau melintas ke daerah lain. di pertengahan bulan kemarin saya melintas di jalan tol dari Helvetia menuju ke Kota Binjai, satu hal yang membingungkan saya mengapa jalan itu sunyi dari bus dan truk yang melintas? atau hanya kebetulan saja? ternyata hal senada di lontarkan Pak Prof. Badarudin ketika memberikan perkuliahan. beliau mengatakan ada satu hal yang menjadi pertanyaan beliau ketika mencoba jalan tol dari Medan -- Tebing Tinggi. Dari hasil pertanyaan beliau kepada supir truk yang beristirahat tak jauh di pintu keluar tol, beliau mendapatkan jawaban:

  • Harga bea masuk tol yang mahal
  • Jika masuk tol, truk dengan muatan berat tetap tidak akan bisa melaju kencang seperti kendaraan pribadi.

Sehingga mereka lebih memilih jalan yang biasa mereka lalui meskipun harus bermacatan karena tidak ada waktu yang terpangkas. Kesimpulan ini saya yakini benar karena masuk akal, dan ini jugalah yang menjadi jawaban atas pertanyaan yang muncul didalam diri saya. Apapun permasalahannya saya yakini sudah ada jalan penyelesaiannya, dan semoga apa yang diharapkan Pak Jokowi bisa terwujud, untuk kemajuan perekonomian masyarakat daerah maupun masyarakat Indonesia.

Salam Kebhinekaan...!!!

Refrensi:

Indera, Diverifikasi Usaha Deli Spoorweg Maatschapij: Studi Tentang Perusahaan di sumatera Timur: 1883-1940, Makalah yang disampaikan pada Konfrensi Nasional Sejarah VII, Jakarta, 2006.

Parlaungan Humala, Sejarah Perusahaan Bus Angkutas Umum Sibual-buali (1937-1986) (Skripsi). Universitas Sumatera Utara, Medan, 2013.,

Dikompilasi dari beberapa artikel surat kabar online

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun